Panjalu Bandung FM / station for creative student // selamat malam / selamat bermalam minggu wahai penduduk Panjalu // Malam ini barengan Jihoon lagi disini akan nemenin malam minggu kalian // Gimana nih kabar Sobat Panjalu sekalian? / semoga sehat selalu ya menjelang bulan penuh oleh ujian akhir semester //
Sobat Panjalu, di edisi malam minggu ini/ Jihoon akan menemani Sobat Panjalu selama dua jam ke depan / tentunya dalam program M2P (Malam Minggu Panjalu) // dimana Sobat Panjalu dapat me request lagu / titip salam / curhat / dan ikut berpartisipasi dalam topik kita malam ini //
Langsung aja nih ya kita dengerin satu lagu pembuka dari Kaleb J with It's only me // check this song ///
Lantunan instrumen mulai terdengar sebagai pembuka lagu, di awal sabtu malam ini. Menemani gadis dengan kacamata bulat dihidungnya, yang tengah fokus pada deretan kalimat dilayar yang ada dihadapannya.
/Selama ini, ribuan hari ku dekat denganmu
/Lewati berbagai hal ku ada disisimuSecara naluriah, gadis itu mulai menyanyikan bait lirik dari lagu yang diputar di radio. Setidaknya untuk menemani kesunyiannya seorang diri di kamar kos, disaat remaja seusianya kebanyakan tengah menikmati malam minggu bersama ditempat tongkrongan.
"Gelet op de artikelen 1 en 2 van het besluit van 28 November 1905 No. 48." gumam gadis itu sejenak melupakan lirik lagu yang tengah ia nyanyikan, berusaha membaca teks arsip didepannya.
Gadis itu kembali fokus pada tugas didepannya, sebuah lembaran arsip berbahasa Belanda yang harus ia terjemahkan dan ringkas isinya.
Wonwoo, gadis dari jurusan Sejarah itu tengah mengerjakan tugas mata kuliah Bahasa Belanda Arsip. Tugasnya ialah mentranskrip sebuah arsip berbahaya Belanda yang merupakan hasil tulis tangan, lalu menerjemahkannya dan menentukan SPO sesuai dengan yang ditugaskan oleh sang Dosen. Ketahuilah bahwa tulisan orang jaman dulu, seperti cikal bakal dari tulisan seorang dokter.
Wonwoo melepaskan kacamatanya sejenak, mengucek kedua matanya yang terasa pedih.
"Bisa juling gue lama-lama berhadapan sama teks kayak gini." keluhnya.Gadis itu menghela nafas, menaruh pulpen yang sejak tadi dia pegang. Tangannya mulai bergerak memainkan mouse dan mengarahkan kursor untuk meninggalkan tugasnya sejenak.
"Nama Desanya Cikuda." gumam Wonwoo. "Seharusnya gue nemu di arsip tentang nama desa itu, kalau gak ada perubahan tatanan kota."
Tangan Wonwoo bergerak lihai mengarahkan kursor, untuk membuka website arsip berisikan dokumen maupun koran pada sejak abad ke-18 hingga sekarang. Wonwoo mencari pada bagian dokumen, dan menemukan salah satu dokumen yang menunjukkan hasil pencarian dari kata kunci yang ia ketikkan.
"Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, Cikuda merupakan kawasan perkebunan teh dan pohon karet yang dikuasai oleh perusahaan swasta milik Belanda, Maatschappij tot Exploitatie der Lijn-Landen yang berdiri tahun 1841, dengan luas saat itu mencapai 962 hektar. Perusahaan tersebut dimiliki oleh seorang pria berkebangsaan Jerman, bernama Willem Abraham van der Lijn (1816–1879) atau lebih terkenal di masyarakat dengan sebutan Baron van der Lijn." Wonwoo membaca informasi yang tertera disana.
"Untuk mengontrol perkebunannya yang luas, Baron van der Lijn membangun sebuah menara. Menara ini dilengkapi dengan sebuah lonceng yang terletak di puncak menara dan tangga untuk sampai ke puncaknya. Menara ini kemudian dikenal sebagai Menara Loji." sambung Wonwoo membaca kalinat selanjutnya.
Dia lalu menggulir halaman ke bawah hingga menemukan beberapa foto Desa Cikuda pada era sebelum kemerdekaan, atau ketika wilayah itu masih merupakan tanah perkebunan yang luas. Dua foto yang kemudian menarik perhatian Wonwoo, yakni foto sebuah jembatan serta sebuah menara.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN Di Desa Cikuda | SVT Lokal
HorreurKuliah Kerja Nyata, alias KKN yang berlokasi di Desa Cikuda. Salah satu desa tertinggi yang terletak di Kabupaten S. Siapa sangka jika lokasi KKN yang ditentukan disana, justru membawa malapetaka untuk para mahasiswa. Tujuan KKN yang berpegang pada...