1. 💐Clay,Cysa,dan masalahnya💐

398 53 32
                                    





Hai apa kabar reader kesayangan? Akhirnya aku comeback ☺️

Happy reading guys!



💐💐💐


Lampu kecil di depan sebuah kosan berwarna abu tua mulai padam. Menandakan penghuni di dalamnya sudah bangun dan siap menyapa aktifitas pagi hari. 

Bukan suara penjual sayur yang biasa keliling komplek, bukan juga klakson motor yang biasa terdengar ricuh di gang tersebut. Melainkan laki-laki yang baru saja menyelesaikan mandi paginya itu berdecak lirih hingga menggeleng kepala berkat ketukan pintu yang terdengar tak sabaran. 

Beberapa kali ketukan itu sengaja dibuat sebagai sebuah irama, menjadikan dirinya tahu betul siapa yang sudah menyapa kosan sepagi ini. 

Kepala Satya yang terlihat segar melongok keluar setelah pintu terbuka separuh.

"Kopi apa air putih aja?"

"Lo pikir gue tamu dari mana? Nih sarapan. Mama bikin oseng pare. Padahal jelas-jelas gue nggak demen makanan pahit kayak gini."

"Gue jadi ragu. Sebenarnya anak mama itu gue apa lo, sih?" Satya hanya meringis saja mendengar ocehan Calvin yang mengalahi cerewetnya kicau burung di pagi hari. 

Belum sampai dipersilakan masuk, lelaki dengan jaket bomber serta celana jeans selutut itu menyerobot ke dalam kosan berisi dua ruang. 

"Pisang mau?"

"Gue bukan burung!"

"Tapi punya burung, kan, Abang?" Sebelum Calvin melempar asbak kayu di meja ruang tamu padanya, Satya lebih memilih berlari menuju ruang tengah. Kembali datang sembari membawa nasi yang masih mengepul. 

Ini bukan sekali dua kali Calvin datang membawa sarapan untuk Satya. Memang kadang mamanya yang terlalu sayang dan peduli dengan lelaki calon dokter hewan itu. Namun, untuk saat ini. Ada niat lain dari Calvin selain mengantar masakan favorit Satya yang dimasak sendiri oleh mamanya.

"Ehrm. Kemarin temen lo masih pagi udah ada di sini?" tanya Calvin basa-basi.

"Ngapain hayo!" imbuhnya sampai membuat Satya tersedak satu iris pare berukuran besar. 

"Orang lagi makan ditanyain mulu!"

"Ambilin minum!" suruh Satya tak mau tahu. Calvin mengiyakan saja permintaan itu dengan sebuah syarat. 

"Tapi kasih tahu siapa cewek yang pagi-pagi kemarin ke sini bawain lo lontong kupang," nego Calvin sebelum ia memencet tombol pada dispenser. 

"Hmm." Mata lelaki jangkung itu melotot mendengar balasannya.

"Kasih tahu atau air galonnya buat gue mandi?" Satya berdecak. Tak ingin memulai keributan sepele. Ia beri tahu saja nama perempuan itu  meskipun sedikit berat dan ragu.

"Iya, iya woy. Dia Clara. Kenapa emang? Mau dikirimin lontong kupang juga?" Kembali duduk dengan semangat dan senyum menggelikan, Calvin berikan segelas air minum kepada Satya bak seorang pelayan. 

Pelangi untuk DYBU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang