"Bundaa~ Kalo aku ikut OSIS gimana?"
Bocah yang baru saja memasuki jenjang SMP meringsek ke pelukan sang bunda. Jeno, si bocah itu sempat bimbang saat Renjun menawarinya untuk ikut organisasi sekolah.
"Kalau Jeno rasa bisa bagi waktu antara sekolah sama organisasi ya terserah~"
"Temen-temenku pada ikutan nda, malah Jaemin mau coba jadi wakil ketua~" Si Jung kecil menatap bundanya dengan wajah bimbangnya.
"Hm? Bunda sih nggak menuntut Jeno harus gini harus gitu, cuman Jeno harus tau sama tanggung jawab, tujuan utama sekolah buat belajar. Kalo anak bunda mau dan bisa bagi waktu silahkan, bunda nggak ngelarang."
"Aku pengen coba~"
"Iya~ Daftar aja sayangku~"
Merasa yakin dengan pilihannya dan sang bunda telah menyetujuinya, Jeno pun meminjam hp bundanya untuk mengisi formulir pendaftaran OSIS SMPnya.
"Bunda tadi Renjun bilang kalo mau ngirim link pendaftaran OSIS, pinjem hpnya."
"Nih." Doyoung pun menyerahkan hpnya pada sang putra.
Kalau ditanya apakah Jeno punya hp, jawabannya adalah tidak. Jaehyun hanya memberikannya laptop dan juga tablet semasa SD dan mungkin sampai putranya lulus SMP. Itupun Jeno tak boleh menggunakan headset atau semacamnya.
Melihat berita-berita yang sangat mengerikan tentang dampak gadget terhadap anak-anak, membuat Jaehyun dan Doyoung membuat keputusan seperti itu. Jeno tetap diperkenalkan dengan teknologi tetapi harus dengan layar yang besar, hal tersebut bisa meminimalisir anak menyembunyikan gadget untuk melihat yang tidak-tidak. Juga masalah headset dan semacamnya, Jeno tak boleh menggunakannya agar ayah dan bundanya tau apa yang sedang Jeno dengarkan.
"Nanti tabletnya bunda install wa sama line ya, biar Jeno enak kalo chattingan sama temennya."
Jeno yang sedang mengisi formulir mengangguk cepat. Akhirnya setelah dua bulan sekolah SMP dirinya bisa memiliki nomor sendiri.
Sebentar, kalau nomor pribadi ia sudah punya, bagaimana dengan satunya?
"Kalo hp? Aku kan udah besar bunda xixixi~"
"Kan kata ayah kemarin nunggu Jeno SMA kan?"
Mendengar itu senyum Jeno luntur sudah. "Temenku udah punya hp sendiri nda, dari SD malah."
"Jeno tinggal kan sama ayah bunda, ya harus ikut aturannya ayah bunda kan? Terus itu tablet sama laptop juga barusan beli pas masuk SMP."
Si Jung itu mendengus kesal, jawaban bundanya tak sesuai dengan harapannya. "Pokoknya pas SMA beliin aku hp ya nda! Yang bagus pokoknya!" Protes Jeno sambil membuka game yang ia install di hp sang bunda.
"Sesuai budget yang ayah kasih lah."
"Bundaaa~ Nggak mauu~" Rengek Jeno.
"Ya maunya gimana?"
"Pokoknya yang canggih! Lebih keren dari hpnya ayah!"
"Kamu ini ya, pokoknya pokok pokoknya terus. Nanti kita beli hp yang sesuai sama kebutuhanmu. Dan itu masih besok, pas SMA."
Jeno berbalik memunggungi bundanya sambil melanjutkan gamenya. Ia kesal! Kenapa sekarang sang bunda tak menurutinya. Padahal dulu ia selalu di sayang.
"Dengerin bunda nggak?"
"Iyaaaaa."
Ini yang Doyoung masih ragu untuk memberikan hp pada Jeno. Putranya sangat keras kepala dan seenaknya sendiri. Bagaimana nanti jika Jeno punya hp sendiri?
![](https://img.wattpad.com/cover/326727647-288-k492547.jpg)