5

82 21 2
                                    

Sofia terpaksa untuk menerima tawaran dari Sultan yang ingin mengantarnya pulang usai dari acara resepsi, selain menghemat ongkos tentu dirinya jauh lebih aman ketimbang naik transportasi umum pada jam hampir larut malam.
Dan sejujurnya ini juga karena ulah Sultan yang membuatnya terlambat pulang, Sania malah terus mengajak ngobrol Sofia tadi.

"Sof, kok diem aj—"

"Diem dulu bisa kan? Capek aku tuh"
Sultan terdiam karena ucapannya dipotong oleh Sofia. Perempuan itu menyandarkan badannya pada sandaran kursi dan memejamkan matanya. Sultan menyadari hari ini pasti begitu melelahkan untuk Sofia, seharian ia bekerja dilanjutkan untuk menghadiri resepsi dan pulang selarut ini.

Sultan tersenyum simpul saat ia mengingat pertama kali ia bertemu dengan Sofia. Secara penampilan, Sofia memang tidak terlalu berbeda tapi Sultan merasa sikap jutek Sofia tercipta hanya untuknya saja.
Disini hanya dirinya yang mengingat semuanya, perempuan itu mungkin lupa bahkan tidak pernah menyadari pernah bertemu jauh sebelum Sofia bergabung dengan perusahaan Chandra.

Sultan berterima kasih pada jalanan yang sedikit macet karena bersamaan dengan bubarnya konser di stadion depan sana, dengan ini Sultan bisa memandangi Sofia yang sedang terlelap itu cukup lama. Rasanya ia ingin sekali mengusap rambut perempuan itu dan mengucapkan kata penyemangat hidup tapi ia tidak punya keberanian untuk itu. Katakan dirinya pengecut dengan menjahili Sofia terus menerus demi bisa dekat dengan perempuan itu tanpa rasa canggung tapi sepertinya caranya itu salah, Sofia malah semakin kesal dengan hal itu.
Sultan mengurut keningnya, ia bingung harus bersikap seperti apa menghadapi Sofia kedepannya nanti.
Meski begitu Sultan tidak pernah menyesal sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada Sofia.

"Sof, rumah kamu kearah mana sekarang ? tadi kamu cuma bilang sampai perempatan Celosia." Ucap Sultan lembut karena saat ini Sofia masih tertidur.
Karena urung mendapat jawaban, Sultan menepikan dan memarkirkan mobilnya pada minimarket 24 jam dekat persimpangan.
Sambil menunggu Sultan turun sebentar sambil membeli minuman.

Ponsel Sultan bergetar dan mamanya yang menelfon untuk memastikan keberadaannya. Sudah satu jam Sultan menunggu Sofia bangun, namun perempuan itu tak kunjung membuka matanya. Jam sudah menunjukan pukul 2 pagi, bertepatan dengan ponsel Sofia yang berdering.

"Halo... "

***

Merasakan suhu udara mulai panas, Sofia membuka matanya dan ia langsung menyadari kalau saat ini ia tidak tidur di kamarnya sendiri.
Sofia segera bangkit dan berniat melanjutkan tidurnya sesaat di kamarnya sendiri nanti.

"Morning ma." Sapa Sofia saat melewati dapur, disana mamanya sedang memasak yang mana ini menjadi kegiatan wajib perempuan paruh baya itu.

"Morning Sof, udah bangun aja kamu nak."

Sofia hanya mengangguk dan melanjutkan kembali langkahnya menuju kamarnya.

"Oh, mas pulang hari ini? Pantesan aku tidur dikamar mama" ucap Sofia saat menyadari dikasurnya ada orang lain, Sofia masih berpikir itu Surya—kakak laki-lakinya.

"Sofia kangen tau sama mas, tapi lebih kangen sama krucils, kayaknya mas sekarang rajin olahraga ya badannya keker gini"
Sofia dengan santainya memeluk pria yang ia kira Surya, ia bahkan memuji perawakan pria itu yang menurutnya kekar

"Mana wangi banget sekarang, padahal dulu gak gini, pasti mbak Vera kerja keras buat rawat mas. Makasih banyak mbak Vera."
Usai menepuk-nepuk punggung pria itu, Sofia langsung mengecupnya kilat tanpa basa-basi.

Sementara itu, Sultan yang memang tipikal orang yang sulit untuk tidur ditempat baru langsung membuka matanya saat pintu kamar yang ia tempati sekarang terbuka, kamar Sofia.

Sultan sudah siap untuk bangun namun ia langsung mati gaya begitu Sofia memeluknya, ralat memeluk sosok yang Sofia yakini ini adalah kakaknya.
Saat ini dirinya memang sedang tidur tengkurap dan bertelanjang dada tapi tidak kah perempuan itu bisa menyadarinya atau memang semirip itu dirinya dengan kakaknya Sofia, entahlah. Tapi begitu Sofia mengecup pipinya, Sultan tidak tahan lagi ia harus menghentikan ini supaya tidak semakin jauh.

"Jangan lakukan itu lagi atau aku akan salah paham"

Sofia hampir saja memekik jika saja Sultan tidak menutup mulutnya. Sofia hampir merasa gila bahagaimana bisa Sultan berada di kamarnya dan rasanya Sofia ingin menenggelamkan dirinya pada paling Mariana, ia tidak sanggup jika mengingat kembali apa yang sudah ia lakukan barusan.

***

"Nak Sultan gimana tidurnya? Nyenyak?"

Saat ini Sofia tidak sanggup mengangkat kepalanya meski hanya untuk melirik kedepan dimana Sultan berada. Saat ini mereka sedang menyarap bersama.

"Baik tante" jawab Sultan singkat

"Sof, kamu kok diam aja. Bilang terima kasih gitu sudah diantar pulang, ditungguin sampai kamu bangun, malah kamu gak bangun bangun."

Jawaban dari semuanya adalah akibat dirinya sendiri dan Sofia benar-benar tidak bisa berkutik, untuk menyesal pun rasanya sudah terlambat.
Ia memang harus berterima kasih kepada Sultan atas apa yang sudah pria itu lakukan untuknya. Yang semakin menambah penyesalannya yaitu Sultan juga yang membopongnya sampai kedalam rumah mengingat ia hanya tinggal berdua dengan mamanya sejak Surya menikah dengan Vera.

"Terima kasih" ucap Sofia tak kalah singkat, ia bahkan tidak bisa memandang Sultan lebih dari 5 detik karena rasanya sangat memalukan.

Usai menyarap bersama, sesuai titah mamanya, Sofia mengantar Sultan sampai ke teras depan dan memastikan dengan benar bahwa pria itu pulang dalam keadaan baik

"Makasih banyak buat semuanya ya, aku juga minta maaf buat hal konyol tadi dikamar, maaf banget bikin kamu nggak nyaman dan jangan salah paham, aku kira kamu masku yang pulang."

Meski sejujurnya saat ini Sultan juga merasa gugup tapi ia harus bersikap tenang menanggapi ucapan terima kasih juga permohonan maaf dari Sofia.

Sofia jelas tidak terima karena reaksi Sultan hanya sebatas mengangguk, orang iseng seperti Sultan memang sekali-sekali harus diberikan pelajaran bukan? Tunggu saja pembalasan Sofia nantinya

"Aku pulang dulu ya."

Sultan berjalan menuju mobilnya dan Sofia masih terus mengekori ya seperti titah mamanya.

"Sultan bentar."

Sultan yang tengah membuka pintu mobilnya itu memutar tubuhnya menghadap Sofia yang ada dibelakangnya.

Cup

"Hati-hati dijalan." Usai mengecup pipi Sultan dengan susah payah karena perbedaan tinggi mereka yang jauh, Sofia langsung lari begitu saja meninggalkan Sultan.

Sultan yang mendapat serangan mendadak tidak bisa berkutik, jika kejadian dikamar tadi bukanlah sebuah kesengajaan tapi kali ini Sultan yakin Sofia sengaja melakukannya dalam artian perempuan itu benar-benar sadar.
Kaki Sultan mendadak lemas seketika,pintu mobil yang tadi sempat ia buka malah kini ia tutup.
Sultan sampai berjongkok menyender pada badan mobil, sejujurnya ia benar-benar salah tingkah saat ini.

Disisi lain, mamanya Sofia yang mengintip dari balik jendela hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah Sofia dan Sultan yang terlihat kekanakan menurutnya.

"Ish, mereka kayak remaja aja." Gerutunya

Love MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang