"Pukul 19.15 WIB"
Mobil Brio terparkir di sebuah rumah yang tampak gelap, hanya lampu teras yang menyala.
"Penerimaan Beasiswa di Universitas Gajah Mada" terpampang di layar handphone. Seorang gadis berusia 18 tahun terlihat gelisah sambil mengigit kuku jarinya. Ia pun mematikan mobil, mengambil tas nya dan berjalan ke teras rumah.
Ia terdiam sebentar sambil terus memandang layar handphone nya. Ia mengambil kunci dari saku tas nya sembari angin kecil tiba tiba muncul. Udara hari itu cukup dingin, suasanya sekitar cukup sepi. Jarak antar satu rumah memang cukup jauh, tidak heran jika suasana cukup menyeramkan jika sudah memasuki malam.
Gadis itu masih berusaha mencari kuncinya namun tak kunjung didapat. ia tau seharusnya ia menggunakan gantungan kunci agar mudah ditemukan. Suara semak semak mulai terdengar dan membuat gadis itu terdiam sebentar. Ia menengok ke sisi kanan rumahnya--ke halaman samping. Ia berjalan sebentar, ia merasa ia melihat sesuatu dari arah sana.
Tidak ada apa apa
Hanya halaman sampingnya yang sepi.
Bunyi suara telepon memecah keheningan dan membuat gadis itu tersentak.
Ia mengambil hp nya yang ia tinggalkan ia teras.
Anisa, nama yang muncul di layar hp gadis itu.
"Iya, kenapa nis?" sambil gadis itu masih memeriksa tas nya mencari kunci
"Udah sampai rumah Jes?"
"udah nih, cuma daritadi gua susah banget cari kunci rumah"
"Lagian sih lu udah gua bilang taruh aja di bawah pot atau rak sepatu. Jadi ribet kan sekarang"
Kunci pun berhasil ditemukan, gadis itu masuk ke rumahnya dan kembali memeriksa kebelakang sebelum menutup dan menutup pintu rumahnya.
"Iya, iya ini udah ketemu kok. Lu kan tau gua parnoan. Kayaknya kalau gua taruh kuncinya di bawah pot udah umum banget ga sih?" ucap gadis itu.
"Ya kan biar ga bikin lu ribet aja. Eh gimana lu jadi bilang sama orang tua lu kalau lu keterima di UGM?"
Gadis itu terdiam sebentar sambil merebahkan tubuhnya di sofa utama. Wajahnya kebingungan
"Jujur, gua gatau sih nis. Feeling gua sih bilang gua ga akan dikasih ya. Lu tau sendiri kan bokap gimana"
"Ya gabisa gitu dong, anak mereka satu satunya diterima di univ oke plus beasiswa. Siapa sih yang gamau"
"Ya karena gua anak satu satunya, makanya mereka pasti ga akan kasih"
"Terus si Angga responnya gimana?"
"Emmm, Angga gua belum kasih tau sih"
"Wah, gila lo! kok bisa sih?"
"Gua soalnya harus mikir ini secara matang Nis, gua gamau bilang ke orang banyak dulu. Lu tau nanti bakal seheboh apa. Nanti bakal banyak opini ini itu lah. Bikin tambah pusing tau"
Gadis itu berjalan ke dapur, mencari makanan dan mengambil mie instan dari laci atas
Kompor pun dinyalakan sembari ia mengisi panci dengan air
"Pokoknya lu orang pertama yang tau dan sejauh ini gua mau lu aja yang tau dulu. Kalau orang tua gua, gua usahain minggu ini deh mereka tau"
"Ya gapapa, gua ngikut lu aja. Cuma dari gua sih, gua kepengen lu ambil beasiswanya Jes. Kapan lagi lu dapat jurusan yang sesuai passion lu. Psikologi. Plus beasiswa pula. Bangga banget gua sama lu sih. You deserved it, you know that"
Gadis itu tersenyum kecil.
"Ya, sayang aja sih lu ga ikut juga. Padahal kalau kita bisa satu kampus sih gua makin seneng"
"Iya nanti gua nyusul kalau gua udah kumpulin uang nya ya"
"Udah dibilang kerja disana aja, nanti sama gua kita part time bareng"
"Lu lupa UMR disana berapa? biaya kuliah berapa, belum biaya hidup, makan, internet, nongkrong. Eh orang tua lu dimana? kok sepi banget kayanya"
"Lagi di jalan pulang, tadi katanya kejebak macet"
Suara dering hp berbunyi, Angga
"Eh nis, Angga telepon nih. Nanti gua telepon lu balik ya"
Gadis itu menjawab telepon, sembari memasukkan mie instan rebus ke mangkok kecilnya
"Halo Nga? kamu udah selesai latihannya?"
"Halo, ini Jessica ya?"
Gadis itu kebingungan sambil menaruh penggorengan dan menyalakan kompor
"Iya, ini siapa ya?" tanya gadis itu
"Oh sori, ini tadi hp nya ada di lapangan basket. Saya ketemu pas lapangan udah sepi tadi" ucap suara itu.
"Ada satpam atau ada orang ga disekitar kamu biar hp nya dikasih aja ke mereka" tanya gadis itu
"udah sepi sih ini, kebetulan juga aku udah diluar sekolah. Nomor kamu soalnya yang paling atas jadi yaudah aku telepon aja kesini"
"Hmm, aduh si Angga kebiasaan deh ceroboh banget"
dengan kesal ia mengeluarkan nugget dari freezer.
"yaudah palingan besok pagi aku taruh di ruang TU aja ya. Biar nanti bisa diambil disana"
"Oke oke besok aku aja yang ambil. Thank you ya, sorry banget ngerepotin"
"iya gapapa, ini punya Angga ? Dia temen kamu?"
"Pacar aku. Cuma emang dia ceroboh banget. Udah sering dia lupa taruh hp nya dimana, kadang bahkan kunci motor aja dia lupa"
"Kalian udah lama pacarannya?"
"Minggu depan sih 1 tahunnya kita. Kamu kenal Angga? Satu tim juga atau satu kelas?"
"Engga sih, cuma sering dengar aja namanya"
Gadis itu mengambil beberapa nugget dan meletakkannya di wajan panas
"Eh, lagi masak ya?"
"Iyaa hahaha, baru sampai rumah soalnya"
"Mama kamu dimana?"
"Mama sama Papa belum sampai masih dijalan. Cuma kalau nunggu mereka kelamaan, keburu laper juga"
"Kadang kesel ga sih, kalau orang tua tuh pulangnya malam banget. Berasa ditelantarin ya"
"Iya kadang kadang berasa kesepian aja sih. Cuma kadang gapapa juga sih, jadi bisa agak bebas dirumah sendirian"
"Sendirian dirumah? Ga takut kamu? Biasanya kan cewek cewek suka takut kalau ditinggal sendirian dirumah"
"Ih, kata siapa? Ga semua cewek tuh begitu. Itu tuh cuma kalimat yang sering dibilang sama cowok cowok. Kita ga takut, kadang malah kalau sendirian tuh lebih bisa mikir. Lebih bisa leha leha tanpa perlu malu diliat, bisa masak dan makan sepuas puasnya, gaada yang ngejudge, gaada yang ngeliat"
"Oh ya sorry sorry. Terkadang memang sendiri lebih bebas sih. Aku juga kadang diem diem suka masak dirumah, kalau ada bokap kadang suka dijudge kenapa malah masak. Agak ngeselin sih"
"Right! kalau sendiri tuh terkadang lebih free"
"itu kayaknya nugget kamu udah matang deh"
Gadis itu berbalik arah ke arah kompor.
Hendak berjalan dan kemudian terdiam
"Kok kamu tau aku masak nugget?"
End part 1
YOU ARE READING
Alone ?
Mystery / ThrillerPernah berada seperti di film horor? Itulah yang dirasakan Maudy, Anisa, Jessica, dan teman temannya ketika pembunuh berantai muncul dan menghantui kehidupan mereka. Namun, dibalik itu semua terdapat benang merah yang membawa mereka ke misteri yang...