WHAT EVER!

21 2 0
                                    

"Apa kau gila hah?!" Kyla menatap kesal Tian yang sedang memotong buah.

Setelah sepulangnya mereka, harga diri Kyla merasa terancam sekarang namun melihat Tian membuatnya semakin murka.

"Kami kenal dengan keluargamu, cukup baik jangan lupakan bahwa aku dan Leon adalah sepupu."

Kyla berdesis. "Lalu apa masalahnya? Kau yang duluan bukan!"

Tian menatap Kyla wajahnya terlihat emosi dan pipinya memerah.

"Tidak ada yang tidak mungkin, seperti kita. Simbiosis mutualisme, sangat menguntungkan bukan?"

"Kalau saja Papi nggak pergi maka semua ini nggak akan melanklonis!!"

Tian hanya mengangkat bahu acuh, malas menanggapi perdebatan mereka. Bukan ia menyepelekan, sifat kekanakan Kyla yang membuatnya pusing.

"Terima saja, atau aku akan mencabut kembali perjanjian kita."

"Itu terdengar nggak adil!!"

Memangnya Kyla gadis murahan yang bisa ditawar? Ditukar dengan menjadi seorang istri. Demi meyakinkan orangtua Tian bahwa ia bukan pria penyuka sesama jenis.

"Pasti Papimu setuju, kita lihat saja." ujar Tian yakin lalu menyuruh Kyla duduk di sampingnya.

Pun ia terlihat kesal, tetap menuruti perkataan Tian. Pria itu sangat membantu finansialnya, juga penghiburnya kala penat. Sepertinya, Kyla harus menarik kembali kata-kata ketulusan dari Tian.

"Terlalu percaya diri."

"Terserah, Nona."

"Kau sangat bajingan!"

Tian hanya tersenyum. "Sumpahi aku sepuasmu."

"Persetan dengan semuanya ya! Intinya kalau orang nggak mau jangan dipaksa!!"

Tian tersenyum, ia membayangkan hari-harinya dipenuhi oleh canda tawa dengan kehadiran sosok bayi mungil.

Sepertinya Tian merasa gila, alias sudah menjadi budak cinta.

"Kalau kamu memang bingung, biar saya yang minta restu."

"Bodoamat!!"

Tian memberikan sepotong mangga di garpu yang ia pegang. "Marah bisa bikin perut lapar, dan ucapan wanita nggak bisa dibantah--"

"--keras kepalamu bikin terus-terusan jomblo. Kapan lagi dapet suami spek pangeran kerajaan?"

Kyla mengunyah mangga di mulutnya dengan kesal. "Lagi siapa sih emang yang mau nikah?"

"Kamu emang nggak mau ngerasain nikmatnya sukses?"

"Terus Mas mau bilang saya matre ya!"

"Nggak ada yang mau bilang begitu, cuma kondisi kamu juga di sini bakal menguntungkan."

Nafas Kyla menderu seketika. "Nikah tanpa rasa cinta itu nggak enak!!"

"Cinta bisa tumbuh dengan sendirinya, Kyla. Kamu mau saya buat jatuh cinta sekarang juga?" Mata Tian menggelap melihat Kyla yang imut saat marah-marah.

Kyla membuang muka, sempat-sempatnya Tian malah menggombal di saat yang tidak tepat.

"Nggak!!" tolak gadis itu dengan pipi merah merona.

Tian menahan senyum. "Saya yang beruntung kalau kamu bisa memberikan rasa itu."

Kyla mematung seketika. Seolah sebuah memori yang muncul di kepalanya.

Flashback on

Kyla kecil menatap seorang lelaki di depannya dengan penuh harapan.

"Mas tau nggak, kalau Kyla itu suka!!"

Lelaki itu tersedak saat mengunyah chiki di tangannya. "Emang Kyla paham apa itu suka?"

Kyla kecil mengangguk. "Tau dong! Buktinya kalau lihat Mas itu beda kalau sama Leon."

Lelaki itu mengernyitkan dahi. "Bedanya?"

"Kalau lihat Leon bawaannya emosi mau marah setiap saat, kalau sama Mas aku deg-degan." tutur Kyla kecil dengan polos.

Anak kecil tidak pernah bohong 'kan?

Terlebih Kyla hanya anak tunggal, tidak punya teman kecuali Leon dan dirinya.

"Mas 'kan lebih dewasa dari kamu, masa mau sama Mas-Mas." ledeknya dengan perasaan tak karuan.

Ia menyadarkan diri bahwa Kyla terbilang masih anak-anak, tak mungkin juga ia memacari anak bocah seperti Kyla.

"Andaikan Mas bisa memberikan rasa yang sama kayak aku, pasti aku beruntung dehh!!!" seru Kyla kecil dengan senyuman manis di matanya.

Setiap Kyla ke rumahnya, pasti anak itu selalu membuntutinya. Kyla bukan anak-anak yang hyperactive tapi ia anak penurut, dan diam hanya mengekori dirinya layak seorang bodyguard.

Lelaki itu tersenyum lalu mengusap kepala Kyla dengan lembut.

"Nanti kalau sudah besar, Kyla akan tahu perasaan itu. Mungkin sekarang Kyla cuma ngerasa nyaman, bahaya nih Papah Ganesh kalau putrinya udah ngerti suka-sukaan--"

"Pas udah gede cari pasangan yang bisa bikin Kyla merasakan rumah, dan menjaga Kyla dengan baik. Mas mau jadi bodyguard kamu aja."

Kyla mengernyit bingung. "Mas bicara apa ya? Kalau bodyguard mah Papah udah punya Mas!"

Ia terkekeh seraya menoel pipi chubby Kyla. "Kyla terlalu polos untuk dunia yang kejam."

Kyla hanya mengangguk mengiyakan. Lalu kembali fokus pada makanannya.

Flashback Off


"Shhhhh...." ringis Kyla memegang kepalanya.

Tian langsung sigap menahan bahu Kyla yang hampir jatuh ke lantai. "Kamu kenapa?"

Kyla menggelengkan kepalanya seraya meringis. "Sshhhh ... nggak tau Mas, tiba-tiba kepalaku sakit banget."

Tian langsung menggendong Kyla ke atas sofa, dan dibaringkan.

"Kamu tunggu dulu ya, Saya mau telfon dokter langganan Bunda dulu."

Kyla hanya mengangguk lemas.

Tbc
Nahloh ada apa dengan Kyla? Kenapa dia juga nolak cogan spek Tian yang punya segalanya.

Hello, Mr Tian!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang