22. BAD DAY

7 2 0
                                    

Keyna pov


Jika ada definisi sial yang sebenarnya mungkin inilah definisi nya.

Semalam aku kembali ke kamar tanpa bisa tidak tidur sama sekali. Padahal seluruh fisik dan mental ku sudah sangat lelah tapi entah kenapa otak ku terus bekerja dan berpikir tentang master. Aku pun terjaga sepanjang malam. Besok pagi nya aku lupa kalau hari ini adalah hari latihan bersama master. Dan hari ini waktunya sparing one on one sesama murid dengan tangan kosong. Untuk menentukan lawan dan urutan dilakukan melalui undian yang berupa bola nomor. Nomor menentukan urutan dan yang mendapatkan nomor sama berarti akan menjadi lawan sparing.

Murid-murid mengambil undian secara berurutan dari kakak pertama hingga aku. Meski sudah terbiasa mendapat bola nomor sisa. Biasanya aku akan mendapat lawan yang sedang2 saja. Namun hari ini aku mengambil bola no.1 dimana bola yang sama sudah diambil oleh kak zeke. Semua orang pun langsung prihatin kepadaku. Bahkan master sendiri terlihat kaget melihat bolaku.

Saat sparing tangan kosong musuh yang paling di hindari jelas adalah kak zeke. Kak zeke adalah tipe petarung barbar dengan menggunakan senjata besar. Oleh karena itu, postur badannya besar berotot dan tinggi. Sangat berbanding terbalik denganku yang memiliki postur kurus, tanpa otot dan lemah pada kekuatan tangan.

Sparing tanpa senjata, itu berarti kami akan saling mengadu kekuatan tonjokan dan bantingan. Sudah jelas pertandingan ini sangat menguntungkan kak zeke. Seingatku terakhir dia melawan kakak ke6 kak federick yang memeiliki postur yang sama aja, mereka berdua bertarung sampai berdarah-darah dan patah tulang di banyak tempat. Aku dan kak ivan sampai kesusahan menyembuhakan mereka.

Jujur saja pertarunganku dengan kak zeke bisa dihitung dengan jari dan selalu kami bertarung menggunakan senjata. Itu saja aku kadang masih suka kalah dan terluka parah karena kak zeke yang tidak kena ampun. Dan sekarang aku harus melawannya dengan tangan kosong. Ini mah namanya bunuh diri.

Mendapat giliran pertama aku dan kak zeke pun berdiri di tengah lapangan sedangkan semua murid lain duduk di pinggir dan master berdiri di antara kami.

Kak zeke tersenyum didepan ku dan berkata. "Adik kecil apa kamu abis melakukan suatu kesalahan hingga menjadi lawan ku hari ini?"

"Mungkin. Makanya apa kakak ga bisa berbaik hati dan mengurangi kekuatan kakak nanti?" Kataku

"Kamu tau jelas kalau itu bukan sifatku."

Master pun berdiri di tengah dan berkata "Sparing one on one tampa senjata. Seperti biasa kalian bebas melakukan apa saja pada musuh sampai musuh tidak bisa bertarung lagi atau mengakui kekalahan. Bertarunglah seperti nyawa kalian dipertaruhkan."

Master menatap kami berdua, saat aku melihat matanya wajahnya terlihat tanpa ekspresi saat dia berkata "Mulai."

Begitu kata mulai terdengar kak zeke langsung berlari kearahku sedangkan aku tetap diam ditempat. Aku melihat nya yang berlari makin mendekat tanpa terfokus padanya.

Kekecewaan dan kesedihan pun menjalar ditubuhku. Kalau master mau, dia bisa saja membuat pertandingan ini tidak terjadi atau mengganti lawan kak zeke. Meski itu tidak mungkin dilakukannya, aku tetap berharap kalau dia akan melalukan pengecualian untukku. Sungguh bodoh. Kataku menertawakan diriku.

Kak zeke pun makin dekat dan Bersiap-siap memukul ku dengan tinju auranya.

Satu tinju pun sukses mendarat di wajahku dan membuatku oleng ke kanan. Belum cukup, dia pun terus bertubi-tubi memukulku entah dari kanan kiri, ke wajah ke perutku dan menendangku sekuat tenaga. Hingga aku terpental agak jauh.

Semua pun terdengar hening dan tanpa ada yang bergerak sedikitpun. Jika aku orang biasa mungkin aku sudah pingsan sejak tadi. Namun aku tetap sadar dengan semua rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhku. Rasa sakit yang seperti menyetrumku dan menyadarkannku. Sepertinya ini bukan murni kesialan tapi memang aku perlu dihajar sedikit. Dengan berat, aku memaksa badanku untuk berdiri kembali dan menghadap kak zeke.

The tale of AmbroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang