Haii
Aku kembali.
Maaf lama upAku bingung mau nulis apa lagi.
Oke kita langsung aja baca. Kuyy
∆∆∆
4 tahun kemudian.....
" Karell jangan lari lari!" Ucap seorang wanita dengan daster biru laut. Yang di panggil Karel pun menunduk dan meminta maaf.
"Maaf Uma" Renata mengelus dahi anak nya berkeringat.
Ya itu Renata beserta anaknya. Empat tahun berlalu kini Renata dan anknya bahagia walau hanya berdua saja.Renata melalui masa sulit sulitnya. Mengandung, melahirkan dan merawat anak nya dengan penuh kasih sayang. Lihat anak nya kini tumbuh besar dan pintar.
Meski sakit menjalani nya. Renata senang akhirnya anak nya bisa melihat dunia. Melihat dirinya sebagai ibu kandung nya.
Renata sangat menyayangi anaknya. Tak akan Renata biarkan anaknya tersakiti.
"Lain kali jangan lari lari ya sayang. " Ucap Renata lembut sambil mengelus rambut anaknya. Kareleo Laskar. Nama yang di berikan untuk anaknya.
"Iya uma. Kalel nda lali lali agi" Ucap Karel dengan khas cedalnya. Renata tersenyum. Memeluk anaknya.
"Ayo makan. Sudah saatnya makan siang" Karel mengangguk semangat. Renata terkekeh. Anaknya sungguh menggemaskan.
"Ayo Uma, Kalel mau makan pake telol" Dengan semangat Karel mengatakan itu.
***
"Diam! Sekarang kau pergi jalang sialan!!" Bentak seorang laki laki yang sedang duduk di kurdi kerjanya. Tatapan tajam nya di layangkan oleh perempuan tak tau diri yang ada di depannya ini.
"Honey apakah kau tak tergoda hmm? " Ucap perempuan itu dengan seksual. Alan tersenyum remeh. Cih tidak sudi ia tidur dengan jalang yang tak tau diri.
Jalang itu pun pergi dengan wajah cemberut. Sial! Mengapa Alan susah di taklukan. Kurang apa lagi dirinya? Body? Jelas sangat menggoda. Payudara? Sudah seperti buah melon.
"Arghhh bangsat! " Akhir akhir ini Alan selalu kepikiran oleh Renata dan anaknya. Dia mana ia sekarang? Alan menghela nafas lirih. Anaknya. Apakah baik baik saja?
"Re lo di mana si? Lo bawa anak gue Re" Gumamnya lirih. Matanya berkaca-kaca sebebtar lagi air matanya akan jatuh.
"Kamu di mana nak, maafin Papa mu yang jahat ini" Lirih nya.
Sudah Empat tahun Alan tak menemukan Renata dan anaknya.
Anaknya pasti sudah besar. Alan tersenyum membayangkan wajah anaknya yang mirip dengan nya. Suara cedalnya yang memanggil nya dengan sebutan 'Papa'. Rasanya bahagia sekali.
"Papa akan cari kamu dan Mamamu. Sehat sehat ya anak Papa" Ucap Alan lirih.
Tok
Tok
TokKetukan pintu membuat Alan segera menghapus air matanya.
"Masuk " Suara dingin Alan mencengkram.Ternyata Melvin. Melvin berjalan ke arah Alan sambil membawa berkas berkas. "Nih tanda tangan. Oh ya, besok kita harus ketemu sama klien di desa" Alan mengangguk.
