We Never Met Before

100 3 0
                                    

Waktu berjalan begitu cepat, saat ini Kyla sedang menjalani tugas sebagai Tutor untuk nail private class sebuah saran dari Dida untuk memenuhi kebutuhan tambahannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu berjalan begitu cepat, saat ini Kyla sedang menjalani tugas sebagai Tutor untuk nail private class sebuah saran dari Dida untuk memenuhi kebutuhan tambahannya. Kyla tersenyum menatap lima anak muridnya.

"Oke, kalau sudah selesai kalian bisa pulang. Besok saya kabari jadwal untuk minggu depan, bagi yang mau reshedule jadwalnya bisa WA nanti ya."

Mereka berlima menganggukan kepala. Setelah sesi les selessi, Kyla membersihkan seluruh peralatan dan menatanya kembali sesuai tempatnya.

"Capek juga nyari uang." keluhnya dengan wajah lelah.

Tak lama kemudian bel salonnya berbunyi, dengan cepat Kyla membuka pintu hingga muncul sosok seorang pria mengenakan setelan jas mahal.

"Iya? Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanya Kyla dengan wajah ramah.

Pria itu membuka kacamatanya. "Kyla?"

Kyla mengernyitkan dahinya, lalu mengangguk. "Iya, benar saya Kyla."

Pria itu berdeham, lalu Kyla yang paham langsung mengajak pria aneh itu masuk ke dalam.

"Maaf berantakan." ujar Kyla dengan wajah tak enak seraya memberikan air mineral kepada tamunya.

"Kamu buka salon?" tanya pria itu menatap sekeliling.

"Seperti yang anda lihat, ini adalah salon kuku milik saya." Kyla menatap pria itu dengan seksama.

Wajahnya yang tampan, dengan hidung mancung alis tebal dan bibir seksi itu membuat naluri liar Kyla menjadi liar.

"Eh? Iya...."

Kyla merasa gugup saat itu juga, namun pandangannya tersorot dengan pria di depannya yang diam-diam membuat jantungnya berdebar.

"Saya ke sini ada urusan sama kamu, ini mengenai ayahmu." ujarnya menatap Kyla dengan tatapannya yang tajam.

Kyla mendadak kaku seketika. "Ada urusan apa dengan papi saya?"

Pria itu tersenyum miring. "Jadi kamu putrinya?"

Kyla mengangguk, lidahnya terasa kelu.

"Kalau begitu, perkenalkan nama saya Bastian. Panggil Tian aja."

Pria itu membuat wajah Kyla pucat pasi, namun binar matanya tidak bohong bahwa dia mengagumi saat pertama jumpa.

"Iya, Mas." Kyla menundukkan pandangannya saat Tian menatapnya heran.

"Ngga usah kaku begitu, kita sebelumnya pernah bertemu." Suara itu membuat kepala Kyla mendongak pandangan mereka bertemu.

Kyla semakin bingung dengan Tian, mengapa menemuinya dan mencari Ganish?

"Saya ngga paham, tapi mas seharusnya sudah tahu bahwa saya sudah lama tidak berjumpa dengan papi."

"Maksudnya?" Tian mengernyitkan dahi bingung.

Kyla menghela nafas panjang terasa sesak dan berat. "Sejak mami meninggal, kami pisah rumah dan papi tak ada kabar hingga saat ini."

Rahang Tian mengetat seketika, mengapa Leon sangat bodoh?

☆☆☆☆

"Kopi susu gula arennya, Kak." Barista tersebut tersenyum menatap Kyla yang termenung.

"Makasih ya!"

Kyla duduk di sebuah bangku panjang, saat ini ia berada di taman Suropati. Hanya seorang diri, di sinilah Kyla bisa merasakan tenang luar biasa.

Terkejut kedatangan dua pria asing dalam sebulan terakhir. Pertama, tandatangan persetujuan lalu kedua adalah Tian mendadak datang dan mencari kehadiran papinya.

"Hidup ini kapan bisa berjalan dengan mulus?" guman Kyla menatap dua orang anak kecil tertawa bermain balon karakter.

Kyla sendiri sudah lelah, keberadaan papinya yang tidak jelas ia tahu di mana. Serta, keuangannya yang menipis membuat Kyla yang dulunya sangat bergelimang harta menjadi kaku saat merasakan susah.

"Sedang apa sendiri di sini?" Tian datang bak angin sepoi-sepoi.

Tentunya hal ini membuat Kyla terkejut bukan main.

"Sudah mau petang, sebaiknya kamu pulang."

Tian menatap Kyla yang terlihat rapuh, namun gadis itu hanya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.

"Masih betah." jawab Kyla dengan singkat.

Tian duduk di samping Kyla, memberikan es krim cokelat lalu duduk di sampingnya.

"Makasih." Kyla menatap haru Tian yang tidak jelas itu.

Tian hanya berdeham, ia melonggarkan kemejanya lalu membuka jasnya dan memberikannya pada pundak Kyla.

"Kamu udah tau mau hujan, malah pakai pakaian yang tak layak." sindir Tian yang membuat hati Kyla sedikit tersinggung.

Kyla melotot. "Ini modis tau! Pakai baju crop kayak gini tuh!!"

"Kekurangan bahan, kayak ngga ada baju lain."

Kyla menatap tak percaya Tian, terlihat pendiam namun sekali berbicara pedas kayak nasi goreng diikat karet tiga!!

"Kamu ya, baru kenal udah nyuruh-nyuruh!!" gerutu Kyla frustasi.

Tian memandang Kyla dengan tatapan tak bisa diartikan. "Kamu yakin lupa sama saya? Sebelumnya kita sering bertemu."

Kyla menggelengkan kepalanya. "Kita belum pernah bertemu sebelumnya."

Tian tersenyum miring.

TBC

Hello, Mr Tian!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang