KCA 4

47 9 11
                                    

"I love you." Bisik Xiang selepas acara konferensi pers. Adel tersenyum simpul. "Secepatnya kita akan menikah." Tambahnya. "Ayo pulang." Putusnya kemudian.

Di apartemen, sama seperti kemarin, malam ini pun mereka ditemani Chen. Chen seperti biasa menghabiskan waktu di depan laptop, mengatur jadwal Xiang. Saat Xiang tengah mandi, Adel menghampiri manager Xiang tersebut.

Bersyukur Adel menguasai bahasa Inggris. Saat sekolah tingkat pertama dan tingkat atas ia sempat ikut les bahasa Inggris. Sehingga untuk percakapan sederhana, ia terbilang cukup bisa mengimbangi.

Dari Chen, Adel mengetahui cukup banyak tentang Xiang. Xiang putra tunggal pewaris kekayaan sang ayah. Seharusnya Xiang menjadi CEO di perusahaan milik sang ayah akan tetapi Xiang lebih memilih menjadi aktor karena ia sangat berbakat dan memiliki minat di bidang tersebut. Sebagai orangtua yang sangat sayang anaknya, orangtua Xiang mengizinkan.

Tidak lupa Adel pun bertanya perihal Hien pada Chen. Chen lalu menjelaskan selama ia bekerja pada Xiang, Xiang memang dekat dengan Hien karena pekerjaan. Mereka sering dipasangkan dalam beberapa judul film termasuk film terakhir Xiang kemarin yang mendapat rating tinggi.

"Sedang apa kalian?" Tanya Xiang sembari menghampiri.

"Ngobrol biasa." Jawab Adel.

"Kamu jadi pulang besok?"

"Jadi." Angguk Adel.

"Nggak bisa ditunda?"

"Nggaklah, aku harus kerja."

"Aku akan merindukanmu." Ujar Xiang yang membuat sudut bibir Adel terangkat.

Di tempat lain, tepatnya di Sukabumi, dua sahabat sedang berbincang melalui sambungan telepon.

"Adel sekarang tinggal di luar negeri?" Tanya Riska.

"Setahu aku sih nggak, soalnya beberapa hari yang lalu juga aku masih ketemu dia di kantornya." Jawab Elsa. "Ehh kamu liat berita dia nggak? Bener itu si Adel? Kok bisa sih? Beruntung banget ya dia."

"Bukan kali, cuma muka sama namanya aja yang mirip." Sanggah Riska.

"Iya sih ya. Tapi kalau beneran dia. Waah dapat durian runtuh tuh anak."

Riska memutuskan untuk mengakhiri obrolannya dengan Elsa di telepon begitu saja. Ia malas mendengar kabar itu lebih lanjut. Karena ia merasa rencana yang sudah ia rancang sedemikian rupa gagal begitu saja.

Padahal aku mau nitipin suami sama anak-anak aku ke kamu, Del. Batinnya.

***

"Mau tidur?" Tanya Xiang ketika Adel beranjak sesaat setelah menguap.

"Iya."

"Ayo aku temani." Ujar Xiang sembari ikut beranjak.

"Hmmm...." Mendadak Adel salah tingkah.

"Aku janji tidak akan ganggu tidur kamu."

"Argh....."

"Come on baby." Gandeng Xiang.

"Baby?!" Ulang Adel sembari melirik Xiang, Xiang tampak mengangguk pelan.

Senyum Chen merekah saat mendengar percakapan terakhir mereka. Jika percakapan sebelumnya ia tidak mengerti. Percakapan dalam bahasa inggris Xiang dan Adel mampu ia cerna.

Chen tidak menyangka, Xiang yang terkesan apatis pada percintaan tiba-tiba terlihat bucin pada sosok Adelia. Adelia yang imut dan baby face memang terasa sangat cocok dengan Xiang jika diperhatikan secara seksama.

Di kamar, keduanya berdebar-debar. Adel sangat takut. Merasa Adel tidak nyaman, Xian beranjak turun dari tempat tidur.

"Aku mau bicara dengan Chen. Kamu tidur lebih dulu saja."

Kisah Cinta AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang