KKN : Puncak

1.3K 202 57
                                    


Bloody, Suicide, Abuse


"Argh kenapa kita balik kesini lagi sih?!" seru Hyunjae kesal karena berulang kali mereka justru kembali ke tempat awal.

Setelah memutuskan untuk menyusul mereka yang terpisah secara bersama-sama, mereka sebenarnya sudah mengikuti jalur yang mereka lalui tadi tapi seolah terus berputar ditempat yang sama, mereka selalu kembali ke pinggir sungai itu.

"Kwan, gimana ini? Kita gak dibuat tersesat sama penunggu disini kan?" tanya Jaehyun menatap Seungkwan yang tengah menatap sekitar.

"Aku gak ngerti, kak. Aku gak ngerasa penunggu disini menganggu kita, aku juga gak ngerasa aura jahat warga atau makhluk dari Desa." jawab Seungkwan dengan mata yang masih mengedar kesekitar.

"Terus kenapa kita selalu kembali kesini? Biasanya kalau kayak gini itu artinya kita dibuat tersesat sama penunggu disini kan?" ucap Jun.

Seungkwan mengangguk. "Iya biasanya memang seperti itu, kak. Tapi aku benar-benar gak merasakan ada energi 'sesuatu' yang menganggu kita. Sepanjang kita berjalan bahkan sampai kembali kesini, aku gak ngerasain energi apalagi melihat kehadiran mereka." ujar Seungkwan.

Biasanya Seungkwan sangat sensitif dengan 'hal' seperti itu, dia selalu bisa merasakan kehadiran 'mereka' atau hingga bisa melihat 'mereka' meskipun hanya dari sudut matanya saja. Namun kali ini Seungkwan benar-benar tidak merasakan itu, tidak merasa ada energi negatif, apalagi melihat 'mereka' meskipun hanya sekilas saja.

Hari masih sore, cahaya yang masuk ke dalam hutan itu masih sama seperti saat mereka sampai di sungai tadi. Tidak ada perubahan pencahayaan sama sekali, masih sama seperti tadi. Seolah mereka tetap berada di waktu yang sama, meskipun mereka sudah hampir 5 kali berjalan dan kembali ke tempat itu.

Waktu seolah terhenti tanpa sebab, dan tidak ada pergerakan sama sekali dari sinar matahari yang menyelusup diantara celah ranting pepohonan. Bahkan tidak ada pertanda hari akan semakin gelap, padahal seharusnya hari semakin gelap mengingat bahwa mereka memasuki hutan disaat sore menjelang.

"Kita istirahat dulu ya, kaki gue pegel." rengek Myungho mendudukan dirinya di bebatuan pinggir sungai.

Semuanya memutuskan untuk istirahat, kembali duduk ditempat yang terasa nyaman untuk mereka duduki. Sambil sesekali mereka berpikir mengenai apa yang terjadi kepada mereka, lalu bagaimana caranya untuk mereka melepaskan diri dari hutan ini.

"Kita kembali ke tempat ini saat mencoba untuk kembali nyari yang lain kan." ujar Jungkook.
"Gimana kalau sekarang kita coba kebalikannya, kita jalan ke depan menuju tugu dan lihat apa kita bakal balik kesini atau tidak?" ide Jungkook.

Mereka terdiam sejenak saling memandang, memikirkan ide yang baru saja Jungkook ucapkan. Namun sebenarnya setiap pilihan pasti ada resiko, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka memilih jalan maju.

Sampai sekarang mereka akhirnya memilih untuk terdiam, duduk dengan pikiran mereka masing-masing tentang apa yang sedang terjadi sekarang. Benarkah mereka terjebak? Bahkan hingga 1 jam lamanya mereka duduk diam disana, matahari seolah tidak bergerak sama sekali. Cahaya yang mengintip masuk itu tidak berubah posisi sama sekali.

Lantas mereka harus bagaimana? Tetap diam disana? Kembali mencari ketujuh teman mereka yang terpisah, tapi mungkin akan berujung mereka hanya mengelilingi tempat yang sama. Atau berjalan ke depan menuju tugu, tanpa tahu apa yang sedang menanti mereka didepan sana.

"Kita-"

Swussss

"Arghh apa ini."

Belum selesai Chan berkata, sebuah angin kencang tiba-tiba saja menerpa mereka. Angin yang entah datang dari mana membuat mereka bahkan kesulitan untuk melihat, angin itu terlalu kencang hingga rasanya mereka seperti akan terbang jika tidak berpegangan.

KKN Di Desa Cikuda | SVT LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang