4

79 22 4
                                    

2 bulan kemudian

"Beri tepuk tangan yang meriah untuk pasangan pengantin yang berbahagia hari ini."

Suara pembawa acara begitu menggema di ballroom hotel bintang 7 ini. Beberapa staff termasuk Sofia mendapat undangan pernikahan dari petinggi perusahaan, Candra bos mereka menikah hari ini.

Satu persatu orang disekitarnya bergeser maju bergabung dengan pengantin untuk berdansa bersama. Sofia ikutan bersorak saat Sagi turut membawa Maya untuk bergabung.

Euforia yang sedang dirasakan Sofia seketika redup saat sebuah tangan terulur didepannya.

"Mau berdansa denganku?"

Sofia sampai harus mengerjapkan matanya berkali-kali. Sultan yang sudah tampan semakin tampan dengan setelan tuxedo warna hitam.
Rambutnya yang ditata sedemikian rupa semakin menambah nilai plus dari ketampanannya.

"Sof?"

Suara Sultan menembus gendang telinganya dan menyadarkan Sofia dari segala lamunannya. Akhirnya Sofia menerima uluran tangan itu dan berdansa seperti yang lainnya.

Tidak ada kata yang bisa mendefinisikan betapa saat ini jantungnya berdegup luar biasa tak beraturan. Dibalik ketenangannya saat ini, jauh didalam dirinya rasanya seperti ada yang memberontak. Sofia ingin teriak saat Sultan menghujaninya dengan pandangan yang bisa menelanjangi dirinya tentu ini bukan dalam artian yang sebenarnya ya.

"Kenapa?"

Sofia merinding hebat saat Sultan membungkuk dan berbisik tepat ditelinga kirinya.

"Udahan yuk, yang lain sudah pada selesai" ucap Sofia

Benar, satu persatu dari pasangan dansa undur diri dan saat ini hanya tersisa Candra dengan pasangannya juga Sofia dengan Sultan.

"Bentaran, musiknya bentar lagi juga selesai."

"Kamu tau darimana kalau mau selesai?"

"Ini instrumen pak Candra langsung yang buat."

"Ha? Serius?"

Sultan hanya mengangguk dan mengangkat tangan Sofia, membuat perempuan itu berputar dan Sultan langsung meraih pinggang Sofia.

"Ayo ketepi, habis ini pengantin bakalan ciuman. Kalo kamu masih mau lanjut ya kita juga harus ciuman juga."

"Gila." Sofia melepaskan dirinya dari Sultan secepat kilat.

***

"Mama pengen ketemu sama kamu."

Sofia yang tengah menikmati hidangan bersama rekan timnya dibuat kaget oleh kemunculan Sultan yang tiba-tiba. Kenapa juga pria itu sekarang hobi berbisik seperti ini.
Dan apalagi katanya, mamanya ingin bertemy dengannya, emang ada perlu apa.

"Kenapa memangnya?" Tanya Sofia

"Hmm, mama cuma pengen ngobrol bentar sama calon mantu."

Sofia berusaha keras untuk mengabaikan ucapan Sultan yang menurutnya bercanda itu. Ia kembali melanjutkan sesi makannya meski sejujurnya saat ini seluruh pasang mata timnya sedang menatapnya seolah meminta penjelasan.

"Ja—jangan salah paham. Sultan lagi gosipin pengantinnya kok, hehe."

Sultan berusaha keras menahan tawanya agar tidak pecah, meski begitu ia tetap membujuk Sofia agar mau bertemu dengan mamanya.

"Sof, lihat tuh." Sultan berbisik pada Sofia mengarahkan perempuan itu untuk melihat kearah posisi mamanya berada.

Sofia menelan ludahnya, dikejauhan sana ada sosok yang tengah melambai  entah untuk dirinya atau Sultan, namun mata perempuan itu jelas mengarah padanya. Sofia tau betul jika beliau adalah orang tua dari pengantin hari ini yang juga orang tua Sultan tentunya.

"Tuh kan apa aku bilang." Ucap Sultan penuh kemenangan

Usai berpamitan pada rekannya, Sofia berjalan disisi Sultan. Langkahnya terasa berat menuju bos besarnya diujung sana.

"Ma, kenalin ini Sofia."

Sofia tersenyum sambil mengulurkan tangannya menyalami Sania—mama Sultan. Ini merupakan adab kesopanan yang berlaku untuk umum, bukan semata-mata Sofia ingin cari muka.

"Aaaa, hai Sofia. Ada banyak hal yang ingin mama bicarin sama kamu. Yuk ikut."

Saat berjalan mengekori Sania, Sofia menyempatkan diri untuk memberikan pelototan pada Sultan. Rasanya campur aduk, sulit untuk dijelaskan.

"Begini, Sultan bilang kamu udah pengen nikah begitu juga Sultan anaknya udah kebelet. Tapi dikeluarga kita cuma dibolehkan untuk menggelar resepsi setahun satu kali, kamu keberatan nggak kalau harus nunggu satu tahun lagi?"

Sofia merasa setelah bertemu dan kenal dengan Sultan dirinya lebih mudah terserang kebingungan, contohnya malam ini salah satunya. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud oleh mamanya Sultan.

"Mama baru tau kalau Sultan ternyata udah punya pacar, dan pas bilang langsung minta nikah juga katanya kamu minta untuk segera dinikahi sebagai bukti keseriusan Sultan."

"Ko—kok jadi saya? Sultan, sebentar ini sepertinya ada kesalah pahaman. Saya dan Sultan tidak pacaran jadi tidak ada cerita saya minta dia untuk nikahin saya Bu."

Sofia mencoba menjelaskan namun sorot mata Sania terlihat begitu kecewa. Perempuan itu langsung memegang tangannya.

"Benar kan ma, apa yang aku bilang. Sofia kalau marah suka gak nganggap hubungan kita. Jadi usahakan ya ma tahun ini kita nikah."

Sofia jelas-jelas tidak terima dengan omong kosong Sultan apalagi melibatkan mamanya disini.

"Sultan, please berhenti omong kosong. Kita nggak pacaran, sejak kapan ralat maksudku kapan aku minta kamu untuk nikahin aku?"

Sultan mengangkat tangannya dan dijemari manis Sofia sudah terpasang sebuah cincin. Sofia sendiri tidak tahu sejak kapan benda itu terpasang disana, mungkin dirinya tidak sadar saat diajak bicara oleh Sania tadi.
Sofia merasa kesal dengan akal-akalan Sultan.

"Kalau kamu lupa, kita pakai cincin couple sekarang, dicincin yang kamu pakai ada namaku begitupun sebaliknya. Sayang, jangan marah lagi ya. Kalau kamu masih mau kita nikah tahun ini, ayo bantuin aku bujuk ke mama."

Sofia merinding hebat dan rasanya ingin menonjok Sultan yang tanpa merasa berdosa menyusun rencana sedemikian ini dan apalagi ini tingkahnya mencium tangan Sofia tanpa izin. Sofia menatap Sania dengan perasaan tidak enak, ia sangat sungkan pada beliau.

"Bu, saya minta maaf kalau ini menyusahkan. Dan mengenai permohonan ibu tadi, saya setuju." Ucap Sofia dengan harapan menghapus rasa kecewanya

"Terima kasih banyak ya sayang." Sofia bisa merasakan tangannya diusap halus oleh Sania. Senyum perempuan separuh baya itu terlukis diwajah cantiknya tidak ada raut kecemasan lagi. Dan Sofia merasa jika Sultan terlalu berlebihan membuat candaan.

"Ma, ambil hape coba record kalau Sofia beneran terima. Ya sebagai bukti aja ma kalau dia beneran gak masalah takutnya kalau pas mama udah ga ada disini dia bakalan neror Sultan lagi."

Sofia terdiam, ia mengambil nafas panjang kemudian menutup matanya dan menghembuskan ya secara perlahan. Ia benar-benar tahu jika semua orang pasti mengalami yang namanya cobaan hidup, dan Sofia anggap Sultan adalah cobaan untuknya.

"Sultan pake handphone kamu, silahkan rekam." Ucap Sofia putus asa dan Sultan benar-benar mengeluarkan ponselnya bersiap untuk merekam Sofia.

"Saya Sofia, tidak keberatan untuk menunda pernikahan dengan Sultan dan bersedia diganti kapan saja." Ucap Sofia

"Lebih spesifik dong, tahun depan."

Bagi Sofia Sultan benar-benar menyebalkan

"Saya Sofia, saya bersedia menikah dengan Sultan tahun depan. Saya tidak akan memaksa Sultan untuk segera menemui orang tua saya."

Dari posisinya duduk, Sania bisa melihat jika Sultan dan Sofia seperti tom&Jerry saat ini. Setelah mendengar Sultan telah memiliki kekasih sejujurnya ada rasa bahagia sendiri untuk Sania. Terlebih melihat putranya yang semakin ceria dan tambah dewasa tentunya.

Bersambung....

Wah gimana nih? Semoga masih pada mau pantengin cerita ini ya? Agak stuck beberapa hari, lebih ke mager dan sibur aja di real life.

Semoga kalian semua sehat selalu ya

Love MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang