9

79 19 4
                                    

Tak terhitung sudah berapa kali Sofia melirik kalender yang ada dimeja kerjanya, ternyata baru 2 hari yang lalu Sultan bertolak ke Kairo namun rasanya waktu berjalan begitu lama dan ini juga menjadi kebimbangan untuk Sofia sendiri tentunya. Awalnya Sofia pikir dua bulan adalah waktu yang cepat tapi entah kenapa ia malah merasakan hal sebaliknya apa ini karena ia terlalu berharap untuk berjumpa dengan Sultan secepatnya. Munafik jika ia bilang tidak merindukan pria itu, nyatanya ia berulang kali berharap Sultan memberinya kabar setiap menit.

Sofia melihat ponselnya membaca kembali riwayat pesannya dengan Sultan tadi malam. Sultan mengiriminya sebuah foto selfie, dalam foto itu Sultan terlihat menggemaskan sampai semalaman penuh Sofia memandangi foto itu.

 Sultan mengiriminya sebuah foto selfie, dalam foto itu Sultan terlihat menggemaskan sampai semalaman penuh Sofia memandangi foto itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa sadar pipi Sofia merona karena malu sampai Maya yang ada disebelahnya menyadari perubahan itu.

"Cie yang lagi fall in love" goda Maya

"Apaan sih, engga ada" elak Sofia

"Pasti pengen Sultan cepet pulang ya?" Maya semakin bersemangat menggoda Sofia yang wajahnya terlihat begitu merah.

Sofia langsung membenamkan wajahnya pada meja kerjanya, ia tidak sanggup jika harus meladeni Maya karena semua yang diucapkan seniornya itu benar.

***

Seakan tak cukup dengan kemelutnya sejak pagi ditambah diruangan kerjanya saat ini tinggal dirinya seorang diri karena rekan kerjanya sebagian sedang dinas diluar kantor dan sebagian lain sedang meeting, suasana yang sepi semakin membuat Sofia larut dalam pikirannya. Sambil mengerjakan laporan, sesekali Sofia mengecek ponselnya berharap ada pesan atau panggilan masuk dari Sultan, sejak pagi pria itu belum menghubunginya padahal menurut Sofia, Sultan begitu antusias untuk memberikan kabar.

"Sof, dipanggil pak Candra. Cepet ya, penting katanya"

Sofia menghembuskan nafasnya, sebenarnya ada apa lagi. Kenapa rasanya hari ini tidak baik untuknya, berurusan langsung dengan bos besarnya itu adalah hal yang paling ingin Sofia hindari selama bekerja disini, ditambah lagi tidak ada rekannya yang lain yang bisa membantunya jika diperlukan.

Tanpa mengulur waktu lebih lama, usai menyimpan file pekerjaannya Sofia langsung bergegas naik menuju ruangan pak Candra berada, ruangan yang mana beberapa hari lalu ia dan Sultan berciuman.

"Permisi pak, Sofia sudah tiba." Suara Hera-yang Sofia ketahui merupakan sekretaris Candra itu.

Kadang Sofia juga berpikir kenapa bosnya itu hanya libur singkat usai pernikahannya. Normalnya kan biasanya akan libur berminggu-minggu karena harus pergi honeymoon tapi bosnya ini malah tidak, jangan bilang beliau ini maniac pekerjaan. Entahlah

"Selamat sore pak" sapa Sofia begitu memasuki ruangan Candra

"Sore, saya langsung saja ya. Seharian ini saya diteror terus oleh Sultan, katanya kamu sulit dihubungi dan minta saya untuk mengecek kamu secara langsung"

Sofia mengerjapkan matanya, ia tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

"Mungkin ini terdengar konyol buat kamu, tapi Sultan seharian ini benar-benar merepotkan, saya masih meeting disuruh cepat balik ke kantor buat memastikan kamu secara langsung dengan kedua mata saya."

Sofia benar-benar tidak habis pikir dengan Sultan, kenapa pria itu harus sejauh ini merepotkan bosnya. Sofia saat ini sangat takut jika bosnya akan marah karena ini semua tidak ada hubungan dengan jobsdesknya.

"Maaf pak, nanti saya akan menghubungi Sultan untuk membicarakan perihal ini. Saya benar-benar minta maaf pak" ucap Sofia tidak enak hati

"Sultan juga minta saya buat kirim kamu kerja sama dia, ini saya lagi mikir kamu mau dipindahkan kesana untuk ngapain"

"Tidak perlu pak, jangan pikirkan kemauan Sultan pak. Saya janji setelah ini saya bakal bicarakan ini dengan Sultan pak."

Melihat reaksi Candra yang mengangguk paham membuat ketegangan yang dirasakan oleh Sofia sedikit mengendur.

"Oh ya Sof, saran saya coba kamu cek kuota kamu siapa tau habis atau kamu bisa kok gunakan WiFi selama di kantor."

"Baik pak. Terima kasih atas sarannya pak."

"Ya sudah kamu bisa siap-siap untuk pulang atau kalau masih ada kerjaan dan harus lembur silahkan lanjutkan pekerjaan kamu"

"Baik pak, siap"

Usai undur diri dari bosnya, Sofia langsung berlari menuju ruangannya. Ia langsung mengambil ponselnya yang ia simpan didalam tas sebelum bertolak ke ruangan Candra barusan.

Sofia duduk terkulai lemas, ia tidak mengira dirinya akan sebodoh ini.
Ia tertawa seorang diri sudah mirip orang yang sakit jiwa, bagaimana bisa ia lupa menyalakan data seluler ataupun wifi pada ponselnya, jelas saja sampai lebaran kuda tidak akan ada pesan masuk untuknya.
Tapi meski begitu harusnya bisa saja kan Sultan menghubunginya lewat telepon biasa, tidak mungkin orang sepertinya mempermasalahkan biaya roaming.

Masih dengan tawa yang tertinggal, ia membuka ponselnya dan benar saja ada puluhan panggilan masuk dan juga pesan dari Sultan.

Tak butuh waktu lama, ponselnya langsung berdering dan nama Sultan yang tertera pada layar ponselnya.

Alih-alih mendengarkan protes dari Sultan, ia malah sibuk menertawakan dirinya sendiri. Hal sepele seperti ini adalah sumber kegalauannya seharian ini mana sampai bosnya harus terlibat. Poor Sofia !

Love MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang