Guardian Angel

43 2 0
                                    

Kyla terisak dalam bantalnya. Barusan, Kenzy ke rumahnya mengatakan bahwa hutang milik ibunya belum lunas juga.

"Ya Tuhan, harus bagaimana aku untuk menyelesaikan penderitaan ini?" lirih Kyla dengan mata sembabnya.

Padahal, tahun kemarin ia sudah membayar setengahnya. Namun, pria tua bangka bau tanah itu semakin hari ada saja kenaikan bunga. Hal ini membuat Kyla merasa gila saja.

"Masa jual diri ke Om-Om?" guyonnya di sela-sela tangisan.

Tak lama Kenzy datang ke kamarnya, tanpa mengetuk dahulu. Sudah biasa, anak itu melakukannya karena percuma saja kalau di ketuk tak akan dibuka oleh Kyla.

"Udah jangan nangis, Kak." ujar Kenzy iba menatap sepupu satu-satunya itu.

Kyla menggelengkan kepalanya. "Rasanya mau mati, tau ngga? Kayaknya mami salah minta bantuan."

Kenzy menghela nafas, meletakkan air mineral kemasan di nakas. Sebenarnya ingin sekali ia bantu, namun apa daya untuk makan aja Kenzy dan ibunya masih susah.

"Cari freelance aja kalau begitu, siapa tahu bisa ringanin."

"Boro-boro kelar! Yang ada tipes nanti!! Apa gue open bo aja kali ya?"

Kenzy melotot tak percaya dengan ucapan Kyla yang cukup sompral itu.

"Mulutnya!!"

Kyla tertawa seraya menghapus air mata yang kembali jatuh di pipinya. "Capek tau!!"

"Sabar, Kak insyaallah semua ada jalannya."

Itu yang kadang membuat Kyla sayang dengan sepupunya. Walaupun cukup muda, umur bukanlah takaran untuk kedewasaan seseorang.

"Tua banget bocil!!" seru Kyla melempar bantal kecil ke arah Kenzy.

Kenzy menatap sebal sepupunya itu. "Dibilangin juga, ngeyel banget!!"

"Iya, makasih Kenzy!!!"

☆☆☆☆

"Mas, di kantor kamu ngga ada loker apa?" tanya Kyla penuh harap menatap Tian dengan puppy eyes andalannya.

Tian tersedak dari minumnya. "K-kamu kan udah kerja."

Kyla menggelengkan kepalanya lemah. "Ngga cukup uangnya, Mas."

Tian menghela nafas. "Kamu terlilit pinjol ya?"

Air muka Kyla berubah menjadi tatapan sadis. "Ih bukan gitu ...."

Tian mengangkat sebelah alisnya. "Lalu apa? Tiba-tiba minta loker segala sih."

Kyla menunduk kecewa, rasanya Tian tidak ada niat membantunya.

"Karena saya mau bayar hutang milik Mami." jelas Kyla dengan nadanya yang mengecil.

Tian menghela nafasnya. Keluarga Kyla benar-benar diperas habis oleh orang itu! Sampai mendiang ibunya Kyla yang harus menanggung biaya hutang.

"Kamu ngga salah, nanti biar saya bicara dengan orang itu." dukung Tian meyakinkan Kyla yang lesu.

Kyla tersentak. "Jangan Mas, masalahnya udah kewajiban saya sebagai anak."

Tian memijat pelipisnya yang pening, anak ini sungguh membuatnya pusing tujuh keliling. Salah pria itu sendiri, mencari keberadaan Kyla yang sesuai dugaannya sangat jauh dari kata bahagia.

"Saya modalin buka salon di Kemang, mau?" usul Tian melihat wajah penuh harap Kyla.

Ia sendiri merasa kasihan, namun tidak biasanya Tian memberikan cuma-cuma dalam catatan tanpa syarat.

Kyla membulat, matanya berbinar. "Mau banget, Mas!!"

Tian hanya tersenyum tipis, Kyla tidak menyadari hal itu.

"Ya sudah, kalau begitu kamu harus ingat berhati-hati dalam segala tindakanmu."

Tian kembali berkutik pada ponselnya. "Saya habis ini ada rapat, kamu tunggu di sini dulu."

Kyla hanya manut, menurutnya Tian seperti malaikat penjaga yang memberinya kesempatan untuk membantunya.

"Dia ganteng, tajir, baik dan ngga sombong. Tapi, kenapa belum punya pacar?" gumam Kyla penasaran menatap tubuh Tian menjauh dari pandangannya.

Kyla menggelengkan kepala, harusnya itu bukan menjadi urusannya. Yang terpenting, misi utamanya melunasi hutang maminya yang sangat banyak. Ia begitu penasaran, mengapa maminya hingga terlilit hutang?

"Semoga ini jalan yang terbaik." lirih Kyla dengan air mata menggenang di pelupuk mata.

Tok tok

Pintu dibuka, ia menatap seorang wanita masuk ke dalam. "Maaf, Nona lancang masuk. Tadi, Tuan memberikan pesan untuk memberi makan siang."

Kyla tersenyum. "Makasih ya, Mbak?"

"Saya Dira, wakil sekretaris di sini." Wanita itu tersenyum seraya menundukkan kepala.

Dalam hatinya tiada henti memuji aura kecantikan Kyla yang terpampang.

"Oke, Mbak Dira." Kyla terbangun dari sofa lalu berjalan mengambil paperbag berisi makanan khas Timur Tengah tersebut.

Dira sendiri tersentak akan perlakuan Kyla, pasalnya gadis itu terlihat anggun. Tapi, sifat sopan dan anggunnya menambah nilai plus untuk Kyla. Tidak seperti seorang wanita yang dulu sering ke kantor Tian. Sangat menyebalkan.

"Kalau begitu saya pamit, Nona." pamitnya seraya memutar balik menunduk hormat.

Kyla berdecak lalu tersenyum. "Kamu sudah makan siang?"

Dira menggelengkan kepala. "Setelah rapat, kami di lantai dua akan makan."

Kyla mengangguk. "Sekali lagi terimakasih."

Kepergian Dira, Kyla menatap binar ke arah nasi kebuli di depannya. "Lama juga ngga makan nasi kebuli."

Mata Kyla membulat setelah berdoa dan mengunyah makanan yang berada di sendok. "Enak banget! Kayak ngga asing...."




TBC

Hello, Mr Tian!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang