OMOOOOOOO demi apaa? Akhirnya ada jga
Yang baca cerita guee. Sumpah cok suenengggg pol aku wkwk
Makasih yaa buat kalian yang udh baca cerita akuu.Happy Reading!!
****
Renata? Ini tidak mimpikan? Ini benar benar Renata? Lalu pandangan nya mengarah kepada sosok bocah kecil lucu dan menggemaskan.
Siapa dia? Anak nya? Tapi tunggu. Itu anak yang makan bersamanya di warung lontong. Karel? Ah ya dia Karel. Tapi mengapa bersama Renata? Siapa sebenarnya Karel? Ada hubungan apa?
Alan menggeleng. Alan tidak bisa berkata kata lagi. Karel anak nya? Atau siapa? Tapi wajahnya sangat mirip. Dengan nya saat ia masih kecil.
"Renata" Lirih Alan.
"Om Alan? " Beo Karel. Alan tersenyum tipis. Itu anak nya. Tak menyangka anak nya telah besar. Anak yang dulu ingin ia bunuh. Sekarang menjadi bocah laki laki yang imut, menggemaskan dan pintar.
Renata menyerit bingung. Karel mengenal Alan? Bagaimana bisa? Lalu tatapan nya mengarah ke Karel.
"Kamu kenal? " Karel hanya mengangguk. Jelas ia kenal. Karna Alan adalah om baiknya.
Renata menggeleng. Jadi Karel sudah menemui Alan sebelum dirinya? Apa Karel tau jika Alan ayah biologis nya?
Tidak. Dengan cepat Renata menarik tangan Karel agar pergi dari sana. Namun sebelum beranjak, Alan lebih dulu mencekal tangan Renata. Renata berhenti namun tidak menatap Alan.
Karel hanya menurut. Tidak banyak bicara. Apalagi melihat mata umanya sembab.
"Aku minta maaf" Ucap Alan lirih. Renata menahan mati matian sesak di dadanya. Mengingat pengorbanan nya untuk Karel. Berjuang sendiri untuk Karel. Dan melewati masa sulit dan pahit bersama Karel. Dengan mudah nya mengucapkan maaf?
"Lepas! Gue mau pergi" Alan menggeleng. Tanpa di sadari air matanya menetes. Alan menangis.
"Gak. Jangan pergi lagi. " Ucap Alan. Renata bersedih dengan kasar menghentakkan tangan nya. Renata menatap Alan dengan tajam. Namun tak ayal kesedihan. Luka. Sakit. Menjadi satu di matanya.
"Kenapa? Lo belum puas hancurin gue? " Ucap Renata pelan. Perlahan tatapan nya menjadi buram. Lemah.
"Sekarang, biarin gue pergi"
"Gak. Dia anak aku kan? " Ucap Alan menatap Karel yang sedang menatap nya juga.
Renata terkekeh. "Bukan! Anak lo udah mati! " Alan menatap Renata nanar.
"Bohong Karel anak aku kan? "
"Bukanya lo sendiri yang nyuruh bunuh anak lo? Ini anak gue! Bukan anak lo bajingan! " Ucap Renata menggebu. Sakit sekali. Melewati masa pahit sendirian tanpa adanya sosok yang sigap.
Selalu menerima cacian, makian dan hinaan. Kemana saja selama ini? Dengan maaf apa bisa kembali?
Tak ingin berlama lama. Renata segera menarik tangan Karel. Lalu membawa nya pergi. Alan membiarkan nya. Walaupun di tahan Renata akan bersikeras tetap pergi.