Happy reading guys
💐💐💐
Sabar itu memang tak terbatas. Hanya manusialah yang memiliki batas kesabarannya. Semakin menyadari diri menjadi sosok yang akan menjadi panutan bagi penerusnya, sudah sepatutnya memberi contoh yang baik untuk mereka. Karena anak adalah peniru yang andal.
Mereka bisa mengamati, meniru, lalu melakukan hal yang sama seperti yang mereka tangkap melalui indera penglihatan maupun pendengarannya.
Suatu hari pernah. Shena dikejutkan oleh Clay yang mengumpat ala orang Jawa timur. Khususnya Surabaya, dimana mereka tinggal selama ini. Lama ditelusuri dari mana anak baik itu berkata demikian, rupanya Clay tak sengaja mendengar dari anak-anak SMP yang tengah pulang sekolah di sekitaran petshop milik orang tuanya.
Karena memang pada dasarnya baik Shena maupun Calvin tak pernah mengajarkan untuk berbicara seperti itu. Misuh bagi orang Surabaya adalah hal biasa yang mereka ungkapkan tidak hanya pada situasi marah saja. Namun, tetap saja mereka berdua berusaha menghindarkan itu sejak kecil.
Jika sudah dewasa nanti, maka mereka yakin akan tahu sendiri bagaimana menempatkan kata tersebut pada situasi yang tepat.
"Sabar. Anak-anak memang begitu." Dari belakang punggung Shena, Tisya memberi tepukan lembut. Di meja dapur sudah tersaji berbagai kue dan makanan ringan lainnya untuk acara bulanan penghuni komplek.
Mereka bisa saja sebenarnya untuk memesan katering supaya tidak repot. Namun, karena mereka tidak ingin barang-barang dapur seharga jutaan itu hanya sebagai pajangan semata. Tak ada salahnya jika digunakan untuk mengasah kemampuan memasaknya.
Terutama Shena. Semenjak memiliki dua buah hati. Ia ketagihan menjadi koki keluarga. Memastikan makanan yang mereka konsumsi tetap aman dan bergizi.
"Cysa kalau lagi kayak gitu,tuh,aslinya bikin aku … ah. Sabar, sabar." Melepas apron, ia berikan sebentar senyum ramah pada Tisya yang sejak pagi tadi membantu memasak di rumahnya. Lalu barulah ia hampir bocah perempuan yang kuncirannya sudah lepas itu di depan pintu utama.
Benar, Cysa sedang goleran di sana. Menyilangkan kedua tangannya ke depan dada sembari menggerutu tak jelas perkara ayam warna-warni yang belum berhasil ia dapatkan.
Berbeda dengan Clay. Ia sudah baik-baik saja setelah ditawari mainan truk oleh Pak Jamal ketika sepulang dari pemakaman tadi. Sementara Cysa, benar-benar susah sekali untuk dibujuk.
"Biarin dulu. Biar dia puasin marahnya, Sayang." Calvin datang menghampiri setelah selesai membersihkan diri. Keduanya hanya memandang pasrah pada si putri kecil yang sama sekali tak mau disentuh. Lihat, sekarang bocah pewaris wajah Shena itu melirik mereka dengan kesal. Bibirnya mengatup menahan tangis sambil tetap bertelungkup di atas lantai.
"Nanti bisa masuk angin. Astaga, Cysa. Jangan bikin Ibu stres dong."
"Nggak boleh gitu!" Calvin berikan cubitan kecil pada Shena sebagai pengingat. Agar tidak menyalahkan anak-anak untuk emosi pribadi yang masih tak bisa dikendali.
"Mereka ada karena kita yang mau. Apapun yang terjadi kita harus terima itu, Sayang. Jangan pernah mengeluh. Oke." Setelah berkata demikian. Laki-laki yang perut buncitnya sudah hampir mengecil lagi itu menyambar sebuah cupcake yang baru saja matang.
Sontak saja, baik Shena maupun Tisya sama-sama terkejut dengan ulah Calvin yang tak ada bedanya seperti anak-anak mereka.
"Aku kasih ke Cysa. Siapa tahu dia mau." Langkah pelan Calvin mengayun ke ruang tamu. Masih ia dapati posisi sang putri yang tengkurap sesekali telentang dan menggerakkan kakinya dengan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi untuk DYBU
Random💐FETP ( From enemy to be pasutri) MUSIM KE 2💐 Setelah bersama-sama berhasil keluar dari badai rumit yang menerpa rumah tangga. Sudah sepantasnya, Shena dan Calvin mendapat hadiah dari semesta. Kehadiran tiga buah hati, kini seolah menjadi pelangi...