15

201 20 2
                                    

Beberapa jam setelahnya, Jihoon kembali sadarkan diri namun ekspresinya sudah begitu berbeda, menjadi banyak diam dan hanya menatap satu arah yang sama. Yeonjun sudah mencoba berbagai cara untuk membuat mood Jihoon kembali tetapi Jihoon masih sulit untuk diajak bicara.

"Kau menyesal berpisah dengannya?"

"Kenapa kau diam saja seperti ini?"

"Jangan terlalu percaya oleh apa yang dia katakan begitu saja, kau sudah mengenalnya begitu lama bukan? Dia selalu seperti itu terus di belakangmu...kau masih punya Daniel kau ingat?"

Begitu nama Daniel disebut, Jihoon menatap tepat mata Yeonjun. Dimana Yeonjun sedikit menelan ludahnya susah payah bersiap-siap kena omelan dari CEO imutnya itu.

"Kau sangat berisik kau tahu" Jihoon akhirnya membuka mulut nya walau sedikit membuat Yeonjun sakit hati walaupun begitu dia senang karena Jihoon sudah mulai meresponnya.

"Aku khawatir padamu!"

"Kau membuat ku takut!"

"Aku bisa mati jika kau sampai tidak bangun!"

Bukannya Jihoon yang seharusnya marah namun Yeonjun lah yang meluapkan semua amarahnya.

"Aku rasa aku kehilangan nyawaku sedetik begitu kau pingsan dengan tiba-tiba seperti itu"

"Aku tahu kau memang masih memiliki sedikit perasaan padanya tap-" Belum selesai Yeonjun melanjutkan kalimatnya Jihoon segera memegang tangan yang lebih besar darinya itu berusaha menenangkan.

"Yeonjun aku pingsan bukan karena Juyeon tapi aku pingsan karena...."

Yeonjun yang penasaran dengan begitu antusias menunggu kalimat selanjutnya.

'Aku lupa meminum obat penambah darahku' lanjut Jihoon yang tidak begitu terdengar di telinga Yeonjun yang kemudian mendekatkan telinganya tepat di bibir Jihoon agar dapat mendengar jelas apa yang Jihoon katakan.

"Apa? Aku tidak dengar?"

"Aku lupa meminum obat penambah darah Yeonju-"

Mata cantiknya melebar begitu melihat siapa yang kemudian datang memerhatikan nya dari ambang pintu. Seorang pria tinggi dengan baju tentara yang masih terpakai sempurna serta raut wajah yang begitu menampakkan rasa penyesalan serta kekhawatiran bercampur menjadi satu.

Bruk!

Yeonjun terjatuh begitu saja ke lantai begitu Jihoon mendorongnya dengan sangat tiba-tiba. Tubuh yang tadinya terlihat lemah kini sudah berusaha bangkit dan langsung turun dari tempat tidurnya begitu tergesa.
Mengikuti arah berlari CEO imutnya itu yang langsung menghambur kepelukan pria tinggi yang berada di ambang pintu. Begitu tahu siapa pria tersebut Yeonjun langsung mengenalinya yang kemudian senyuman terukir di wajah tampannya.

Dia datang di waktu yang tepat walau aku harus merelakan tubuh kebanggaan ku terjatuh ke lantai ~Yeonjun

"Tu-tuan Jihoon"

Ya siapa lagi seseorang yang memanggil Jihoon dengan sebutan 'Tuan' jika bukan Daniel?

"Hiks...kemana saja kau bodyguard tidak tahu diri!"

Mencoba menenangkan Tuannya yang terisak. Daniel mengelus-elus bahu majikannya tersebut, tidak kalah erat Daniel memeluknya. Karena jujur saja dia begitu merindukan sosok majikan menggemaskan nya ini.

"Maafkan saya Tuanku"

"Aku tidak akan memaafkan mu!" Balas Jihoon masih terisak di dalam pelukan hangat Daniel bodyguard nya. Bahkan baju tentara yang Daniel pakai mungkin sudah sedikit basah akibat Jihoon yang menangis. Sepertinya memang majikan menggemaskan nya begitu merindukan sosoknya.

BODYGUARD | NielWinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang