Sudah lama sekali tidak upp
Maafkan 🤗
∆∆∆
Seorang gadis menatap orang orang di sekitarnya, bangunan, dan anak kecil yang sedang bermain bersama. Renata sudah menginjakkan kaki nya di kampung halamannya.
Ah, Renata rinduu sekali dengan halaman ini. Pemandangan yang menakjubkan, hamparan sawah begitu megah. Udara sejuk asri.
Memori nya berputar ketika ia masih SD, bermain seperti anak anak itu. Permainan di desa dan di kota sangat lah berbeda.
Renata tersenyum lembut. Angin menerpa wajah dan rambutnya. Merasakan semilir nya angin.
Renata melangkahkan kaki nya menuju pangkalan ojek. Setelah mendapatkan nya Renata langsung menuju rumah bude nya.
Bude Ririn. Dia seorang baruh baya yang mempunyai anak dua. Hanya Bude Ririn yang sangat mengerti dirinya.
*****
"Asalamualaikum bude"
"Waalaikumsalam nak"
Bude Ririn tersenyum hangat menyambut kedatangan Renata. Tanpa berlama lama, Bude Ririn memeluk erat ponakannya yang sudah lama tak jumpa.
Renata tersenyum dan melepaskan pelukan nya. "Rere kangen Bude" Ucap Renata. Bude Ririn tersenyum, sambil mengusap lengan nya.
"Bude juga kangen sekali dengan keponakan bude ini" Renata hanya terkekeh kecil.
"Ayo masuk, pakde mu sebentar lagi pulang" Ajak bude Ririn. Mereka pun masuk ke rumah bude Ririn yang tidak begitu besar.
Renata menatap sekeliling rumah bude nya. Tatapan nya jatuh kepada figura di nakas. Itu foto waktu ia bermain bersama dengan kakak sepupunya.
Renata duduk di sofa yang sudah lumayan usang. Meski seperti ini, udah dan suasananya tidak berubah. Masih sama seperti dahulu.
"Sebentar ya, bude buat kan teh hangat, kamu pasti cape to" Ucap bude dengan logat jawanya.
"Njeh bude" Ucap Renata. Bude Ririn tersenyum. Lalu pergi kedapur. (Njeh bude : iya bude).
****
"Lo kemana si? " Gumam seorang laki laki dengan frustasi. Alan menatap foto Renata lalu beralih menatap tiga taspeck dengan sendu.
Saat ini Alan sedang berada di kamar nya. Sudah berapa hari ini Alan mencari keberadaan Renata. Namun Alan belum menemukan nya.
"Anak guee. Kalian baik baik aja kan? Gue khawatir sama kalian" Alan pusing memikirkan ini. Renata pergi dan membawa anak nya.
Alan menyesal telah mengatakan akan membunuh anak nya dengan cara menggugurkan nya. Alan menyesal tidak mau mengakui anak nya.
Larut dalam pikiran nya deringan ponsel mengagetkan nya. Buru buru Alan membuka ponsel nya.
Alan menghembuskan nafas nya. Tuhan harus bagaimana lagi ia akan mencari Renata. Ternyata itu bukan pesan dari Renata. Padahal Alan sangat menanti pesan gadis itu. Ah bukan! Bukan gadis, melainkan wanita.
Tok tok tok
Pintu terbuka, menampilkan tiga curutnyacurutnya. Alan menatap datar mereka, lalu merebahkan tubuh nya yang sangat lelah.
"Bos kita masuk ya" Alan berdehem dengan mata terpejam. Daren, Dellvin dan Melvin masuk ke kamar Alan dan duduk di sofa empuk.
"Gimana? "