KCA 8 🔞

173 7 7
                                    

Pernikahan Xiang dan Adel berlangsung hari ini. Tamu yang hadir ikut berbahagia. Tidak banyak yang datang, hanya kerabat jauh Xiang yang ada di Indonesia dan teman-teman juga rekan kerja Adel. Tampak mereka surprise saat melihat suami Adel ini.

"Gila, suami lu cakep bener."

Begitu yang sering Adel saat bersalaman dengan mereka. Jika teman masa sekolah juga kuliah bahkan rekan kerja hampir seluruhnya hadir. Tidak begitu dengan keluarga Adel, lebih tepatnya keluarga Mama sambungnya. Tidak ada yang datang karena tidak ada satu pun yang tahu. Adel tidak memiliki akses masuk ke keluarga besar mamanya itu.

"Ris, diundang nggak? Katanya si Adel nikah hari ini di ballroom hotel Sukabumi." Tanya Elsa melalui sambungan telepon petang ini.

Pernikahan Adel dan Xiang memang diadakan lepas siang hari. Akad nikah di sore hari setelah salat ashar. Sedang resepsi setelah salat Maghrib.

"Iya diundang, tapi malas." Jawab Riska.

"Ris, Adel udah bahagia. Lu juga harus bahagia. Ayo semangat." Seloroh Elsa. "Berobat ya?! Lu harus sehat demi anak-anak. Kasian anak-anak."

"Berobat?" Ulang Riska dengan nada sumbang. "Emang dengan berobat, bisa jamin gue seperti sedia kala?!" Tambahnya. "Lu tahu kan, kanker itu penyakit mematikan. Kemungkinannya kecil, kalau pun ada itu hanya bertahan beberapa tahun aja."

"Ya terus lu mau apa? Mempercepat?" Sarkas Elsa yang mulai jengah menghadapi Riska yang keras kepala. "Terserah lu deh ya?! Sebagai temen yang sayang lu, setidaknya gue udah coba ingetin." Ucap Elsa sesaat sebelum memutus sambungan telepon.

***

Berbeda dari yang lain, Yusuf tidak menerima undangan dari Adel. Karena Adel mengirim undangan dengan label, kepada Riska dan suami. Bukan kepada Yusuf dan istri.

Karena Riska menolak datang, secara otomatis Yusuf pun tidak menghadiri acara Adel tersebut. Kan yang diundang Riska, aku hanya sebagai pendamping tamu yang dia undang aja statusnya, masa yang diundang nggak datang, pendampingnya datang, batin Yusuf. Lagi pula hatinya mendadak tidak karuan. Sehingga saat teman-teman kantornya yang juga sempat mengenal Adel mengajak berangkat bersama, Yusuf menolak.

"Happy wedding, Del. Semoga bahagia." Gumam Yusuf tepat saat melewati hotel Sukabumi.

***

"I love you." Bisik Xiang saat mereka kini tengah duduk santai di atas tempat tidur.

"I love you too." Sahut Adel malu-malu, Xiang tersenyum lebar melihat ekspresi Adel itu.

Malam ini Xiang dan Adel memutuskan menginap di hotel tempat mereka melangsungkan pernikahan. Mereka ingin menikmati momen kebersamaan yang baru dimulai ini tanpa gangguan dari mana pun.

"Bulan depan kita pindah." Ujar Xiang kemudian.

"Bulan depan?"

"Iya, nunggu dokumen kamu siap."

"Oke." Angguk Adel.

"Untuk sementara kita cari tempat tinggal dulu di sini. Karena tidak mungkin bukan kita menumpang di rumah Kai." Seloroh Xiang.

"Iya. Terus nggak mungkin juga di tempat aku. Itu kan khusus kost putri." Sahut Adel, Xiang mengangguk.

"Oke, nanti aku minta bantuan Kai buat cari." Putus Xiang.

"Oke."

Xiang melirik lalu menatap Adel dalam. Perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah Adel. Dan saat bibir itu nyaris bertemu, Adel mendadak menghindar. Xiang mengerutkan dahi.

"Kenapa?"

"Nggak." Geleng Adel. "Aku ke toilet dulu ya, kebelet." Adel beralasan.

Xiang mengangguk, maklum. Ia pun membiarkan Adel beranjak. Di dalam kamar mandi, Adel menatap cermin lama.

Bisa nggak ya?! Kalau dia bandingin aku sama lawan mainnya gimana? Batin Adel.

Jauh sebelum mengenal Xiang, Adel sering melihat bibir Xiang berpagut dengan bibir lawan mainnya. Itu yang membuat dirinya sempat tidak nyaman dengan kehadiran Hein. Hein aktris yang selalu dipasangkan dengan Xiang karena dirasa cocok dan chemistry mereka tidak diragukan lagi.

Ihhh.... Gerutunya.

Ada rasa kesal jika ingat itu. Mengingat bibir suaminya pernah dirasakan oleh orang lain dan ia tahu itu. Bukan hanya tahu tapi juga melihat saat mereka bercumbu meski tidak secara langsung.

Mereka pakai hati nggak sih waktu itu?! Batin Adel. Ehh kenapa sih? Bukannya bersyukur punya laki aktor. Malah mempermasalahkan hal gituan, skenario Adel skenario. Kalau dia emang pakai hati, ngapain dia jauh-jauh terbang ke Indonesia buat ngawinin lu. Pake acara pindah agama segala demi jadi imam lu. Udah Adel, bersyukur jangan insecure. Cerocosmya dalam hati ke dirinya sendiri.

Xiang yang merasa terlalu lama ditinggal, memutuskan untuk menyusul Adel ke toilet. Ia pun beranjak dari atas tempat tidur.

"Del, are you ok?" Xiang mengetuk pintu toilet beberapa kali. Adel tersadar, ia segera menyahut.

"Sebentar." Sahut Adel sembari mencuci tangan lalu bergegas membuka pintu toilet.

"Kenapa? Sakit perut?" Tanya Xiang khawatir.

"Nggak." Geleng Adel.

"Ya udah, ayo kita tidur." Ajak Xiang.

"Iya."

***

Yusuf gelisah terlebih saat jam dinding kamarnya menunjukkan pukul sebelas malam.

Mereka pasti tengah asyik berduaan. Batinnya. Tiba-tiba tangannya mengepal. Dia pasti udah nyobain punya Adel. Tambahnya.

Hati Yusuf bergemuruh. Ia pun memutuskan bangun dan beranjak dari tempat tidur.

Di tempat lain, ada dua anak manusia tengah berpeluh di dinginnya AC kamar hotel yang menyala. Mereka tengah menjalankan kewajiban mereka sebagai sepasang suami istri.

"Xiang...."

"Kenapa, Del?"

"Hmmmmm....." Adel meringis saat sesuatu terasa memaksa masuk dan merobek miliknya.

Adel meremas selimut menahan sakit dan perih yang ia rasa. Xiang yang tahu Adel meremas selimut segera meraih jemari istrinya itu lalu menggenggamnya erat. Bersamaan dengan milik mereka yang menyatu secara sempurna.

Kisah Cinta AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang