14. UNEASY

28 1 0
                                    

Damon pov

Aku memacu kuda ku dengan cepat untuk kembali ke kemah. Menembus angin melewati pepohonan yang lebat di kanan kiriku. Setelah 7 jam lamanya, perang berakhir dengan kemenangan kami. Setelah meninggalkan 2 pasukan untuk mengambil semua jenazah dan mengurus pasukan musuh yang tersisa, aku dan pasukan yang masih bisa bertarung segera kembali kemah.

Langit sudah mulai menggelap akibat matahari yang akan segera terbenam. Keringatku mulai bercucuran bersamaan dengan kekawatiran yang terus mengganggu. Sudah berkali-kali aku memimpin perang namun aku tidak pernah menghadapi situasi seperti ini. Harusnya aku lebih berhati-hati dan meninggalkan lebih banyak prajurit untuk menjaga pangeran langit dan murid-murid mudaku. Sekarang mereka dalam bahaya karena kelalaianku. Harusnya sebentar lagi kami akan tiba di kemah.


Dari kejauhan aku melihat benteng kemah kami dimana pintu nya terbuka. Aku pun mempercepat pacu kudaku. Saat aku mencapai pintu, yang kulihat pertama kali adalah asap-asap tebal hitam yang memenuhi udara dan abu hitam tebal yang mengunung di tanah. Semua tempat telah porak poranda dan habis terbakar tanpa tersisa apapun.

Tidak lama murid-muridku dan pasukanku tiba di belakangku. Mereka juga termenung melihat keadaan ini. Aku sendiri tidak tau apa yang harus aku katakan. Aku pun mulai berjalan dan menelusuri jalan di kemah. Melewati tanah yang sekarang sudah tandus dan tertutup abu. Mataku terus bekerja menelusuri sekelilingku. Mencari orang-orang yang kukenal.

Tapi tunggu dulu. Semua kemah memang hancur tapi tidak ada tanda-tanda kalau disini habis terjadi pertempuran. Tidak ada darah atau jenazah satupun. Apa mungkin itu berarti mereka semua berhasil lolos?

Aku pun sampai di lapangan tengah, dimana terdapat dua prajurit sedang menjaga musuh yang duduk terikat di tanah. Aku langsung mendekati mereka dan mereka juga langsung menghampiriku.

"Salam dewa agung damon." Kata mereka berdua

"Laporkan status." kataku

"Baik. saat kami sampai di kemah, prajurit musuh sedang menghancurkan dan membakar kemah kita. Kami pun segera melawan mereka. Dari awal kami tidak melihat para prajurit di kemah, kami pikir mereka telah dihabisi. Namun setelah bertanya pada musuh yang ada, ternyata mereka juga tidak bertemu dengan satu orang pun yang ada disini. Sehingga kepala pasukan musuh menyuruh melakukan pencarian di hutan sekitar dan membakar kemah ini. Setelah membereskan prajurit musuh dikemah, jendral rudolf juga langsung melakukan pencarian di hutan sekitar." kata salah satu prajurit itu

"Begitu rupanya, seperti nya prajurit kita menyadari siasat musuh dan langsung mengambil tindakan dengan bersembunyi di hutan. Lalu apa sudah ada kabar dari jendral?" tanyaku

"Belum ada dewa. Namun dari tadi kami mendengar suara ledakan dari segala arah." kata prajurit yang satu lagi

"Ledakan?" kataku heran

"Benar. Sepertinya itu suara bom."

Bom? kenapa bisa ada suara bom di hutan? Aku melihat keatas dimana langit sudah hampir gelap. Hutan di sekitar sini sangat berbahaya di malam hari. Sebenarnya lebih baik melakukan pencarian di siang hari, tapi apa mereka bisa bertahan sampai besok?


Tidak lama terdengar suara orang berlari dari belakang. Aku melihat kebelakang dimana ternyata rudolf dan pasukan prajurit nya datang.

"Lapor dewa agung, kami sudah menghabisi semua prajurit musuh yang kami temui. Dan kami bertemu dengan beberapa prajurit yang sedang bersembunyi didalam gua." Katanya sambil menunjuk pada para prajurit yang kelihatan masih muda.

"Katakan apa yang terjadi di kemah." kataku

Seseorang diantara prajurit itu pun maju.

"Salam dewa agung, saat kami sedang makan setelah mempersiapkan kepulangan kalian, alarm darurat berbunyi dan kami semua langsung berkumpul di lapangan tengah. Disana salah satu murid ambrose berbadan besar mengatakan kalau 60.000 pasukan musuh sedang menuju kemari. Dia meminta kami untuk bertarung dengan gagah berani. Kami yang hanya berjumlah 10.000 orang tau persis kalau itu adalah hal yang mustahil namun kami tidak berani membantahnya. Untungnya seorang murid wanita ambrose menawarkan solusi lain yang lebih masuk akal, yaitu kami harus bersembunyi didalam hutan sambil menebar jebakan supaya prajurit yang mengejar kami dapat terkalahkan tanpa kami harus menghadapi mereka langsung."

The tale of AmbroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang