8. THE BALL

25 2 0
                                    

Jam setengah 7, kepala pelayan yudha datang untuk mengantar kami ke ruangan pesta. Sepanjang perjalanan, di lorong-lorong terdapat banyak bangsawan yang mengobrol disana. Saat kami melewati mereka, semua perhatian langsung tertuju pada kami. Yah gimana engga, kami berempat terlihat sangat mencolok. Dengan master yang berjalan didepan dan kami bertiga yang memakai pakaian resmi ambrose di belakang nya. Jelas terlihat kalau kami adalah Ambrose.

Setelah melewati lorong dan mencapai pintu, yudha pun mempersilahkan kami masuk ke ballroom langit. Saat membuka pintu, yang terlihat pertama kali adalah kemegahan dari ruangan ini. Ruangan ini bernuansa putih dan emas dengan bunga-bunga berwarna putih. Di plafon terlihat lukisan rumit bergambar malaikat yang sedang terbang. Di sisi kanan kiri ruangan sendiri ada meja-meja makanan yang tersedia. Para tamu yang hadir sendiri tengah memadati dan membentuk kelompok-kelompok kecil di sekitar lantai dansa tengah

Saat kami memasuki ruangan, terlihat hampir semua orang berhenti mengobrol dan melihat kami sekilas kemudian kembali mengobrol lagi. Namun bisa kurasakan mereka tetap melirik kami dari sudut matanya. Aku pun mengikuti master menyusuri pinggir kanan ballroom, melewati pandangan orang-orang yang ada. Ini membuatku risih. Untunglah master menuju area di depan yang dekat dengan tangga tempat duduk dewa langit nanti dimana disana lebih sepi dibanding sisi lainnya.

Kak refo mengambil minum di meja terdekat dan memberikannya kepada aku dan gio. "Minumlah, raut wajah kalian udah kaya abis diapain aja." Canda dia

"Apa semua murid melalui hal yang sama kak?" Tanya gio

"Begitulah, makanya kami tidak terlalu suka datang ke acara luar dan untungnya master sangat jarang pergi ke acara ini."

"Apa ga boleh kita balik aja sekarang?" Tanyaku

"Tentu saja tidak." kata refo

Aku pun menghela napas dan meminum minuman di tanganku.


Tidak lama ada seorang pria mendekati kami dan menyapa master.

"Salam dewa agung damon." Katanya sambil menunduk. Pria ini memakai pakaian resmi bangsawan berwarna biru tua dengan jubah hitam di pundaknya. Rambutnya berwarna coklat dengan mata berwarna emas.

"Panglima kerajaan pertama, tuan rudolf. Senang bertemu dengan anda." Kata master

"Saya juga senang bertemu dengan anda. Maaf tidak menyapa anda lebih cepat saat rapat tadi." kata rudolf sambil tersenyum. Dia terlihat snagat ramah.

"Tidak apa-apa panglima. Apa anda kesini sendiri?"

"Tidak, saya datang bersama putri saya. Sayangnya dia sedang bersama temannya. Lain kali pasti akan aku kenalkan." Dia lalu melihat kami bertiga dan bertemu mata denganku. Meskipun berusaha menutupi nya, terlihat kalau wajahnya terlihat kaget saat melihatku

"Kulihat wajah mereka sangat asing. Murid baru dewa?" tanya rudolf

"Benar, ini gio murid ke17 dan keyna murid ke18 ku."

"Senang bertemu dengan anda." Kata kami

"Sudah berapa lama kalian belajar di ambrose?"

"Sudah 3.000 tahun tuan." Kata gio

"3.000 tahun ya. Berarti kalian sudah menguasai senjata suci kalian kan? Jika kalian bosan di ambrose dan ingin pengalaman lain datanglah ke manorku. Dengan senang hati, aku akan menyambut kalian." katanya bersahabat


Aku dan gio saling berpandangan bingung. Kami memang sudah di beritau kalau banyak bangsawan yang ingin merekrut murid ambrose. Cuman kami tidak menyangka panglima ini akan mengajak didepan master.

The tale of AmbroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang