✦ 14

495 62 1
                                    

──

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──

#FOURTEEN; Comfort place.

──

Ayahku seorang marinir, sebulan sebelumnya ia diberikan tugas menaungi dalamnya lautan dengan kapal selam yang ia kemudikan.

Namun, ada kerusakan fatal di bagian vital perut kapal yang tidak disadari para teknisi sebelum kapal itu berlayar. Di dalam palung yang dalam nan gelap itu, kapal tersebut kehabisan pasok oksigen. Kapal itu tenggelam ke palung terdalam sehingga mayat awak kapal pun tidak dapat diangkat walau menggunakan teknologi termutahir pun.

Seminggu setelahnya tempat kerja Ayah baru mengabari hal itu ke rumah. Butuh pertimbangan bagi mereka untuk menyampaikan berita itu pada Ibu yang tengah hamil besar adikku.

Kami pun dibawa ke rumah duka tiga hari kemudian, terdapat banyak sekali karangan bunga mulai dari pintu masuk sampai di dalamnya pun lebih banyak lagi.

Dan sampailah aku di bingkai foto yang terdapat wajah Ayahku. Begitu melihatnya aku baru tersadarkan, bahwa Ayahku sudah benar-benar tidak ada lagi di dunia.

Pertama kali mendengar kabar Ayahku meninggal, aku tidak percaya. Sama sekali. Aku malah berharap ini semua mimpi dan aku akan terbangun setelahnya. Tapi aku tidak terbangun-bangun dari tidurku. Semua ini adalah kenyataan adanya.

Di bawahnya bingkai foto tersebut terdapat peti kosong yang seharusnya diisi Ayahku. Tapi peti itu akan dibiarkan kosong dan tidak akan pernah diisi olehnya.

Ibu sama sekali tidak menangis di sana. Padahal setelah mendapat berita kematian Ayah, Ibu menangis sepanjang hari.

Setelah acara pemakaman resmi selesai, Ibu mencoba untuk tegar kembali. Ia memutuskan untuk membereskan barang-barang Ayah dan memilih untuk menyumbangkannya saja. Tapi Ibu menangis kembali hanya dengan melihat setumpuk baju Ayah yang dilipat rapih di lemari.

Baru saja menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulut setelah hampir tidak makan selama seminggu, Ibu menangis kembali teringat Ayah.

Sedikit saja Ibu memikirkan Ayah, maka tangisnya akan pecah.

Karena mengalami depresi berat berkelarutan, kondisi kesehatan Ibu memburuk. Ibu menjadi sangat kurus dan lemah.

Sampai ketika kutemukan Ibu di rumah tergeletak di lantai dengan darah memenuhi seluruh ruangan. Aku keluar dan berteriak meminta pertolongan tetangga.

Ibu pun dibawa ke rumah sakit terdekat. Kabar dari dokter mengatakan bahwa Ibu mengalami keguguran lalu ia pingsan sebelum menyadarinya.

Aku sangat tau maksudnya. Meski dokter menjelaskan dengan kata-kata yang sulit dimengerti, tapi aku bisa paham bahwa adikku sudah tidak ada lagi di dunia.

Seorang perawat keluar sambil menggendong sesuatu dengan selimut rumah sakit. Sekilas aku bisa melihat dan tau apa yang sedang perawat itu bawa— janin yang dikeluarkan dari perut Ibu. Begitu kecil dan menyeramkan, sekujur tubuhnya dipenuhi darah. Itu adalah adikku.

ABOUT RIN ; R. Itoshi × fem!OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang