3. Lo Salah Paham!

117 36 24
                                    

Hari ini adalah tanggal 20 Juli, yang berarti Yoon Jaehyuk telah meninggalkan mereka selama satu bulan lamanya. Junkyu berniat mengajak teman-temannya mengunjungi makam Jaehyuk sepulang sekolah nanti. Namun sang bunda malah melarang Junkyu untuk pergi karena sore nanti ada acara pertemuan keluarga.

"Bisa gk sih di cancle aja pertemuannya bun?" ucap Junkyu dengan nada kesal.

"Ayahmu yang memaksa, bunda hanya menyampaikan saja" ujarnya memberi pengertian.

Junkyu mulai kesal dengan sang bunda, ia menaruh roti sarapannya kasar lalu mengambil tas nya dengan perasaan kesal.

"Aku bakal tetep ke makamnya Jaehyuk!" ucapnya, sebelum ia benar-benar meninggalkan meja makan dan pergi bersekolah.

Junkyu berjalan beringingan dengan Sunoo yang tak sengaja berpapasan saat di pagar sekolah tadi. Namun baru saja mereka memasuki lobby, suara bisik-bisik dari beberapa siswa-siswi membuat keduanya keheranan. Dengan rasa penasaran, mereka mulai memberanikan diri untuk bertanya.

"Eh Mae! Mereka pada ngomongin apa si?" tanya Sunoo pada Shin Ri Mae yang baru saja melewati keduanya.

"Lo belum tau Noo? Sunghoon kemaren ketahuan bawa piso ke sekolah, ngeri kan? Padahal kan dia anak baek-baek" sahut Ri Mae.

Mendengar kata pisau, Sunoo mulai mengangguk, sepertinya ia paham tentang masalah ini.

"Ooo oke oke, thanks ya" balasnya dengan senyuman.

Sunoo berbalik menatap Junkyu yang berada di sampingnya. Wajah Junkyu kini terlihat memerah dengan alis bertaut kesal. Tanpa banyak bicara, Junkyu pergi meninggalkan Sunoo dengan segala pikirannya.

Sunoo tersenyum, ia menatap punggung Junkyu yang kian menjauh dengan jari tangan yang terkepal.

Terlalu sibuk dengan pikirannya, Sunoo tak menyadari bahwa sedari tadi ia diperhatikan oleh Ni-Ki si pria populer di sekolah.

"Aneh" gumam Ni-Ki pelan.



***




Kelas dilanjutkan dengan pelajaran sejarah, namun Sunghoon dengan pikirannya mulai merasa tak tenang, tuduhan demi tuduhan ia dapatkan. Hal itu membuat Sunghoon tak berani keluar dari kelas. Heeseung pun mengalami hal yang sama, namun ia lebih memilih mengabaikannya, toh dia tidak bersalah? Mungkin.

"Hoon" panggil Heeseung.

"G-gue gak salah Hee" ucap Sunghoon gemetar.

"Hoon, lo harus tahan"

Tangan Heeseung mulai mengelus punggung Sunghoon yang terlihat gemetar, namun Sunghoon malah menjauh dari sentuhan Heeseung. Hal itu membuat Heeseung khawatir, takut tiba-tiba penyakit Sunghoon kambuh dan kembali mencelakainya.

Sunghoon trauma akan tuduhan, Sunghoon trauma akan pendapat dan kritikan orang lain, Sunghoon trauma untuk disalahkan. Bahkan untuk hal seperti ini, ia menjadi cemas berlebihan. Mengapa Sunghoon begitu trauma akan semua itu? Tanyakan pada masalalunya:)

"Gue gak salah Hee...bukan gue pelakunya" Gumam Sunghoon gemetar. Kedua telapak tangannya menutupi kedua telinganya, berharap suara-suara tuduhan itu mengehilang segera. Namun bagai kaset rusak, hal itu malah berputar-putar dalam imajinasinya. Wajah-wajah yang merasa jijik padanya, umpatan kasar yang ia terima sepanjang lorong, bahkan tuduhan-tuduhan bahwa ia adalah seorang pembunuh membuat Sunghoon muak. Rasanya ia ingin lenyap saat ini juga.

"Gak mungkin hiks, GAK MUNGKINN!" teriak Sunghoon tanpa sadar.

Teriakan itu membuat seisi kelas menghentikan aktifitasnya, bahkan Mrs.Jeena menghentikan kegiatannya dan menatap Sunghoon heran. Ia mulai mendekatkan diri pada Sunghoon  dan mencoba untuk menenangkannya dengan mengelus pucuk kepalanya. Namun baru telapak tangan itu menyentuh ujung rambutny, Sunghoon langsung menepisnya dengan kasar.

the MOUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang