Haiiii semuaaa
Kayaknya dari bab kemarin banyak yang udah nyerah sama Rendi-Ziya yaa?Mana nih yang milih menyerah aja?🤣🤣🙈
Bab 37 : Melangkah Lagi
"Kak Rendi yakin nggak mau diantar pulang? Mau ke studio Kak Vito?" Nazira memastikan sekali lagi. Mereka tengah berada di basement gedung CBN, di dalam mobil Nazira. Rendi menumpukan sikutnya pada jendela sementara jemarinya memijat pelan kepalanya, matanya terpejam.
Laki-laki itu mengangguk ringan.
Nazira menelan ludah dan akhirnya menurut saja. Dia nggak ingin banyak bertanya ketika mengetahui keadaan orang di sampingnya sedang nggak baik-baik aja. Rendi sejak duduk di kursi penumpang dalam mobilnya terus memejamkan matanya dan memijat kepalanya.
"Aku ada obat anti nyeri, kalau mau," dia memberitahu sekali lagi.
"Nggak apa-apa."
"Okay."
Gadis itu memilih benar-benar bungkam. Dia menelepon Miwa untuk mengetahui posisi kakaknya yang ternyata sedang dalam perjalanan menuju studio Vito. Alamat studio Vito memang agak jauh dari CBN sehingga mereka akan butuh waktu yang lebih lama untuk sampai. Ditambah lagi ... jalanan udah memasuki jam-jam macet.
Gadis itu melirik Rendi saat lagi-lagi mobilnya harus berhenti karena kepadatan di depannya. Napas Rendi lebih teratur dan sepertinya dia udah ketiduran. Samar-samar dia kembali mendengar percakapan laki-laki itu dengan Luna tadi. Hatinya kembali nyeri, bukan karena isi percakapannya ... melainkan Rendi yang terlihat begitu putus asa.
Nazira nggak akan lupa janjinya kepada Rendi untuk menyingkirkan urusan mereka—dan perasaannya. Apa yang dilakukan gadis itu sekarang hanya karena rasa pedulinya kepada Rendi yang terlihat nggak baik-baik aja. Jika kondisi laki-laki itu nggak seberat itu, besar kemungkinan Nazira nggak akan memberikan tumpangan kepadanya.
Ia udah janji untuk menunggu dan Nazira berusaha untuk nggak terpengaruh atas apapun yang dialami Rendi saat ini. Meski sulit.
Gadis itu mencoba menjalani hidupnya dengan santai. Ada banyak hal yang harus mereka lalui jika mereka harus bersama. Ada banyak luka yang akan melebar apabila mereka memaksakan diri. Dia toh sudah membebaskan Rendi memilih apapun jalan hidupnya. Jika memang Nazira nggak memiliki masa depan bersama Rendi, dia juga mulai memikirkan untuk segera mencari pengganti Rendi dalam hidupnya. Meski lagi-lagi ... sulit.
Dia menenangkan dirinya sekali lagi. Sepertinya hidupnya nggak pernah serumit ini sebelumnya hingga dia merasa nggak ada jalan keluar lain selain memaksakan diri terus melewati kegelapan ini.
Gadis yang masih mengenakan seragam CBN itu larut dalam pikirannya sendiri, membiarkan mobilnya hening. Dia ingin memberikan Rendi ruang agar laki-laki itu lebih tenang. Dia pasti saat ini tengah terguncang. Nazira pernah melihat Miwa terguncang hebat, nyaris putus asa. Saat itu yang dilakukan kakaknya hanya bermenung, tatap matanya kosong dan begitu sedih. Rendi beberapa saat lalu... nggak jauh berbeda dengan keadaan Miwa saat itu. Mungkin karena itulah dia jadi lebih peduli.
Tubuh Rendi sedikit bergerak setelah beberapa saat mobil masih terjebak pada jalan yang sama. Laki-laki itu sepertinya baru bangun dari tidur singkatnya.
"Maaf, aku ketiduran," ucapnya merasa bersalah.
Nazira menoleh dan tersenyum tipis. "Kak Rendi tidur aja. Aku nggak akan ganggu," jawabnya singkat. Sengaja mematikan percakapan.
Sialan. Kenapa dia malah merasa rindu dengan interaksi mereka seperti ini? Nazira mengumpat di dalam hatinya yang lancang merasakan hal lain saat perasaan patah hati harusnya mendominasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush | ✓
RomantizmWhen you are getting married to your crush ... something is about to happen, a blessing or crash? Nazira memang menyukai Rendi. Tapi untuk menjadikannya suami, Nazira tentu harus berpikir ulang. Bagaimana mungkin dia bisa menikah dengan laki-laki ya...