H

53 5 0
                                    

Seminggu berlalu sejak pertengkaran Shankara dengan sang ayah di kantornya. Ketika pulang dari kantor ayahnya Shankara mendapat banyak pertanyaan dari sang ibuk, perihal kemana ia pergi dan mengapa ia bisa kembali dengan kondisi yang tak mengenakkan itu. Shankara hanya berkata bahwa ia terlibat perkelahian dengan temannya, dan ia baru kembali dari kosan temannya untuk meminjam buku pelajaran. Berbohong itu tak baik, Shankara tau dengan jelas.

Hari ini langit tengah mendung, Shankara dan Arkatama buru-buru pulang ke rumah sebelum hujan menghampiri mereka. Seragam putih abu masih melekat di tubuhnya, Shankara berbaring di sofa. Rumahnya kosong, ia tak tahu ibuk pergi kemana. Perutnya terasa lapar, lantas Shankara pergi ke ruang makan untuk melihat makanan yang tersedia.

Tudung saji dibuka, bukan makanan yang tertangkap di indra penglihatan Shankara melainkan secarik kertas.

‘Ibuk dak masak hari ini, kamu beli saja sendiri makanannya, kalau mau masak juga boleh. Uangnya ada di kamar, ambil sendiri. Ibuk pergi ke kantor ayahmu. Maaf ya Shankara, ibuk tak tahan lagi, setidaknya ibuk mau minta maaf pada ayahmu. Kasihan kamu, kamu juga pasti sedih ditinggal ayah bukan cuman ibukmu ini. Sudah ya, doakan ibuk berhasil membujuk ayahmu itu.’

Kertas itu dirematnya. Shankara lantas buru-buru keluar dari rumahnya, menoleh sana-sini panik. Arkatama yang kebetulan sedang berada di teras rumahnya menangkap diri Shankara yang terlihat tengah panik. Ia lantas menghampiri Shankara.

“Kenapa Shan?” tanya Arkatama.

“Ah, itu.. Saya mau pergi ke kantor ayah, cuman tak ada transportasi,” balas Shankara.

“Saya antar, ayo,” ujar Arkatama. Shankara terkejut tidak menyangka akan hal yang dikatakan Arkatama.

“Pake motor bapak ini, pasti cepat sampainya,” tambah Arkatama. Shankara lantas mengangguk kemudian membuntuti Arkatama. Sesampainya di rumah Arkatama, sang empu lantas masuk ke rumah yang membuat Shankara kebingungan. Oh ia pasti ingin mengambil kunci, batin Shankara. Arkatama keluar dengan kunci motor di tangannya dan sebuah jaket di tangan lainnya.

“Pakai ini,” jaket itu disodorkan ke hadapan Shankara. Ia menaikkan salah satu alisnya dengan raut muka bertanya kepada Arkatama.

“Sudah pakai saja,” Arkatama memberikan jaket itu dengan sedikit paksaan karena Shankara tak kunjung menerimanya.

“Ayo cepat naik, saya lihat tadi muka kamu panik. Pasti ada sesuatu yang terjadi,”

Shankara lantas naik ke sepeda motor milik bapak Arkatama. Ia memakai jaket pemberian Arkatama kemudian menepuk pundak Arkatama.

“Terima kasih jaketnya, oh iya kamu punya SIM tidak?”

“Belum,”

“Hah, kalau begit-“ omongan Shankara terpotong karena Arkatama yang tiba-tiba melajukan sepeda motornya. Huh, untung saja Shankara tidak terjungkal tadi.

°°°

Sepeda motor milik ayahnya Arkatama terparkir apik di parkiran kantornya ayah Shankara. Mereka mendengar keributan dari dalam, apalagi suara-suara yang berteriak terdengar tak asing bagi mereka berdua. Shankara lantas berlari secepat kilat ke dalam bangunan, sedangkan Arkatama mengejar Shankara.

“TEGA KAMU MAS!”

Shankara menerobos kerumunan, di tengah-tengah kerumunan itu sosok ibunya tengah berteriak ke arah ayahnya. Bukan, bukan ibunya yang menjadi pusat perhatian Shankara bukan juga ayahnya, melainkan sesosok perempuan yang berada di samping ayahnya. Itu perempuan yang sama dengan yang minggu kemarin ia lihat tengah bercumbu dengan ayahnya.

“Ibuk!” Shankara bersorak dan lantas menghampiri ibuknya yang kini tengah terduduk. Ibu dan Ayah Shankara terkejut ketika mendapati anak mereka menghampiri mereka.

“Anda!” Shankara menggeram kepada Diratama.

“Apa yang anda lakukan pada ibu saya?!” Shankara berteriak marah kala mendapati ternyata ibunya sedang menangis.

“Kamu anak kecil tidak usah ikut campur urusan orang dewasa,” bukan ini balasan yang ingin Shankara dengar dari ayahnya.

“Aku kira mas sangat sibuk sekali di kantor hingga tak pulang-pulang, atau masih marah kepadaku! Tapi! Ternyata aku salah, mas malah bermain-main di belakangku, SELINGKUH!”

“APA MAS GAK KASIHAN SAMA AKU? SAMA SHANKARA? Padahal beberapa tahun belakangan ini hubungan kita membaik, tapi mas malah menghancurkannya. Walaupun kita dijodohkan, aku sudah berusaha mencintai mas! Tapi apakah mas sendiri sudah berusaha untuk mencintaiku?” teriak Danisa kepada Diratama. Diratama tertawa, entah mengapa padahal tak ada yang lucu.

“Oh gini ternyata busukmu itu Danisa, kamu mau playing victim? Berusaha mencintaiku? Heh, berusaha belum tentu kamu jadi benar-benar mencintaiku bukan?”

“Kamu kira saya tidak tahu? KAMU KIRA SAYA TIDAK TAHU DANISA?”

“KAMU JUGA PUNYA SIMPANAN KAN? Setahun yang lalu saya lihat kamu tengah berduaan dengan mantan kekasihmu. Tapi pernahkah aku bicarakan ini padamu? Tidak.. Karena aku berpikir ini hal wajar, kita dijodohkan jadi bisa saja kamu belum bisa bangun dari masa lalumu itu,”

Danisa terkejut mendengar penuturan dari Diratama. Shankara pun sama terkejutnya, ah padahal ia tak ingin itu jadi kenyataan. Shankara selalu berpikir positif perihal ibunya yang selalu pulang terlambat. Tapi ternyata ibunya sama saja dengan ayahnya.

“Hahaha.. HAHAHAHA,” tawa Shankara menggelegar. Ah, ia tertawa. Ia tertawa, tetapi kenapa kedengarannya menyedihkan? Arkatama melihat Shankara dengan raut kasihan. Ah tidak, bukan raut itu yang ingin ia lihat dari Arkatama. Ia tidak ingin dikasihani. Ia sudah menahan penderitaan bertahun-tahun, bertahan di keluarga yang hancur. Ia tidak pantas dikasihani mengingat seberapa kuatnya ia bertahan selama ini. Ia butuh pujian bukan kasihan.

Shankara menatap ibu dan ayah dengan pandangan kecewa. Matanya berkaca-kaca dengan mulut yang masih terkekeh kecil. Shankara lantas menoleh ke arah Arkatama, memberi isyarat untuk membawanya pergi dari sini. Arkatama yang mengerti tatapan dari Shankara lantas menarik Shankara keluar dari kerumunan. Panggilan dari Danisa dan Diratama terdengar di telinga Shankara, namun tak sekalipun ia indahkan. Ia hanya ingin tempat yang tenang, merehatkan dirinya sejenak dari takdir yang telah membuat ia babak belur dihajar kenyataan.

°°°

TBC

Enjoy~
Votenya jangan lupa‼️

Tentang Shankara || HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang