10

83 20 3
                                    

Hubungannya dengan Sofia kian membaik usai insiden diruangan kerja kakaknya itu membuat Sultan sedikit kesal karena saat ini ia harus menjalani long distance relationship dengan perempuan itu. Semalam ia berhasil membujuk Sofia untuk mengirimkan sebuah foto untuknya, tentu Sultan terlebih dulu memberikan inisiatif hal serupa.

Kebahagiaan yang dirasakan Sultan malam itu tidak berlangsung lama karena paginya Sofia mendadak tidak bisa dihubungi dan sepertinya rekan kerjanya yang lain juga sepakat untuk tidak merespon saat Sultan menghubungi mereka.
Tidak ada jalan lain, maka Sultan meminta kakaknya Candra untuk mencari keberadaan dan memastikan jika Sofia baik-baik saja.

Be quite ! Lagi meeting !

Sultan semakin kesal karena Candra sepertinya enggan untuk mencari Sofia, mana pakai alasan sedang meeting, alasan klasik.

Bukan Sultan jika tidak merajuk sampai apa yang ia mau berhasil ia dapatkan, katakan memang dirinya ini seperti anak kecil yang terjebak pada tubuh manusia dewasa.
Sultan merasa sedikit puas saat Candra bilang akan segera menuju kantor untuk mencari dan melihat Sofia dengan kedua matanya sendiri sesuai keinginan adik bontotnya itu.
Sultan juga meminta agar kakaknya itu mengupayakan cara agar bisa mengirim Sofia ke Kairo bersamanya dan di iyakanlah kemauanya itu oleh Candra tentunya.

Hari ini agenda kerja Sultan selesai lebih cepat, dan waktu Kairo sudah hampir sore yang berarti saat ini Indonesia sudah hampir malam namun Sultan belum juga mendapatkan kabar dari Sofia. Sultan mengambil ponselnya berniat untuk kembali menghubungi Candra namun ia salah fokus dengan pesan yang ia kirimkan pada Sofia kini sudah terkirim dan terbaca. Mengurungkan niatnya untuk menghubungi Candra, Sultan malah menelfon Sofia.

"Hallo Sof, kamu kemana aja seharian ini?" Tanya Sultan.

Alih-alih marah dan ngomel pada Sofia, Sultan bertanya dengan nada yang sangat lembut. Ia takut jika kekasihnya itu malah marah dan menutup komunikasi lagi.

"Maaf, kalau kamu ngambek gara-gara semalam aku paksa buat ngirim foto kamu"

Sultan mengernyitkan dahinya, bukan jawaban atau apapun ia malah mendengar suara tawa dari Sofia.

"Sayang? Kamu kenapa?" Tanya Sultan

"Sorry, seharian ini aku udah sebel karena nunggu kamu kasih kabar ternyata aku lupa nyalain data seluler, hahaha" jawab Sofia masih dengan sisa

tawa yang tertinggal

"Sebentar? Seharian ini aku udah kayak orang setres nyari kamu karena kamu lupa nyalain data seluler?"

"Iya Sultan, konyol banget. Ini kalau nggak saran dari pak Candra mungkin sampai kamu pulang bisa-bisa aku nggak nyadar"

Sultan berdecih, perempuan yang membuatnya kalang kabut seharian ini benar-benar unik dan siapa yang berpikiran dengan hal sepele seperti ini.

"Oh iya, kenapa kamu sampai nyuruh pak Candra buat ngirim aku ke Kairo sih?"

"Bentar, tadi kamu bercanda kan? Soal kamu lupa nyalain data?"

"Serius, ngapain aku bohong. Aku mikirnya kamu php'in aku padahal"

Sultan mengusap wajahnya frustasi, ia benar-benar tidak tau harus bereaksi seperti apalagi. Ia bersyukur karena Sofia baik-baik saja dan tidak kesal padanya tapi disisi lain ia sudah marah dan ngambek tidak jelas tadi.

***

Jika kemarin Sultan dibuat uring-uringan karena sulit menghubungi Sofia, kali ini Sultan kesal dan pengen pulang karena mendapat kabar Sofia mendapat project berdua dengan Jusuf—mitra dari perusahaan Candra.

"Ma, tolong bilangin Abang buat cari orang lain yang lebih berkompeten dari Sofia deh." Rengek Sultan pada mamanya yang menyusulnya ke Kairo.

"Dengan kata lain menurut kamu Sofia tidak berkompeten?" Goda mamanya

"Ya berkompeten ma, cuma—"

"Kamu cemburu?"

"Ya, Jusuf itu pemain berkedok cupu Ma"

"Intinya kamu cemburu kan?"

"Ya bukan gitu ma"

"Menurut mama kamu cemburu, udah itu aja"

Sultan terdiam, sejujurnya ia tidak cemburu sama sekali hanya saja ia takut jika nantinya sofia—ah ya benar  dirinya cemburu Sultan akui itu.
Tapi perlu digarisbawahi jika cemburunya disini bukan karena Jusuf lebih unggul darinya tentu tidak, tapi lebih ke Sofia akan nyaman dengan Jusuf karena saat ini mereka akan lebih sering ketemu dan berinteraksi tidak seperti dirinya.

Ditengah kemelutnya, ponsel Sultan berbunyi dan ia langsung sumringah saat nama Sofia muncul diponselnya.

Sofia mengirimkan pesan jika ia baru saja pulang usai dari jogging dan ia juga bercerita jika ia bertemu tidak sengaja dengan Jusuf disana. Sofia juga menceritakan perihal partner kerja barunya Jusuf itu pada Sultan sebelumnya dan inilah yang menjadikan Sultan uring-uringan lagi.

Sultan menyibakkan rambutnya kebelakang, ketebak sekali permainan dari Jusuf ini. Tanpa sengaja bertemu, melakukan pendekatan dan hap sasaran sudah dimangsa, begitulah ritme permainan dari suhu berkedok cupu. Mengetahui hal ini semakin membuat Sultan ingin cepat kembali ke Indonesia dan mengamankan Sofia dari serigala seperti Jusuf.

Sultan tidak akan pernah memberitahu Sofia jika ia risau dengan keberadaan Jusuf di sekitarnya, Sultan tidak ingin mencampur adukkan keprofesianal bekerja dan hubungan asmaranya, ia takut membuat Sofia merasa tidak nyaman karena tuduhan apa yang tidak pernah dilakukan oleh perempuan itu. Ini bukan perihal antara dirinya, sofia ataupun Jusuf. Ini hanya tentang Sultan dan segala asumsi yang tidak berdasar.

Jika dibilang waktu rasanya berjalan lama tapi tidak sepenuhnya benar karena sudah lewat tiga minggu ia berada di Kairo berarti tinggal 5 minggu lagi ia akan kembali ke Indonesia dan bertemu dengan Sofia.

"Mama kamu disana sampai kapan? Aku denger kamu gak berani ya tidur sendirian?"

"Hu'um mama masih disini sampai aku pulang kayaknya. Makanya ayo kita nikah biar aku nggak tidur sendiri" pipi Sultan memerah, ia sendiri yang mulai menggoda Sofia tapi ia sendiri yang salah tingkah.

"Idih, cheesy"

"Serius. Ayo kita nikah hidup bahagia bersama"

"Sultan udah ya, stop bahas soal pernikahan, aku kurang nyaman jika ini pembicaraan yang serius"

Sultan diam seribu bahasa, satu hal yang selama ini menjadi problemnya mendekati Sofia. Sultan melawan rasa trauma perempuan itu yang sudah tumbuh lama dalam diri Sofia. Sofia yang takut memulai hubungan dengan pria, perceraian orang tuanya benar-benar menaruh luka yang membuat Sofia merasa ketakutan.

Sultan baru mengetahui ini pada acara resepsi pernikahan Candra saat itu, melihat Sofia dan Maya yang terlihat senang dan menikmati acara.
Maya yang ingin menikah segera mungkin berbanding terbalik dengan Sofia, perempuan itu setuju jika pernikahan Candra adalah impian untuk sebagian dari mereka tapi tidak dengan Sofia. Sofia tidak mau menikah atau menjalin hubungan yang mengarah kesana. Sultan berpikir keras bagaimana caranya menyakinkan Sofia untuk percaya padanya bahwa semua ketakutannya itu tidak akan pernah terjadi.
Mendekatinya saja sudah susah bagaimana dengan mengajak menikah, suatu hal yang menjadi traumanya.
Hubungan mereka sebelumnya seperti pensil dan juga penghapus, Sofia sibuk melukis batas sedangkan Sultan terus berusaha menghapusnya.

Love MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang