Target part sebelumnya nggak tercapai, sedih.
Target 15 Vote dan 40 Komen
Setelah sekian lama, akhirnya mereka semua telah sampai di lokasi yang mereka tuju. Dengan mata berbinar, Adel turun lebih dulu, meninggalkan Jessie yang kerepotan membawa barang miliknya serta milik Adel.
"Kalau gue bukan sahabat lo. Gue nggak akan tolongin bawa koper segede gaban."gerutu Jessie.
Adel mengambil handphone nya, lalu memotret pemadangan alam yang berada di depannya. Dari jauh, Jessie mencoba mendekat ke arah Adel dengan raut wajah ditekuk. Dengan wajah tanpa dosa, Adel memberikan handphone miliknya, lalu menyuruh Jessie memotretnya.
"Sekarang giliran gue, tolong fotoin ya."pinta Jessie dan dibalas anggukan oleh Adel.
Setelah beberapa menit berfoto, akhirnya mereka berdua kembali ke tempat para mahasiswa berkumpul. Para mahasiswa yang ikut, tampak sedang membuat tenda-tenda yang akan menjadi tempat mereka beristirahat nanti.
Adel mengusap keringatnya setelah berhasil membangun satu tenda. Awalnya, ia mengira membangun sebuah tenda sangatlah mudah, tetapi setelah empat kali gagal, ia mulai menyerah. Untung saja Ares datang disaat yang tepat, akhirnya Ares ikut turun tangan untuk membantu Adel dan juga Jessie.
Ares memberikan sebotol air mineral kepada Adel. Ares berucap, "Capek? Kalau capek duduk aja."
Ares mengambil dua kursi lipat yang biasa ia bawa saat perjalanan jauh. Adel menautkan alisnya, "Buat apa pak?"tanya Adel.
"Buat dijual."sindir Ares. Sudah tau bertanya pula, itulah Adel. Dengan perasaan gondok, Ares duduk di sebelah Adel. Untungnya ia membawa dua kursi lipat.
"Kenapa wajahnya ditekuk? Lagi PMS?"ledek Adel. Bukannya tidak sopan, Adel rasa ini waktu yang tepat untuk membalas perbuatan iseng Ares.
Ares mencebik, "Untung saya orang yang sabar. Kalau enggak udah melayang kursi ini dari tadi."gumam Ares sembari mengelus dadanya.
Adel membuka kembali handphone miliknya, sampai sekarang kedua orang tuanya masih belum menghubunginya. Apakah mereka sudah melupakannya? Adel menepis pikiran buruknya. Ini adalah waktunya ia melepas pikiran bukan untuk menambah pikiran.
Ares menatap lekat wajahku, "Ada masalah?"tanya Ares. Dia tampak begitu khawatir. Adel menggeleng. "Saya tau kamu lagi sedih, Adel."sanggah Ares.
Adel merunduk, "Saya cuma kepikiran sama orang tua saya."lirih Adel.
Ares menangkup kedua pipi Adel. "Kamu jangan sedih, kan ada saya, Mama, Papa, dan grandpa."hibur Ares. Ia sungguh sangat tidak tega dengan Adel. Adel adalah tipe orang yang suka menutupi kesedihannya di balik senyum serta tingkah laku yang konyol.
"Pak Ares, kok Adel dikasih air saya enggak."protes Jessie dengan terengah-engah karena kelelahan. Untung saja, ia membawa dua botol air. Lantas, ia langsung memberikannya kepada Jessie. Jessie tersenyum lebar, "Makasih bapak."ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mr. Lecturer
RomanceJudul Awal : Dosen Kesayangan Prof. Dr. Muhammad Aresska Dasmon Dhirendra, M.Psi merupakan dosen disalah satu universitas yang terkenal di ibukota. Sifatnya yang otoriter dan tegas membuat para kaum Hawa sangat mengidolakannya ditambah lagi dengan w...