Sofia langsung menenangkan dirinya di toilet kantor, ia merasa dirinya sudah gila saat ini. Pasti saat ini Sultan sudah menganggap dirinya perempuan murahan yang mudah sekali untuk dipancing berciuman, Sofia merutuki lemahnya iman yang ia punya, ia harusnya bisa bertahan lebih lama lagi tak seharusnya ia terkecoh dengan ketampanan Sultan yang memang mutlak itu.
Sofia melihat kearah cermin, ia memegang bibirnya dan sejujurnya rasa bibir tipis Sultan masih melekat pada dirinya. Ia masih mengingat jelas dan ritme deru nafas Sultan masih terekam dengan jelas. Konslet sudah isi otaknya saat ini.
Sofia menarik sedikit blouse yang ia pakai, ada hasil karya seni Sultan disana. Meskipun kecil tapi mampu membuatnya merinding sekujur tubuh, bahkan Sofia sempat merasa tidak rela saat percumbuan mereka berakhir. Sejujurnya ini merupakan pengalaman pertama kali untuknya, dan Sultan membuatnya semakin berkesan dan meninggalkan sensasi gila dan penyesalan yang nikmat.
Sofia sudah kembali ke ruangannya dan saat ini ia sedang duduk sambil memilah data dan mulai menginput satu persatu. Dari tempatnya duduk ia bisa melihat dengan jelas Sultan yang tengah bercanda dengan Sagi sambil memutar name tag nya.
Isi kepala Sofia yang mengalami konsleting itu memutar kembali adegan tak senonoh, ia mengingat bagaimana jari jemarinya menyentuh setiap jengkal tubuh atas milik Sultan, bagaimana bibir tipis itu bisa membuatnya mabuk kepayang seperti tadi. Mata Sofia turun menginvasi bagian pinggang Sultan yang ramping, Sofia menelan ludahnya ia kembali berfikir mencari dimana letak kekurangan Sultan dari fisiknya.
Pria itu benar-benar mempesona."Parah, otakku udah gak beres." Gumam Sofia yang disadari oleh beberapa orang diruangan itu karena Sofia mengucapkannya dengan suara yang cukup terjangkau oleh telinga.
"Kenapa?" Tanya Maya yang posisinya paling dekat dengan Sofia
"Eh—anu ini kayaknya salah ngeinput data untung udah ketahuan."
Sofia mencari alasan secepat mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan lain."Tadi dicariin bu bos besar ada urusan apa?"
Pertanyaan yang paling Sofia takutkan akhirnya ia terima juga, mau bagaimanapun pertanyaan ini tidak akan terelakkan. Jangankan orang lain, dirinya sendiripun bertanya-tanya kenapa ibunya Sultan memanggilnya. Entah mengenai urusan pribadi atau urusan pekerjaan.
"Aku juga nggak tau. Masalahnya kita baru ketemu tuh diruangan pak Candra setelah itu beliau dicari suaminya, ya udah belom ada pembicaraan lanjut." Jawab Sofia yang memang sesuai fakta yang ada, ia juga belum mengetahui alasan Bu Bosnya memanggilnya tadi.
"Tapi kok lama?" Maya menaruh curiga dan ia gunakan ini untuk menjahili Sofia.
Jelas Sofia kalang kabut saat ini. Ia tidak mungkin akan bilang jika seperginya Bu bos ia malah berciuman dengan anaknya, ini bukan sebuah prestasi yang harus sofia deklarasikan saat ini.
"Aku nungguin tapi akhirnya beliau bilang aku suruh balik keruangan." Ucap Sofia. Jauh dalam hatinya ia bangga sekaligus miris, ternyata ia punya bakat juga dalam hal berbohong.
"Oh, oke deh."
Sofia merasa tenang saat Maya sudah kembali ke kubikelnya dan berfokus pada pekerjaannya. Mata Sofia kembali melirik kearah Sultan berada, kacamata yang tadi digunakannya saat ini sudah tanggal. Tanpa kacamata Sultan sudah sangat tampan tapi saat pria itu memakai kacamata rasanya seperti sosok yang tidak nyata karena saking indahnya untuk dipandang.
Sofia langsung kalang kabut saat Sultan berjalan kearahnya dan tiba-tiba membungkuk kearahnya.
Sofia refleks menutup matanya, bibirnya masih terasa panas dan apa Sultan segila itu untuk kembali menciumnya. Ah rasanya memang dirinya terlalu percaya diri dan begitu murahan."Kamu kenapa liatin aku kayak gitu?" Bisik Sultan yang akhirnya membuat Sofia membuka matanya kembali dan ia merasa konyol saat ini.
"Kenapa?" Lagi-lagi Sofia nyaris terhipnotis oleh suara lembut Sultan. Andaikan Sultan tidak jahil pastilah Sofia sudah jatuh hati padanya.
"Nggak. Kamu nyebelin." Jawab Sofia sekenanya.
"Hmm, ntar anterin aku ke bandara."
"Ogah yang lain aja"
"Yang lain udah bosen nganterin aku, dan kalau sendirian juga aku nggak mau. Pokoknya entar kamu anterin aku. Titik."
***
Seberapa keras usahanya untuk menolak namun keinginan Sultan harus terpenuhi adalah nomer 1.
Saat ini Sofia benar-benar menginjakkan kakinya dibandara mengantar Sultan.
Sofia merasa saat ini banyak pasang mata mengarah ke Sultan, ya wajar saja good looking selalu menjadi pusat perhatian bukan?"Jangan jauh-jauh."
Tiba-tiba Sultan meraih tangan Sofia dan menggenggamnya. Sepertinya Sultan peka jikalau Sofia menjaga jarak darinya."Aku lagi ngehindarin kamu, eh kamu malah gandeng tangan aku. Lepasin bisa kan?"
"Kenapa memangnya?" Langkah Sultan terhenti, ia menengok sebelah kirinya dimana Sofia berada.
"Banyak yang lihatin kamu." Jawab Sofia dengan suara yang lirih
"Belum tentu, siapa tau mereka lagi lihatin kamu"
"Aku serius Sultan, mereka lihatin kamu. Oke, kalau mereka lihatin aku mungkin buat perbandingan, ish tu perempuan merusak pemandangan aja"
Sultan langsung memeluk Sofia dan menenangkan perempuan itu. Entah apa yang dirasakan Sofia sampai ia harus merasa begitu tidak percaya diri saat berjalan disampingnya.
"Keindahan fisik itu semu, tapi cantiknya hati itu lebih utama. Aku aja bangga dan pengen kasih tau kedunia kalo kamu itu pacarku" ucap Sultan sambil mengelus kepala Sofia bagian belakang.
"Mana ada, kita nggak pacaran" ucap ketua sofia sambil mengurai pelukan dari Sultan.
"Aku rasa seusia kita udah terlalu aneh buat tanya, mau nggak jadi pacarku seperti itu. Toh kita udah ciuman dan itu ga mungkin dilakukan oleh orang yang tidak deket. Kecuali kamu pervert"
Sultan sepertinya sengaja menekankan kata pervert untuk menggoda Sofia dan benar saja perempuan itu langsung mengamuk dengan memukul kecil lengan Sultan.
"Udah ya sayang, tahun depan kita juga menikah. Buang semua keraguan kamu, sekarang kamu punya aku begitu pula sebaliknya."
"Apaan sih." Gerutu Sofia yang malah mendapat hadiah kecupan dipipinya dari Sultan
"Aku tinggal kerja dulu ya, 2 bulan kedepan kita bakalan ketemu lagi"
Sultan menggenggam erat tangan Sofia, ia juga memandangi lekat-lekat mata perempuan itu.
"Lama ya? Kamu beneran gak mau ikutan aku kesana?" Ucap Sultan memastikan barangkali Sofia berubah pikiran dan mau menemaninya dinas diluar negeri.
"Nggak. Emang perusahaan punya kamu apa." Protes Sofia dan ditanggapi dengan tawa oleh Sultan
Sultan menarik pinggang Sofia dan membawanya semakin dekat padanya.
"Jangan ada penolakan, aku cuma mau nge charge baterai aku saat jauh dari kamu" ucapan Sultan diakhiri dengan bibirnya yang langsung menyapu bibir Sofia. Keduanya berciuman cukup lama menyalurkan energi satu sama lain. Sofia benar-benar tidak perduli dengan pandangan para perempuan yang protes iri dengannya saat ini. Ia hanya menikmati gerakan lembut bibir Sultan padanya.
"Jaga diri kamu baik-baik, jangan selingkuh tunggu aku pulang"
Sofia merasakan tangan Sultan begitu lembut mengusap pipinya. Rejeki memang berupa banyak hal, jika benar Sultan serius dengannya maka rasanya Sofia seperti mendapatkan rejeki nomplok.
Jika istilah pria semua sama setidaknya untuk Sultan kita bisa menikmati parasnya yang rupawan."Oke, aku tunggu dua bulan lagi. And, kiss me next time we meet. as wild and hot as lava"
Sultan tersenyum simpul mendengar permintaan perempuannya itu.
"With my pleasure" balasnya
Entah bagaimana waktu 2 bulan kedepan berjalan nantinya, baik Sofia ataupun Sultan tentu akan menjalaninya sesuai dengan porsi mereka masing-masing
Dan hubungan jarak jauh ini dimulai dari siang yang cerah diiringi tatapan orang disekitar mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Maybe
FanficAntara nyaman dan cinta sungguh membuat dilema. Sofia yang merasakan sesuatu aneh pada dirinya, ia yang enggan untuk mengakui jika ia menaruh hati pada Sultan, disisi lain ia juga meragukan keseriusan pria itu. Namun disisi lain Sultan terus berusah...