Bab 41 : Terang-terangan

18.1K 2.4K 166
                                    

Haiii adakah yang menunggu mereka berdua??

Semoga sukaa❤️

Bab 41 : Terang-terangan

Nazira baru aja pulang. Ketika dia membuka pintu unitnya, dia nggam bisa menyembunyikan senyum saat mendapati Shafa ada di ruang tengah. Sepertinya gadis itu baru selesai menelepon keluarganya. Shafa sudah beberapa hari menginap di apartemennya, sejak ia kembali dari Bali. Sahabatnya datang ke Jakarta karena ada seminar untuk profesinya.

Nazira lebih dulu mencuci kaki sebelum mendekati sahabatnya itu. Kedatangan Shafa beberapa hari ini membuat suasana apartemennya yang biasanya sepi sejak pernikahan kakaknya menjadi lebih ramai. Nazira nggak bisa berbohong bahwa dia senang Shafa bersamanya saat ini.

"Kamu tiap hari pulang malam begini, Ya?" Tanya Shafa terheran-heran. Nggak pernah dia mendapati Nazira pulang di bawah jam sembilan malam.

Nazira mengangguk. "Namanya juga baru buka toko, Shaf. Kalau udah stabil aku tinggal-tinggal juga bisa."

Shafa meringis. "Kapan kamu ada waktu untuk dirimu sendiri kalau begitu?"

"Bentar lagi. Sekarang banyak-banyakin sabar aja dulu," Nazira berjalan ke kamarnya untuk mengganti baju. Dia memutuskan untuk mandi sebelum tidur saja karena badannya saat ini cukup lelah. Setelah mengganti baju tidur, ia kembali ke ruang tengah untuk menemani Shafa berbincang.

Ia duduk di samping Shafa sembari membuka aplikasi edit video di ponselnya. Tadi pagi dia bisa bersantai dan membuat make up tutorial yang akan di-up minggu depan. Setelah lama nggak mengunggah konten di sosial medianya kecuali daily snapgram dan Valeries, Nazira memilih untuk melakukan branding lagi dengan konten-konten ringan yang nggak perlu editorial level expert.

"Pagi sampai sore di CBN, sore sampai malam di Valeries, malam sampai tengah malam kamu bikin konten. Itu badan nggak mau diurus dulu?"

Nazira terkekeh. "Ini aku baruuu aja mulai setelah lama hiatus. Kalau hal-hal yang ringan dikerjain sambil bersantai begini, nggak kerasa kok capeknya." Penjelasan yang sebenarnya cukup logis, mengingat dia nggak merasa terbebani kecuali kalau lagi burn out seperti kemarin-kemarin. Apalagi dia juga udah mulai menerima endorse lagi. Jadwalnya mulai padat hingga tiga bulan ke depan.

"Kamu nggak mau hire manager, Ya?" Shafa juga penasaran dengan aktivitas yang sedang dilakukan Nazira hingga gadis itu nyaris menempel padanya.

"Kak Miwa buat kegiatan di luar Valeries, kalau untuk Valeries ada Hannah. Sebenarnya ada dua orang yang udah di-hire buat jadi asistenku sama videographer. Tapi mereka belum ready. Semoga sebelum Kak Miwa melahirkan mereka udah bisa handle jadwalku. Selama ini karena kontenku juga nggak besar, kupikir Kak Miwa aja cukup."

"Bukannya Kak Miwa turn in di Valeries?"

"Iya. Nanti sehabis melahirkan, Kak Miw handle sepenuhnya Valeries," jelas Nazira. Keluarganya membuat keputusan seperti itu karena Nazira sendiri belum mau keluar dari CBN. Jadi menurut Ayah, setelah Miwa resign lebih baik turut mengurus Valeries agar kerugian seperti sebulan ini nggak terjadi lagi. Lagipula, Valeries pada dasarnya adalah bisnis keluarga meski idenya dari Nazira.

Shafa mengangguk-angguk mengerti. "Kenapa nggak kamu aja?"

"Kak Miwa butuh tempat buat belajar," Nazira terdiam. "Mertuanya bakalan memaksa dia buat paham bisnis keluarga Boureen. Nah, sebagai tempat latihan ... Kak Arsya dan Ayah pikir Valeries bisa jadi tempat terbaik, karena dimulai dari nol."

Shafa terkekeh. "Padahal kakakmu mau hidup nyaman dan damai seumur hidupnya."

"Dia juga udah tahu konsekuensinya karena menikah sama Kak Arsya. Soalnya Tante Flo, mama Kak Arsya, juga pegang satu bisnis dan satu yayasan."

Crush | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang