KCA 18

53 8 0
                                    

Setelah melakukan pembayaran untuk kedua kalinya, akhirnya Yusuf memboyong dua istri dan putrinya itu kembali ke hotel.

Sesampainya di hotel, Yusuf tiba-tiba merangkul dua istrinya itu. Berbeda dengan Riska yang senang, tidak dengan Adel. Ia merasa risih terlebih melihat Alma diam-diam mencuri pandang.

"Kak, kakak cepet ke kamar. Kasian adek." Titah Yusuf.

"Iya, By. Kalau gitu aku ke kamar dulu." Pamit Alma. Yusuf mengangguk.

"Yuk." Ajak Yusuf kemudian.

"Heh?!" Dahi Adel berkerut.

"Tidur bareng ya kita." Ujar Yusuf pada keduanya.

"A....?!" Pekik Adel tertahan sembari menggeleng sedang Riska membulatkan mata.

"Ayo." Yusuf seolah tidak menghiraukan penolakan keduanya terlebih penolakan Adel.

Riska yang syok langsung melepaskan diri dan masuk ke dalam kamar lebih dulu.

"A Yusuf minta aku belajar soal agama, tapi kok kesannya A Yusuf yang nggak belajar." Sarkas Adel. "Nggak boleh, A...."

"Tau, tapi ini urgent. Aku nggak bisa jagain kalian secara bersamaan kalau kalian berada di tempat terpisah."

"Aku nggak perlu dijagain."

"Adel, cukup ya?! Udah malam. Nurut sama aku sekali ini aja. Aku, suami kamu." Tekan Yusuf.

Sedang di dalam kamar Riska terus saja mengerucutkan bibirnya. Tidak rela harus sekamar dengan Adel. Yusuf lalu serta merta menarik Adel masuk.

"Kalian tidur di tempat tidur. Biar aku yang tidur di sofa." Ujar Yusuf.

"Aku tidur di kamar aku aja." Ujar Adel bersikeras.

"Del...." Yusuf menggeleng.

"Aku udah nggak kenapa-napa kok." Adel meyakinkan.

"Hmmm..."

"Iya, Del. Kamu tidur sama Teteh aja. Biar A Yusuf juga nggak cemas dan nggak perlu mondar mandir." Ucap Riska mewakili kegundahannya yang takut malah Yusuf berdalih ingin cek Adel dan sehingga mempunyai kesempatan untuk berduaan nantinya.

Adel mengalah, ia akhirnya beranjak naik ke atas tempat tidur menyusul Riska yang sudah berbaring lebih dulu.

Ngenes amat hidup gue, batin Adel.

Tidak lama kemudian Yusuf menghempaskan tubuhnya di sofa yang terletak dekat jendela seberang tempat tidur yang tengah ditempati Adel juga Riska.

Riska sebenarnya sakit atau nggak ya? Kalau sakit, emang agak janggal sih, dia sejauh ini biasa aja. Cuma beberapa waktu bisa ngedrop tapi habis itu terlihat bugar lagi. Tapi kalau nggak...... Yusuf menahan nafas sesaat. Riska tahu atau nggak kalau dia sebenarnya nggak sakit. Kalau tahu kenapa ngebet nyuruh aku nikah. Kalau nggak tahu.... Yusuf membulatkan mata. Gimana kalau dia ujug-ujug nyuruh aku pisah sama Adel karena ternyata dia sehat, nggak ada potensi ninggalin aku dan anak-anak secepat yang dia bayangkan.

Yusuf menatap dua istrinya yang tengah berbaring menyamping, saling membelakangi itu. Lalu Yusuf memutuskan beranjak menghampiri mereka, diselimutinya mereka.

"By...." Rengek Riska manja sembari menarik lengan Yusuf saat tahu Yusuf menyelimuti dirinya.

"Kenapa?"

"Pengen bobo deket Aby. Umi nggak bisa tidur kalau nggak ada Aby." Ujar Riska manja. Adel yang belum tidur itu pun dapat dengan jelas mendengar keinginan Riska. Ia menelan saliva.

"Mau ke mana, Del?" Tanya Yusuf saat Adel beranjak bangun.

"Aku pindah aja ya, A. Kasian Teh Riska kan harus istirahat. A Yusuf jagain Teh Riska aja, aku....."

"Udah, ayo pada istirahat." Potong Yusuf cepat. "Dan kamu, malam ini di sini. Biar aku tenang." Sambungnya.

"Aku di sofa deh kalau gitu." Putus Adel.

"Adelia." Yusuf menggeleng. "Ya udah Aby temenin kalian tidur." Putus Yusuf sembari beranjak naik. Mengambil posisi di tengah-tengah mereka. "Ayo, tidur." Tambahnya membuat kedua istrinya itu melongo.

Adel yang mematung, ditarik Yusuf agar segera kembali berbaring. Adel menarik nafas sebelum menuruti Yusuf untuk berbaring. Ia pun lalu memutuskan berbaring menyamping membelakangi Yusuf juga Riska.

Jika Adel membelakangi Yusuf, tidak dengan Riska. Ia malah memeluk Yusuf, manja. Seolah ia ingin Adel tahu segimana mesra mereka berdua jika sedang di dalam kamar.

"Del." Lirih Yusuf.

"Iya." Jawab Adel tanpa menoleh.

"Masa suami dibelakangin?!" Ujar Yusuf.

"Pegel, A." Adel beralasan. Mendengar jawaban Adel, tangan Yusuf lalu menyelusup memeluk Adel.

"Kan harus adil. Yang satu dipeluk, yang satunya juga harus dipeluk." Tekan Yusuf saat ada ekspresi hendak protes baik dari wajah Adel maupun Riska.

Sisa malam terasa panjang bagi Adel. Sehingga saat samar terdengar suara azan subuh dari kejauhan, Adel menarik nafas lega.

"Mau ke mana?" Bisik Yusuf.

"Ke kamar, A. Mau mandi, mau salat." Papar Adel.

"Mau dianterin?"

"Nggak usah. Aku bisa sendiri."

"Hati-hati." Pesan Yusuf.

"Iya."

Riska sebenarnya sudah bangun semenjak tadi. Tapi ia tidak ingin bangun lebih dulu dan membiarkan Adel dipeluk Yusuf tanpa dirinya. Kalau tangan A Yusuf yang sebelah lagi jalan-jalan, gimana coba?! Batin Riska.

***

Xiang terus berusaha menghubungi Adel tapi semenjak semalam mantan istrinya itu tidak merespon. Xiang menghela nafas kasar.

Adel yang baru kembali memegang ponselnya lagi merasa terkejut dengan notifikasi yang terpampang di layar. Panggilan tak terjawab sebanyak empat puluh lima kali dan belasan pesan singkat. Adel mencoba menghubungi balik Xiang.

"Del, are you ok?"

"Maaf semalam...."

"It's ok." Potong Xiang cepat. Ia merasa menyesal menghubungi Adel. Siapa tahu semalam mereka sedang berdua. Semalam waktunya Adel dengan suaminya. Batin Xiang.

"Aku lagi di luar kota. Kalau ketemu besok, bisa nggak?" Tanya Adel.

"Ohh kamu lagi di luar kota? Sama siapa?" Adel bergeming. "Honeymoon?" Tembak Xiang yang sebenarnya berharap dibantah Adel.

"Liburan biasa."

"Ohh... Ok, see you tomorrow Adel."

"Iya." Tutup Adel.

***

Mereka tengah dalam perjalanan pulang menuju Sukabumi. Kedua istri Yusuf bungkam semenjak tadi. Asyik dengan pikiran mereka masing-masing.

Akan tetapi ternyata bukan hanya Riska dan Adel yang sibuk dengan pikiran mereka sendiri akan tetapi Yusuf juga. Pikirannya ramai semenjak kemarin.

Besok aku harus cek ke rumah sakit yang ngeluarin surat tersebut. Aku harus cari tahu sendiri dulu, jangan dulu bertanya apa-apa ke Riska. Aku nggak tau ini kesalahan atau Riska yang sedang merencanakan sesuatu. Putus Yusuf dalam hati.

Kisah Cinta AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang