Warpat With Her

74 3 0
                                    

"Kita cari angkringan terdekat di sini dulu, kamu belum makan." Tian mengarahkan mobilnya ke sebuah kedai.

Tidak terlalu ramai, hingga Kyla merasa senang. Ia bukan benci ramai, namun tidak leluasa ngobrol bersama Tian.

Pria itu cukup menyenangkan, Kyla kira Tian old money yang tidak suka kesederhanaan, seperti sekarang. Mereka sudah memilih aneka ragam sate-satean.

"Mas, aku mau nasi kucing dua sama yang tadi aku pilih di piring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas, aku mau nasi kucing dua sama yang tadi aku pilih di piring." ujar Kyla memberikan dua wadah piring plastik pada kasir.

Tian mengangguk, lalu mengeluarkan dompetnya. "Bisa pakai debit card?"


Kyla menahan tawanya, menurut gadis itu Tian benar-benar pria aneh.

Sang penjual menggelengkan kepalanya. "Maaf Mas, hanya melayani uang tunai saja."

Kyla dengan cepat langsung mengeluarkan dompetnya. "Kalau gitu saya aja yang bayar, berapa Bu totalnya?"

"Tujuh puluh lima ribu, Teh. Udah sama minumnya." jelas sang penjual seraya menerima uang tunai dari Kyla.

Setelah mengucapkan terima kasih, Kyla dan Tian berjalan menuju meja lesehan yang berada di pojok menghadap ke arah lampu-lampu kota di malam hari.

"Kamu bikin saya bingung, Kyla."

"Kenapa bingung, Mas? Toh saya juga megang uang tunai."

Tian menatap Kyla intens. "Masa perempuan yang bayar?"

Kyla seketika tertawa menatap haru ke arah Tian. "Mas! Ngga gitu juga kali ... mau tarik tunai di mana coba? Di sini jauh dari ATM center tau!!"

Tian menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Iya udah abis itu saya TF ya uang makan kita."

Kyla menggelengkan kepalanya masih tertawa. "Ngga usah, Mas. Anggap aja saya lagi traktir."

Tian hanya membulatkan matanya, biasanya banyak wanita yang gencar mengincar uangnya. Berbeda dengan Kyla, yang tak malu untuk mengeluarkan uangnya.

"Maaf ya Kyla, besok-besok saya bawa uang tunai deh." Tian berkata jujur dan berjanji tak mengulanginya lagi.

Kyla mengangguk. "Iya, ngga semua tempat bisa nerima kartu atau Q-ris."

Tian menghela nafas lega atas penjelasan Kyla. Tak lama pesanan mereka sampai, Tian menatap makanan di hadapannya dengan binar senang.

"Mas, belum pernah makan angkringan ya?" tebak Kyla yang dibalas gelenggan kepala oleh Tian.

"Saya itu jarang makan kayak gini, kalau ngga makan sama komunitas kucing." jelas Tian seraya menyesap segelas teh manis hangat di tangannya.

Kyla mengangguk. "Mas punya kucing di rumah?"

Tian mengiyakan ucapan Kyla. "Ada tujuh, dan cuma satu betina."

Mata Kyla membulat seketika. "Banyak juga, mau ternak kucing ya ...."

Tian hanya terkekeh. "Saya rescue mereka dari jalanan, walaupun yang betina jenis british short hair sih."

Kyla mengangguk. "Pantes, mukanya keliatan orang bener."

"Terus kalau ngga pelihara kucing, ngga bener gitu?" Tian menatap heran Kyla.

Kyla hanya terkekeh. "Bukan, sebagai orang yang sering mengamati sifat perilaku seseorang udah ketebak."

"Aneh kamu, kayak dukun aja." cibir Tian dibalas tepukan di pundaknya.

"Mas yang aneh!" ketus Kyla seraya menghabiskan makanannya.

"Nanti ngopi di atas ya?"

"Oke."


☆☆☆☆

Pemandangan alam yang asri di malam hari membuat hati Tian tenang seketika. Pandangannya beralih menatap Kyla yang sedang tersenyum melihat rembulan.

"Cantik." puji Tian pada Kyla.

Kyla menoleh mengernyitkan dahi. "Apanya?"

Tubuh Tian kaku seketika, ia mengira bahwa Kyla memastikan ucapannya memuji gadis itu.

"B-bulannya." sanggah Tian seraya berdeham.

Kyla mengangguk, menyesap kopi di gelas plastik dengan wajah binarnya. "Bulan itu kesukaan saya loh, Mas."

Tian beralih dari pisang bakarnya, menatap wajah Kyla penasaran. Sepertinya gadis itu seperti mencurahkan isi hatinya hari ini. Sosok rapuh itu butuh teman cerita, sama halnya dengan Tian yang ingin menjadi pendengar baik wanita itu.

"Oh iya?"

"Iya, bahkan saya dulu minta mami buat ambilin bulan di langit pakai roket. Abis itu mami pulang bawa pulang ke rumah deh." Kyla dengan wajah cerianya menjelaskan.

"Ada-ada aja kamu!" ledek Tian dengan wajah jahilnya.

Ingin sekali pria itu mencubit pipi gembul Kyla, namun ia sadar belum tahu banyak tentang gadis itu. Bisa-bisa Tian dijadikan jeroan oleh Kyla.

"Tapi beneran, sampe saya nangis kalau ngga diturutin."

"Dasar cegil."

Tanpa sadar, rembulan adalah saksi bisu mereka untuk saling berdekatan. Semesta juga tahu, bahwa sepercik harapan untuk menyatu itu nyata. Namun, hanya waktu yang tahu kapan terjadi.

TBC.
KAGET BGT SEHARI 3 POSTINGAN BAB

Hello, Mr Tian!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang