KCA 7

42 7 0
                                    

Adel mulai mempersiapkan pernikahannya. Ia juga mulai mengajukan pengunduran diri sesuai perintah Xiang. Karena nanti setelah mereka menikah, Xiang bermaksud langsung memboyong Adel ke negaranya.

Untuk itu selain mempersiapkan segala sesuatu tentang pernikahan, mereka juga mempersiapkan segala sesuatu mengenai kepindahan Adel nanti.

Media sosial mulai heboh dengan persiapan pernikahan Xiang. Tapi berhubung di Sukabumi drama China belum begitu membumi, sehingga meski mereka bertemu Xiang di supermarket atau di restoran bersama Adel, hanya beberapa yang mengenalinya. Selebihnya mereka menatap Xiang hanya karena terpesona oleh ketampanannya saja.

"Itu Adel?!" Tunjuk Galih. "Uiih keren gandengannya Koko."  Tambahnya.

"Hush... Berisik. Ada yang kepanasan nih di sini, butuh es batu buat berendam." Sindir Rido.

"Membeku dong." Sahut Galih.

"Hahaha...." Rido tergelak.

"Apa sih?!" Yusuf akhirnya buka suara.

"Jealous, Brother?" Tanya Galih.

"Nggak, biasa aja." Elak Yusuf.

"Kalau biasa aja, muka nggak usah ditekuk gitu." Timpal Rido.

"Udah ahh..." Yusuf mulai tidak nyaman.

"Suf...." Panggil Galih.

"Heemm..." Sahut Yusuf sembari menyeruput kopinya.

"Masih ada rasa nggak ke dia? Denger-denger dari si Elsa, bini lu nyuruh lu nikahin si Adel. Beneran tuh? Kesempatan emas itu, jangan disia-siain. Mana ada istri yang ngizinin suaminya poligami?!" Seloroh Galih.

"Digantung gue ama mertua." Ujar Yusuf.

"Lha kan disuruh anaknya ini." Rido ikut bersuara.

"Ehh... Bentar jawaban lu ambigu di telinga gue." Sambung Galih. "Naaahhh iya kan, lu sebenarnya masih ada hati sama Adel?!" Tembak Galih. Yusuf salah tingkah. "Busyet empat belas tahun tidak membuat cinta seorang Yusuf pudar pada seorang Adelia." Tambah Galih.

"Iya meski buntut udah dua juga." Rido menimpali.

"Wajar sih ya, si Adelnya aja adem-adem aja selama ini seolah nunggu." Galih mulai berasumsi.

"Iya sih." Angguk Rido.

"Tapi nunggu Yusuf apa nunggu Koko ya?!" Tanya Galih iseng ingin tahu ekspresi Yusuf.

"Nggak tau tuh kalau itu." Jawab Rido sembari tersenyum geli.

Yusuf tidak menghiraukan dua temannya yang tengah menjadikan dirinya bulan-bulanan, ia malah diam-diam melirik Adel dan Xiang yang tengah makan malam itu.

***

"Udah rapatnya, By?!" Tanya Riska saat Yusuf tiba di rumah.

Yusuf yang sedang ingin kumpul dengan teman-temannya itu memang beralasan pulang terlambat karena ada meeting di kantor.

"Udah."

"Udah makan?"

"Belum."

"Mau makan sekarang?"

"Mau, tapi mau mandi dulu."

"Oke kalau itu Umi siapin sekarang sambil nunggu Aby mandi."

"Iya." Angguk Yusuf sembari berlalu.

Riska menarik nafas panjang. Dulu Yusuf tidak sedatar itu. Dia manis. Tapi manisnya habis saat Yusuf mengenal Adel, siswi sebuah sekolah kejuruan yang magang di tempat Yusuf bekerja.

Riska tidak tahu pasti bagaimana mulanya tapi yang ia ingat, Yusuf mendadak jarang menghubunginya. Yusuf sering kali beralasan jika diajak bertemu. Yusuf mendadak dingin. Riska yang tahu saat itu perusahaan tempat Yusuf bekerja tengah mengadapi masalah, berusaha memaklumi atas perubahan sikap Yusuf tersebut. Namun Riska malah mendapati Yusuf semakin menjauh.

Sampai suatu hari tersiar kabar Yusuf terciduk menawarkan tumpangan pada seorang siswi SMK yang tengah magang di kantornya.

Ingin tahu lebih jelas, diam-diam Riska ke kantor Yusuf. Benar saja, mereka terkesan akrab. Padahal semenjak kuliah, Riska tahu betul circle Yusuf, karena memang mereka satu kampus tepatnya satu fakultas.

Dari security kantor, Riska akhirnya mengetahui siapa nama gadis tersebut. Adelia, ya Adelia yang merebut senyum manis Yusuf dari Riska. Karena siang ini ia melihat Yusuf tampak sumringah di hadapan Adelia. Namun saat mereka bertemu di sore harinya, senyum Yusuf lenyap di hadapan Riska.

Semenjak itu, cemburu juga benci menyelimuti hati Riska. Bahkan meski pada akhirnya dirinya menikah dengan Yusuf, ia merasa hanya menikahi raga Yusuf. Tidak dengan hati juga jiwa laki-laki itu.

Demi keutuhan rumah tangga, terlebih ada seorang putri dan seorang putra di antara mereka, Riska akhirnya membiasakan diri dengan sosok Yusuf yang acap kali seperti robot.

Sampai suatu hari ia merasa tidak enak badan. Akhirnya ia periksa ke dokter. Menurut dokter, tidak ada yang patut dikhawatirkan. Tapi Riska yang merasa badannya tidak beres itu akhirnya memutuskan untuk melakukan general check up.

Dan saat hasil laboratorium keluar, seketika dunianya runtuh. Tuhan seolah belum puas mengujinya. Di saat itulah, wajah buah hatinya terbayang. Selang beberapa waktu, wajah Adel ikut terlintas.

"Mi...?!" Sapa Yusuf sembari menghampiri Riska yang tengah termenung di meja makan.

"Ehh, By. Udah mandinya?"

"Udah."

"Makan sekarang?" Tanya Riska. Yusuf mengangguk. "Sini Umi ambilin." Ujar Riska. "Mau pakai sayur sopnya, By?"

"Boleh."

"By..." Lirih Riska.

"Ya...?!" Sahut Yusuf.

"Umi sayang Aby." Cicit Riska.

"Aby juga."

Aby juga? Juga apa? Selalu gitu. Batin Riska.

"Kapan Umi mau ke rumah sakit lagi?" Tanya Yusuf mengalihkan topik pembicaraan.

"Kapan Aby mau lamar Adel?" Tanya Riska tanpa menghiraukan pertanyaan Yusuf sebelumnya.

"Umi... Udah atuh. Adelnya juga udah punya pasangan."

"Yaitu... mumpung mereka belum nikah." Tegas Riska. "Lagian sebenarnya Aby juga seneng kan sama permintaan Umi ini?!" Tembak Riska. "Aby seneng, Umi tenang. Jadi kenapa nggak diusahain?!" Tambah Riska yang membuat Yusuf menatap istrinya itu seksama. Riska tersenyum tipis sembari mengangguk. "Umi ikhlas kalau Aby nikah lagi." Ujar Riska pelan sembari menunduk. "Tapi harus sama Adel." Riska kembali menegakkan kepalanya.

Kisah Cinta AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang