6. GIO

38 0 0
                                    

Aku sama sekali tidak ingat siapa orang tuaku. Bahkan aku merasa sepertinya aku tidak memiliki orang tua sama sekali. Ingatan ku dimulai di gua tempat kereta suka melaju. Aku bersama anak-anak lainnya suka berkeliling dan bermain digua itu dari pagi hingga malam. Saat malam tiba seorang pria berbadan besar akan datang untuk memukuli kami. Saat dia puas dia akan memberikan kami makan.

Rutinutas itu berulang setiap hari hingga saat aku beranjak remaja dan satu persatu teman ku mulai di jual oleh pria berbadan besar itu ke berbagai macam orang. Hingga akhirnya giliranku. Aku dijual sebagai budak ke kelompok pedagang. Pedagang kebanyakan merupakan klan langit dan klan langit tidak pernah ramah kepada makhluk dari alam liar termasuk aku. Mereka selalu merendahkanku dan memperlakukan ku seperti binatang.

Jika ada yang mereka lakukan untukku yang aku syukuri, itu adalah mereka melatihku cara bertarung dan membunuh. Aku pun melatih diri ku sendiri hingga akhirnya aku bisa mengelabuhi mereka dan kabur dari kelompok itu. Bertahun-tahun aku berkelana , bersembunyi, menjadi pengawal bayaran atau sekedar hanya menghabiskan waktu ku di club untuk menghabiskan waktu. Hidupku sangat hampa tanpa tujuan.

Aku tidak tau harus kemana. Di negara langit aku tidak bisa menetap terlalu lama, karena jika sampai kenyataan kalau aku dari alam liat terungkap aku akan langsung di usir atau di rendahkan oleh orang-orang sekitar. Aku sendiri ga bisa balik ke rumah atau ke alam liar. Karena tanda budak yang ada di diriku. Sekali budak, akan selamanya menjadi budak. Jika ke alam liar hidup ku akan seperti neraka lagi.

Suatu hari saat aku minum sendiri di salah satu bar di kota. Aku mendengar percakapan beberapa 3 orang pria tentang ambrose.

"Hei, apa kau tau kalau bulan depan penerimaan murid baru di ambrose akan di buka lagi?"

"Apa itu ambrose?" Tanya balik pria lain

"Itu.... Perguruan yang di pimpin oleh dewa agung damon. Dia adalah dewa perang di langit."

"Oh... Emang apa istimewa nya perguruan itu?"

"Dewa damon adalah dewa yang sangat di hormati. Bahkan dewa langit saja sangat sopan kepadanya. karena itu murid-murid nya juga akan mendapat tempat istimewa di langit dan dihormati juga oleh banyak orang."

"Hah.... Perguruan seperti itu pasti hanya akan diisi oleh anak orang-orang kaya atau bangsawan saja kan?"

"Justru ini lah yang membedakan ambrose dengan perguruan lain. Untuk masuk kesana semua murid harus menjalani tes tanpa terkecuali. Tidak peduli seperti apa latar belakang nya kalau dia gagal ya dia tidak akan menjadi murid disana."

"Kamu yakin bener begitu?"

"Yakin! Tes di ambrose sangat sulit hingga sampai ratusan ribu tahun disana hanya ada 16 murid. Dan mereka hanya membuka penerimaan setiap seribu tahun sekali. Bukan depan adalah waktunya. Apa kalian ikut?"

"Seperti apa tes nya?"

"Entahlah tidak ada yang pernah tau seperti apa tes nya karena jika gagal, ingatan mengenai tes nya akan langsung di hapus."

"Wah benar-benar ketat sekali ya."

"Memang benar tapi jika sampai keterima semua akan sepadan. Kita tidak perlu bekerja lagi dan mencari tempat tinggal lagi karena semua sudah diurus oleh ambrose. Bahkan kita akan dilatih bertarung dan mendapat kehormatan. Bukankah ini kesempatan yang bagus?"

Aku mendengar obrolan itu dengan seksama. Menarik. Tidak ada salah nya aku mencoba tes itu. Bulan depannya aku pun mengikuti tes itu. Dari jalan di bawah gunung hingga ke perguruan, sangat penuh dengan orang dari berbagai latar belakang dan dunia.

Apa aku bisa melewati ujian ini? Namun siapa sangka aku berhasil melewati ujian tahap pertama berkat latihan mana ku dulu dan lanjut ke tahap kedua. Saat menunggu ujian dimulai aku liat semua orang tengah berkumpul menjadi kelompok-kelompok kecil. Bahkan ada beberapa yang mengajaku bicara. Namun aku enggan bersosialisasi. Saat aku hendak ke pinggir arena, aku melihat seorang gadis kecil berpakaian sederhana berwarna coklat dengan rambut ikat cepol sedang duduk menunduk sendirian. Padahal ada sekelompok pria dan wanita sedang mengobrol di dekat nya tapi mereka tidak mengajak gadis kecil itu. Mungkin karena dia wanita dan terlihat lemah, para peserta ini merasa tidak perlu berteman dengannya.

The tale of AmbroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang