[ Call me Nana]
Adel dengan tergesa-gesa berjalan mengejar Ares, "Bapak pelan dong jalannya capek saya."ucap Adel sembari menyamakan langkah kakinya dengan langkah Ares.
Ares mengeluarkan sebuah benda dari dalam tasnya lalu memberikan dua buah novel kepada Adel, "Nih untuk kamu, biar saya yang bawa laptopnya."
Adel melihat judul bukunya rupanya Ares membelikan duabuah novel yang ia incar semalam. Semalam, Ares melihat dari jauh gerak-gerik Adel yang sedang mengincar sebuah novel. Adel tampak ragu ingin membelinya. Akhirnya, setelah menjemput Adel semalam ia langsung bergegas menuju Gramedia.
Adel, membolak-balikkan novel itu,"Buat saya pak?."tanya Adel
Ares mengangguk tanpa berbicara sepatah katapun. Adel menyimpan novel itu ke dalam tasnya. "Makasih pak."ucap Adel. Ares kembali mengangguk, lalu ia berbelok ke kanan memasuki kelas yang akan ia ajar dan disusul Adel di belakangnya.
Adel duduk di bangku paling belakang di karenakan seluruh bangku di depan sudah penuh. Para mahasiswi sering kali duduk di bangku paling depan jika dosen yang masuk adalah para-para dosen tampan. Bahkan mereka tidak peduli dengan status dosen itu apakah single ataupun berpasangan.
Ares menunjuk ke arah Adel, "Kamu duduk di sini."ucapnya sembari meletakkan sebuah kursi tepat lurus di depan mejanya.
Adel menggeleng kecil, "Saya duduk di sini saja pak."tolak Adel halus. Sedangkan para mahasiswi yang lain menatap tidak senang ke arah Adel. Ares menatap tajam, seketika nyali mereka semua menciut, "Pindah ke depan sekarang."ucapnya tegas dan tak mau dibantah.Mau tidak mau Adel berjalan ke depan dengan memeluk tas miliknya.
"Baiklah hari ini saya mengadakan kuis." Sontak seluruh orang yang berada di ruangan itu ternganga, apa kuis padahal ini baru bertemuan kedua di semester ini.
Fadil berdiri, "Nggak bisa gitu dong pak, ini baru pertemuan kedua kita aja belum masuk ke materi masa udah kuis aja."protes Fadil. Untung kami punya Fadil yang hobi memprotes, jadinya kami tidak perlu bersusah payah untuk mengeluarkan unek-unek di dalam hati.
Ares berdiri di depan meja sembari mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan bolpoint. "Padahal saya sudah mengajar kalian selama tiga semester masa gitu aja kalian nggak tau. Kemarin saya sudah berikan silabus untuk kalian pelajari di mata kuliah ini. Dan sekarang saya mengadakan kuis dan kalian protes. Jangan nunggu disuruh baru dikerjakan, kalian sudah kuliah bukan anak paud yang makan masih disuapi."jelasnya panjang. Tidak ada yang berani menjawab.
lima belas menit, waktu yang ia berikan untuk kami mengerjakan dua soal yang ia bilang sangat mudah. Adel sangat bersyukur karena ia pandai membuat tulisan menjadi panjang. Ia dengan sengaja menyebut semua contoh dan menulisnya dua kalu lebih berjarak agar tulisannya menjadi lebih terlihat panjang. Sungguh ide yang brilian bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mr. Lecturer
RomanceJudul Awal : Dosen Kesayangan Prof. Dr. Muhammad Aresska Dasmon Dhirendra, M.Psi merupakan dosen disalah satu universitas yang terkenal di ibukota. Sifatnya yang otoriter dan tegas membuat para kaum Hawa sangat mengidolakannya ditambah lagi dengan w...