AL. 12

329 15 1
                                    

Anyeong!!

Buat kalian yang baca cerita aku. Aku ucapin terimakasih bangttttt. Aku seneng banget bisa sampe di titik ini.

Sory bae yo. Aku lamaa bangt buat up date.

Jangan banyak cingcong. Langsung saja kita baca!!

***


"Kamu nikah sama aku! " Ucap tegas Alan.

Renata tertawa miris. Menikah? Dengan entengnya akan berbicara seperti itu?

"Enak bener kamu, kalo ngomong. Dengan seenak jidat ngajak aku nikah setelah kamu ketemu anak aku? " Alan menatap Renata sendu. Alam tau ini salahnya. Tapi bisakah Renata kasih ia kesempatan satu kali lagi?

Ia hanya ingin bersama anaknya, ingin menebus kesalahannya. Dan ingin membahagiakan keluarga kecilnya.

"Karel juga anak aku. " Ucap lirih. Renata terkekeh kembali.

"Anak kamu? Dulu dulu kemana kamu!? Kamu tinggalin aku sama Karel hm! Kamu tau seberapa sakitnya aku pas hamil Karel? Kamu tau aku sama Karel di hina. Karel di ejek sama temen temennya! Kamu gak tau kan? " Bentak Renata dengan air mata yang menetes.

Rasanya dadanya sperti di hantam oleh baru besar ketika mengingat saat ia dan Karel berjuang sendiri.

Alan menunduk, ia tak bisa berkata kata lagi. Harusnya dulu ia bertanggung jawab. Harusnya dulu ia tak meninggalkan Renata dan calon anak nya.

Namun sekeras apapun Alan berandai waktu itu tidak bisa di ulang kembali. Alan ikut meneteskan air matanya. Sakit saat Renata dengan keras berbicara seperti itu.

"Maaf" Bisiknya lirih.

"Sakit lan, " Ucap Renata pelan. Hatinya sesak. Dengan cepat Alan membawa Renata kepelukan nya.

"Maaf Re maaf" Bisik Alan lirih. Ah kenapa ini sangat menyakitkan? Alan mengelus kepala Renata lembut. Renata hanya pasrah. Dengan pelukan ini Renata merasa sedikit nyaman.

"Kamu kemana aja di saat aku butuh sosok yang bikin aku semangat? Kamu kemana aja selama ini? Sakit banget Lan, sakit."

"Maaf Re, maaf. Aku calon ayah yang buruk. " Bisik Alan. Tidak, Alan tidak bisa jika tidak menangis. Saat ini pun Alan sudah banjir air mata.

Dengan cepat Renata melepas pelukannya. Ia baru sadar, saat ini sedang berpelukan. Bisa bisanya Renata memeluk Alan.

"Emm.. Minggir, aku mau pulang." Ujar Renata. Alan menggeleng, menahan tangan Renata agar tidak pergi.

"Kita harus bicara Re, kita harus selsaikan. Maka, ayo nikah sama aku" Renata terdiam. Mendongak menatap Alan.

"Terserah kamu mau ngomong apa, aku ga mau nikah sama kamu" Setelah mengatakan itu, Renata segera pergi.

Alan memandang punggung Renata yang sedikit menjauh. Alan berteriak. "Re, aku bakal lakuin apapun caranya, biar bisa dapetin kamu. Ini demi kebaikan Karel"

Renata berhenti, terdiam tapi tidak menengok. Alan menatap Renata berharap. Namun Alan salah. Lihat Renata tetap berjalan dan menjauh.

"Apapun caranya Re, bakal aku perjuangin, meski nyawa taruhannya" Monolog Alan.

****

"Umma!!! " Pekik Karel girang. Renata tersenyum, merentangkan tangannya dengan cepat Karel menghambur ke pulakan sang ibu.

ALANATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang