12.💐Semanis Tiramisu💐

199 31 4
                                    






💐💐💐

Kehilangan keluarga adalah bayangan menyeramkan bagi Calvin. Ia tahu bagaimana rasanya berpisah dengan seseorang yang dicintai amat menyakitkan hingga sisa rasa keterpurukannya masih sedikit membekas.

Calvin pernah menjadi hampir gila jika tidak mengingat bahwa sosok dirinya masih sangat dibutuhkan oleh keluarga kecilnya. Ia adalah pemimpin, dia adalah nahkoda yang mana kehidupan keluarga mereka ke depannya bergantung bagaimana cara Calvin mengemudikannya.

Suara kecil itu spontan membuat Calvin beranjak dari posisinya. Lihatlah wajahnya yang kata orang sangat menyegankan, kini tak ubahnya seperti anak kecil yang baru bertemu ibunya setelah sekian lama berpisah.

Kali ini Calvin tak peduli dengan Shena yang sempat tersenyum samar padanya. Perempuan itu menggeleng pelan melihat sang suami justru menangis kencang sembari menghampiri anak perempuannya di ambang pintu dapur. Dasar memalukan!

Sebenarnya mereka memang tidak berniat membuat surprise ulang tahun Calvin semenegangkan ini. Justru hal itu terjadi karena adanya kesempatan yang langsung dimanfaatkan oleh Shena sekaligus memberi pelajaran untuk lelakinya.

Rencana awal hanya perayaan biasa setelah Calvin pulang kerja. Namun, siapa sangka skenario dadakan yang disusun oleh Shena menyebabkan suaminya bisa menyedihkan seperti itu. Dan siapa suruh seorang bapak melalaikan penjagaan terhadap anaknya.

"Cysa? Anak Daddy?" Anak perempuan itu hanya meringis lucu. Ia sebenarnya khawatir mengapa ayahnya bersimbah air mata. Apa ia tak sengaja menjadi monster kecil tadi malam lalu menggigit tangan Daddy-nya sampai lelaki dewasa itu menangis tersedu-sedu?

Ah, anak kecil. Pikirannya pasti random dan luar biasa.

"Ya Allah, Nak. Kamu dari mana, Sayang? Lihat, Daddy khawatir kamu hilang." Setelah mengangkat tubuh putrinya, ia bawa lalu duduk di kursi dekat meja makan. 

"Cyci dicuyik Om Kenan itu! Cyci beli coklat sama naik toli, Daddy! Cyci suka dicuyik Om itu, diajak beli banyaaak jajan." Setelah menjelaskan panjang lebar dengan cengiran lucu dan pipi yang memerah, Cysa menutup mulutnya. Ia merasa bahagia menjadi tawanan dari teman Pamannya. Padahal cerita itu hanya karangan balita yang mana ingin terlihat keren di depan sang ayah.

Lantas sebelum Calvin melempar bogem pada empat pemuda tampan yang berkerumun di ambang pintu dapur, Kenan yang disebut oleh Cysa sebagai tersangka lebih dulu membela diri.

"Nggak, Mas. Sumpah saya bukan penculik. Kita temannya Eno." Calvin kesal, tapi ia tahu jika mereka anak-anak baik dan menjaga Cysa dengan hati-hati apalagi juga disertai oleh adik iparnya, Eno.

"Dasar bocil, tadi gue disayang-sayang. Sekarang malah difitnah!" lirih Kenan merasa dihianati oleh sikap Cysara. Anak kecil yang memiliki kesamaan sorot mata dan bentuk bibir juga wajah yang nyaris mirip dengan perempuan berdress kuning itu, kini bolak-balik bermain ciluk ba dengan Kenan, Stevan, juga Geo. Lalu ia tertawa sendiri dan bersembunyi ke dalam dada bidang ayahnya dengan heboh.

"Eno!!! Ini pasti kamu--"

"Ya ampun enggak, Mas. Tuh, tuh. Marahin aja Mbak Shena. Dia dalangnya, Mas. Sumpah! Eno cuma nurutin aja itu kemauan katak ijo yang lagi hamil." Eno beserta temannya kini diminta untuk masuk ke dalam oleh Bu Mila. Mereka memilih duduk lesehan di atas karpet yang bisa ditaksir harganya setara dengan biaya UKT mereka.

Belum juga Eno ikut duduk seperti teman yang lain, sebuah spon cuci piring yang sudah berhasil Shena ambil melayang mengenai kepala pemuda itu.

"Rasain!" seloroh Shena kesal.

Pelangi untuk DYBU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang