13.💐Kerasukan💐

257 39 9
                                    




💐💐💐

Satu bulan berlalu rupanya tidak lagi terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan pada Shena. Tidak seperti di Minggu pertama kehamilannya, ia sering sekali jatuh pingsan. Namun, sekarang berkat dirinya yang rutin–ah tidak lebih tepatnya Shena memaksa diri mengkonsumsi vitamin-vitamin khusus ibu hamil. Jadi bisa meminimalisir hal buruk yang terjadi terhadap kandungannya. 

Siang ini Shena masih setia menemani putranya berada di club taekwondo junior. Sembari melihat Clay yang tengah dilatih oleh gurunya. Ia sibuk membaca komik yang kapan hari ia beli dari toko buku. Bahkan Calvin pernah sampai menegur istrinya itu karena begadang hanya untuk  menamatkan satu komic conan. 

Di lain tempat, orang-orang rumah tadi keheranan dengan Cysara. Tumben sekali anak itu tidak merengek ikut sang ibu menemani kakaknya. Apalagi mencari Calvin dan ditodong harus segera pulang.

Tentu saja anak perempuan itu sudah mendapat hal menyenangkan lainnya. Ia bersama Willya anak dari Tysa sibuk memasukkan kucing bernama Cumi itu ke dalam bak mandi. 

Bak mandi? Iya, bak mandi yang ada di kamar mandi Cysara. Kesempatan tidak ada ibunya, jadi Cysa bebas melepaskan kucingnya. Padahal selain Bude Mirna yang di dapur belakang sibuk membuat makanan untuk sore nanti, ada juga Eno yang sepulang kuliah pagi diminta untuk menemani keponakannya. 

Lolos dari pengawasan sebab Eno malah keasyikan terbang di alam mimpi. Mereka berdua, baik Cysa maupun Willya merasa terbebas bisa bermain apa saja.

“Kucingnya getel-getel itu kedinginan,” kata Willya duduk berjongkok sembari menumpu pipinya yang hampir tumpah. Sedangkan Cysa  sepertinya sudah berubah menjadi psikopat cilik karena berulang kali menarik ekor kucingnya untuk dimasukkan lagi ke dalam bak mandi. 

“Enggak! Cumi suka main ail, kok.” 

Lagi, Cysara menuangkan shampo miliknya lalu ia usap-usapkan ke semua tubuh si kucing. Seluruh isi bak mandi kini praktis penuh dengan buih. Kucing bernama Cumi itu tampaknya merasa tertekan dengan perlakuan Cysa kepadanya. 

Tak berselang lama mereka kegirangan. Buih-buih itu mereka mainkan. Saling menyiram air dari bath up. Dan berakhir menelantarkan Cumi yang semakin kedinginan. 

“Aku bisa lenang,loh! Kamu liat mau?” Willya berkata demikian saat Cysara memegangi bajunya yang sudah basah kuyup. 

“Aku juga bisa,kok! Tapi lenang gaya ulat.” Cysara menanggapi.

“Kalau aku gaya spidelman,” timpal Willya. Dua bocah kecil tanpa pengawasan itu kini berakhir memasuki bathtub. Karena tidak tau cara mengisi airnya bagaimana. Cysa pada akhirnya mengambil air dari keran biasa yang ia sudah tahu cara memakainya. Hanya diputar lantas ia tampung menggunakan gayung. 

Ia tahu kamar mandi adalah salah satu tempat berbahaya seperti yang pernah dikatakan oleh sang Ibu. Berbahaya jika pergi ke kamar mandi seorang diri. Dan Cysa tidak merasa ke kamar mandi itu berbahaya karena dirinya bersama Willya sekarang. Ia selalu berhati-hati dan menghindari dirinya agar tidak terpeleset. 

Penuh sudah bathtub tersebut dengan air yang mereka isi secara bergantian. Anak-anak seusia mereka memang sedang masa-masanya mengasah imajinasi dan mengeksplorasi benda-benda di sekitar. 

“Sini masuk, Cy! Aku mau lenang gaya spidelman!” Keduanya sudah heboh ria di dalam sana. Segala macam mainan yang sempat Cysara ambil dari kamar, ia tuangkan di dalam bath up.

Tentu saja menyisakan bercak-bercak basah di lantai kamar. 

“Kalau ini lenang gaya ulet. Hihihi.” Sejujurnya itu bukan renang. Akan tetapi Cysara hanya tengkurap dengan menengadahkan kepalanya ke atas. Sementara kakinya ia gerakkan secara random. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelangi untuk DYBU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang