13. tak bersahutan

29 9 3
                                    

dimalam hari yang sunyi ini, Claudia berada di belakang rumahnya dan sedang duduk sambil melihat lihat langit yang begitu indah dipenuhi bintang bintang yang bercahaya

Sore tadi, buna dan papanya sudah pulang saat sore tadi, Claudia menyambut kedatangan mereka dengan penuh semangat, namun tak ada satu pun dari keduanya menanggapi Claudia. Claudia yang melihat itu hanya bisa tersenyum getir dan menghela nafas pelan

Dimalam ini, Claudia merasa ketenangan yang hakiki, angin yang menerpa wajah mulusnya dengan lembut, rambut yang ia ikat kuda juga mengayun pelan karna hembusan angin menerpanya

"gue harap lo masih ingat gue disana," lirih Claudia menatap langit yang penuh bintang bintang cerah

"semenjak lo pergi ninggalin gue, lo ga berniat buat datang ke mimpi gue untuk ngabarin ke gue kalau lo disana baik baik aja ya, Dy?" ucapnya tersenyum getir menunduk menatap kakinya yang bergoyang kedepan dan belakang secara bergantian

"lo selalu ngomel ngomel kalau gue ke taman belakang malam malam kek gini, ayo marahin gue, Dy. gue kangen suara lo, gue kangen semua yang ada di dalam diri lo Claudy. Gue kangen waktu kita main hujan di taman belakang rumah. Lo ga kangen gue, Dy?" mata Claudia berkaca kaca, ia mendongak supaya air matanya tak jatuh

'kaka, jangan keluar malam malam kayak gini dong, aku cari kaka dari tadi, nanti kalau kaka demam karna kedinginan gimana? Trus aku main sama siapa dong kalau kaka demam, aku ga punya temen selain kaka,' bayang bayangan Claudy mengomelinya terpampang jelas diingatan nya

sungguh, Claudia tidak akan pernah melupakan kebersamaan dirinya dan Claudy. Claudia.. benar benar merindukan sosok seperti Claudy..

mau orang lain yang sama sikapnya atau pun sama persis kelakuan nya seperti Claudy pun tak akan bisa menggantikan posisi Claudy di ingatan dan hatinya.

"kalau boleh egois, gue mau marah sama tuhan. gue mau lo balik lagi kesini, gue mau lo disisi gue lagi." lanjut Claudia

"setidaknya satu kali aja lo masuk ke mimpi gue buat ngabarin kalau kabar lo disana baik baik aja. Pasti lo gasuka liat gue yang sekarang kek gini, tapi gue bener bener butuh lo disini Dy." Claudia termenung beberapa saat sambil manatap langit langit

Disaat Claudia sedang termenung tiba tiba saja bibi datang, raut wajahnya seperti khawatir

"non, kenapa diluar malem malem, masuk atuh non, nanti kedinginan loh." cemas bibi

"iya, bentar lagi aku masuk kok bi." jawab Claudia

"oh yaudah deh, jangan lama lama diluar nya ya non, nanti sakit." ucap bibi sembari tersenyum kecil

Claudia hanya membalas dengan anggukan pelan dan tersenyum simpul. Claudia pun bangkit dari duduknya dan berjalan masuk kerumah

Claudia segera kekamarnya, namun saat melewati kamar kedua orang tuanya, Claudia tak sengaja mendengar pembicaraan Freya dan Evran

"kamu jangan gini terus, Audy udah memang takdirnya, pa." lirih Freya menatap suaminya itu layu

"memang Claudia yang bunuh Audy, coba aja waktu itu Claudia nggak ninggalin Audy, pasti gak bakalan gini akhirnya." marah Evran

"mereka berdua masih kecil pa, mereka gatau apa apa. Claudia gatau kalau dia ninggalin adiknya bakalan begini, dan Claudy juga gatau kalau dia ambil sendiri bolanya dia bakalan ditabrak sama truk, pa." ucap Freya lembut

"mau sampai kapan papa kayak gini? Claudy pasti gasuka liat superhero nya jadi orang yang keji dan kasar kayak gini, Claudia juga anak kita. Sejak kecil, Claudia gapernah kamu kasih sayang yang adil ke Claudia." lanjut Freya

Claudia's story (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang