AL 06

458 19 0
                                    

Are you okay?

Jangan lupa vote!

Pliss kalian baca jangan setengah setengah, kalian bacanya dari awal biar nyambung.

Happy Reading!
******

***

"Om Pram? "

Semua nya terkejut kalau melihat ayah Alan berada di sini. Oh tidak apakah tadi ayah Alan mendengar nya?

Pram melihat wajah anak nya dengan tatapan tajam. Menarik kerah sang anak. Alan dapat melihat kilatan amarah begitu besar di mata pria itu.

"Apa yang kamu lakukan hmm? " Ucap Pram rendah namu tajam. Alan hanya pasrah melawan pun tak bisa.

"Kau menghamili seorang gadis lalu kau tinggalkan begitu saja tanpa bertanggung jawab? " Masih dengan nada yang sama. Alan menegul saliva nya kasar. Wajah ayahnya begitu menyeram kan ketika marah.

"Pa" Nafas Alan tecekat saat ingin berbicara. Pembentukan melepaskan tangan nya dari kerah sang anak.

"Alan minta maaf. Alan ga sadar waktu itu pa" Lanjutnya. Pram juga yakin, anak nya memang pembuat onar, nakal, suka balapan dan ugal ugalan.

Namun ia yakin anak nya tak mungkin sebesar itu untuk merusak seorang gadis.

"Lalu? Kau pergi? " Ucap Pram. Melvin dan yang lain nya hanya terdiam. Mereka tak berani angkat suara jika ayah Alan sudah marah.

Alan menggeleng. "Alan bingung Pa, Alan ga bisa tanggung jawab." Seketika Pram membogem wajah anak nya.

BUGH!

Alan tersungkur akibat bogeman ayah nya. Wajah Pram sangat marah.

" Papa tidak pernah mengajari mu seperti ini Alan. " Ucap Pram. Alan hanya diam.

"Kau tau? Dia seorang wanita sama seperti ibu mu juga wanita. Di mana hati mu sebagai laki laki hah?! Kau yang membuat benih mu itu tumbuh di rahim gadis itu! " Bentaknya. Anak nya sesekali ingin ia ruqiyah.

Darren mendengar itu mendelik. Gila! Si Pram kalo ngomong frontal banget. Batin Daren.

Pram menghela nafas. Lalu menyuruh Alan bangun. Mereka kini duduk di sofa usang yang ada di rooftop. Suasana nampak dingin dan mencengkram. Hawa hawa tak ada kehidupan mulai muncul.

"Papa mau kamu bertanggung jawab Alan" Ucap Pram datar. Alan menatap ayah nya malas.

"Alan masih sekolah, kalo nikah sama dia cita cita Alan gimana? " Tanya Alan. Pram geram dengan anak nya. Hei yang lebih di rugikan di sini ialah gadis itu. Gadis itu yang lebih te rugikan.

"Yang lebih rugi di sini gadis itu Alan! " Alan menghela nafas. Lihat percuma saja ia berdebat dengan ayah nya.

"Sekarang, Papa gak mau tau, bawa gadis itu ke rumah kita. " Ucap Pram. Alan hanya mengangguk saja. Mana bisa ia menentang ayah nya.

*****

Bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Tapi Renata masih di halte sekolah. Renata menunggu angkutan umum lewat. Namun agak nya kendaraan tak ada yang lewat.

ALANATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang