6

94 21 0
                                    

Sejak kepulangannya dari rumah Sofia rasanya mulut Sultan bisa kram karena ia tidak bisa berhenti tersenyum, ya saat ini ia sedang gencar-gencarnya tersenyum sendiri seperti seorang yang gila.

Sesekali Sultan menyentuh pipinya yang tadi dikecup Sofia, berhubung saat ini hanya ada dirinya didalam mobil Sultan tidak akan malu-malu menunjukan betapa dirinya yang tersipu, ia juga memberikan pukulan kecil pada stir mobilnya. Ia juga menggigit bibir bawahnya, lengkap sudah kedua pipinya hari ini mendapat ciuman dari Sofia.

Sania merasa ada yang aneh dengan kepulangan putranya, Sultan memang murah senyum tapi bukan berarti ia akan terus tersenyum sepanjang hari kan?

"Dek, jam setengah 5 kamu masih nelfon mama bilang nggak bisa tidur loh, tapi kamu pulang dari rumah Sofia jadi kayak gini kamu nggak aneh-aneh kan? Ehm, maksud mama kamu ngg——" ucapan Sania terhenti karena Sultan lebih dulu menginterupsinya

"Ma, kalau nikahan Sultan nanti mama maunya pakai adat apa?"

Sania tidak habis pikir dengan Sultan saat ini. Kecemasannya makin menjadi dengan pertanyaan random putra bungsunya itu.
Bukan bermaksud apapun, tapi saat ini Sania benar-benar takut jika ia akan mendapat cucu dari Sultan alih-alih dari Chandra yang semalam barusan menikah.

"Sultan dengerin mama bentar, kamu jangan senyum-senyum terus."

Sultan memasang wajah seriusnya dan bersiap mendengarkan mamanya bicara.

"Kalian tidak tidur berdua kan?" Tanya Sania hati-hati

Gelengan Sultan membuat Sania merasa tenang setidaknya prasangka cucu express dari Sultan tidaklah benar. Namun ketenangannya itu tidak berlangsung lama karena Sultan kembali bersikap aneh, pipi dan telinganya bahkan memerah.

"Menurut mama sofia orangnya gimana?" Tanya Sultan

"Kelihatannya sih baik, anaknya periang kalau mama liat, tapi ini menurut mama aja ya kalian itu mirip."

Sultan hanya mengangguk-angguk

"Mama melupakan sesuatu"

"Ha? Emang ada yang kurang dek?"

"Ada"

"Apa?"

"Sofia itu lucu." Ucap Sultan sambil tertawa. Lagi dan lagi Sultan diam melamun sambil tersenyum, luar biasa dampak kecupan itu untuknya.

Sementara itu saat ini Sofia sedang duduk berdua bersama mamanya, mereka sedang membuka ponsel masing-masing sambil melihat fashion mode yang lagi happening.

"Kok bisa kamu pacaran sama Sultan, adeknya bos kamu sendiri sih Sof?"

Sofia pikir tidak akan ada pembahasan tentang Sultan lagi tapi rupanya ia salah, mamanya masih penasaran juga.

"Kita nggak pacaran ma"

"Mungkin sebentar lagi kali ya" monolog mamanya membuat Sofia berfikir mamanya ini pasti sudah ketularan Sultan.

Andai mamanya tau jika selama ini yang dilakukan Sultan hanyalah mengusilinya apakah mamanya akan berpikir hal yang sama, Sofia rasa tidak.
Setiap malam bahkan Sofia sampai bekerja lembur untuk membereskan kekacauan yang disebabkan oleh ulah Sultan. Tapi jika dipikir-pikir lagi dari sekian banyak orang dikantor hanya Sultan yang selalu ada untuknya baik dalam kesempatan maupun ketidaksengajaan.

Sofia kembali teringat akan suatu hal yang terjadi semalam, saat ia berada di resepsi pernikahan bos sekaligus kakaknya Sultan.
Saat itu Sofia sedang berada didalam toilet dan ia mendengar pembicaraan diluar yang mana topik utamanya adalah Sultan. Katakan dirinya tidak sopan karena memilih menguping alih-alih keluar.
Orang itu bilang jika Sultan penyuka sesama jenis, meski ini hanya kemungkinan mereka tak segan untuk membeberkan hal yang menurut mereka ini sebagai bukti.

Sultan tampan, memiliki proporsi tubuh yang ideal tapi tak pernah ada perempuan yang jadi kekasihnya, bahkan dari sekian banyak gadis yang mendekatinya tak ada yang berhasil. Sofia setuju jika memang Sultan setampan itu tapi mengenai hubungan, bisa saja Sultan memiliki kekasih atau pernah menjalin hubungan tapi sengaja tidak ingin mengeksposnya, bisa jadi kan?

"Apalagi Dedari udah kesemsem sama Sultan sejak lama tapi mereka juga gak ada pergerakan kan?"

Sofia masih ingat dan jujur saja ia kepo dengan sosok Dedari ini. Rasanya nama ini tidak asing untuknya. Sofia teringat akan suatu hal lagi, mengenai Dedari ia pernah bertemu sekali dengan perempuan itu dikantornya. Cantik, tinggi dan ya sangat cocok dengan Sultan memang.
Tapi sikap Sultan memang manis dengan Dedari berbanding terbalik dengan perlakuan Sultan dengannya. Mengingatnya saja sudah membuat Sofia kesal setengah mati.
Panjang umur, ditengah-tengah pemikirannya tentang Sultan, ponsel Sofia berdering dan nama Sultan tertera dilayar.

"Halo, ada apa?" Ucap Sofia dengan nada yang sedikit ketus

"Kamu sudah sampai rumah. Hmm syukur kalo gitu."
Sofia tidak habis pikir kalau tujuan Sultan menelfonnya hanya untuk mengabari ini.

"Kamu mau kemana?" Tanya Sofia saat suara Sultan terdengar sedikit tidak jelas

"Oh, mau dinas keluar negeri 2 bulan. Sok atuh, semangat kamu pasti bisa"
Mendengar jika Sultan pamit harus pergi keluar negeri selama dua bulan nyatanya Sofia sangat bahagia, karena tidak akan ada yang menjahilinya nanti.

"Aku sedih? Engga, aku turut bahagia dong semoga setelah ini kamu makin sukses dan mateng karirnya"

Andai Sultan tau kalau Sofia tidak merasa sedih sedikitpun malahan ia merasa bahagia saat ini.

"Ya udh, kamu semangat ya sampai ketemu besok. Besok masih berangkat kan?"

Ya setidaknya besok mereka masih berjumpa, dan Sofia sangat mengikhlaskan kepergian Sultan untuk dinas keluar tentunya. Besok ia harus berdandan sekeren mungkin untuk menyambut kebebasannya.

Love MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang