Suara aksesoris gantung berdencing di gelapnya garasi. Putri terdiam terpaku dipojok ruangan, batinnya bergejolak apakah ia harus pergi dari tempat itu atau tidak. Ia tidak tahu apakah Maudy dan Theo dalam keadaan aman.
Ia melihat ada jendela kecil disebrangnya, ia berjalan pelan berusaha untuk tidak menyembunyikan suara sedikitpun. Ia bisa melihat halaman depan. Mobil Brian dan Mobil polisi masih ada, jika dia bisa mengambil kunci dari mayat Brian setidaknya ia bisa pergi dan memberitahu polisi. Namun, apakah diluar aman? itu pertanyaan yang ada di pikiran Putri.
Ia berusaha membuka pintu garasi namun tidak bisa, kuncinya pasti berada di ruang tengah begitupula dengan handphone. Sepertinya hanya itu strategi yang Putri dapat lakukan. Perlahan, ia membalikkan badannya dan berjalan ke pintu masuk garasi. Apapun yang terjadi, ia akan berlari secepat mungkin.
Putri sudah tepat berada didepan pintu, dengan kuda kudanya ia membukakan pintu dengan cepat namun suatu benda menusuk lambungnya disertai dengan suara teriakannya. Rasa sakit yang belum pernah Putri rasakan sebelumnya. Sosok hitam itu berhasil menusuk Putri. Mulut Putri perlahan pun mengeluarkan darah, pandangannya mulai menjadi samar, namun dengan tenaga yang tersisa Putri menendang selangkangan sosok hitam itu dan dengan tertatih ia berdiri dan berusaha menuju pintu garasi.
Dengan dipenuhi darah, Putri berteriak
"Maudy! Lari!" bersamaan dengan disekapnya mulut Putri. Sosok hitam itu membuang tubuh Putri ke lantai. Putri yang sedang tidak berdaya, merasakan tubuhnya ditusuk kembali sebanyak 12 kali. Pandangannya semakin samar, tubuhnya mengalami mati rasa, tangan Putri dengan pelan terangkat dan membuka topeng putih sosok itu. Dengan samar, ia melihat sesosok wajah yang entah ia kenali atau tidak. Sebelum, akhirnya pisau menusuk leher Putri.
.
Andhika dan Chelsea mendekati rumah Anisa, dari kejauhan mereka bisa melihat mobil Brian dan Mobil Doni, partnernya.
"Doni, sepertinya belum balik. Beruntung, berarti ada 2 polisi yang ada disini" ucap Andhika.
Andhika memarkir mobilnya agak berjauhan dan meminta Chelsea untuk diam di mobil sementara dirinya masuk ke rumah untuk memastikan keadaan aman terlebih dahulu. Ia berjalan dengan pistol di tangannya sembari menghubungi Doni namun tidak ada jawaban.
Dari kejauhan ia melihat, pintu depan terbuka. Ada yang tidak beres.
Ia memutar lewat halaman samping agar bisa memasuki pintu dapur namun sayangnya terkunci. Andhika pun melihat salah satu jendela terbuka, ia pun memasuki rumah dengan perlahan. Kondisi rumah cukup berantakan, tidak ada tanda tanda seorang pun dirumah. Andhika berjalan menuju ruang tengah, dimana ia melihat tubuh Theo didepan tangga berusaha untuk menyadarkan, tetapi sesuatu seperti menusuknya dari belakang.
.
Sudah lebih dari 10 menit,
Chelsea mematikan mesin mobil dan keluar dari mobil. Dengan senter di tangannya, ia berjalan menuju ke arah rumah. Dari kejauhan ia bisa melihat, lampu rumah menyala dengan tiba tiba. Baiklah, setidaknya ia tahu ada orang didalam rumah--mungkin Andhika. Teras rumah, sudah terlihat Chelsea bisa melihat sosok Andhika di pintu masuk. Namun, Andhika terlihat berbeda ia terlihat lunglai.
Chelsea melihat Andhika berjalan ke arahnya sebelum akhirnya terjatuh dengan sebuah pisau tertancap di punggungnya. Terkejut dengan apa yang ia lihat, Chelsea lebih terkejut dengan sosok hitam sudah berdiri didepan pintu dengan sebuah pisau. Tanpa berpikir panjang, Chelsea berlari kembali ke arah mobil dengan sosok itu mengejarnya dari belakang.
Dengan cepat, Chelsea menyalakan mobil dengan sosok itu semakin dekat dengan mobilnya. Dengan panik, Chelsea tidak sadar mengubah mobil menjadi mode mundur dan dengan kencang, ia pun menabrak pohon besar dibelakangnya.
Sosok itu berjalan menuju Chelsea yang masih tersangkut di mobil. Dengan cepat, Chelsea mengubah mode mobil dan menginjak gas berusaha untuk menabrak sosok itu dan pergi dari sana namun mobil menjadi tidak terkendali dan Chelsea beserta mobilnya terpental ke depan. Seketika semua menjadi gelap untuk Chelsea
.
Pintu lemari terbuka secara perlahan,
Maudy melihat disekitarnya, tidak ada seorangpun. Beberapa kali ia menelpon Putri namun tidak diangkat. Maudy pun beranjak keluar dari lemari persembunyiannya. Berjalan pelan menuju koridor tengah.
BRUK!!
Terdengar suara lain dari kamar sebrang. Maudy berjalan menuju kamar tersebut dan melihatnya sosok mayat pria disana dengan darah dimana mana.
Suara itu berasal dari lemari,
Maudy mengambil gunting dari meja belajar didekatnya dan berjalan menuju lemari tersebut. Ketika dibukanya, ia melihat Anisa dengan mulut dibekam. Maudy membantu membuka ikatan Anisa
"Di! Kita harus pergi! Kita harus pergi!" ucap Anisa
"Iya, tapi temen temen gua dibawah nis"
"Jangan, jangan keluar dia masih disana" "Kita keluar lewat jendela, kita bisa lompat lewat halaman samping"
Maudy terlihat enggan karena dia tahu Putri dan Theo masih dibawah. Namun, Anisa langsung membuka jendela diatas tempat tidurnya dan merangkak keluar. Maudy melompat pertama diikuti oleh Anisa keduanya berlari ke halaman depan dan melihat sekumpulan mobil sebelum suara mengejutkan mereka dari belakang
"Brian!!" Maudy terkejut dan menopang tubuhnya
"Theo! Theo pelakunya di!"
Maudy dan Anisa terdiam mendengar perkataan Brian sebelum Theo muncul dengan bersimbah darah.
"Pergi lu anjing! lu pembunuh bangsat!" teriak Brian
Theo terdiam mendengar perkataan Brian
"Dia pelakunya di! dia pelakunya! dia ngebunuh Putri di garasi. Itu darah Putri di bajunya" ucap Brian
"Anjing, ini bukan darah Putri. Di tolong dengerin gua, Brian pembunuhnya gua lihat dia tadi dekat mayat Putri"
"Putri dimana? Lu apain putri?" teriak Maudy
"dia di garasi, gua gatau di tadi gua kesana untuk cari kalian semua. Putri disana dia..."
Maudy, Anisa dan Brian perlahan mundur menjauh dari Theo
"tolong guys, bukan gua, bukan gua pembunuhnya. tolong dengerin gua" ucap Theo lirih
Maudy, Anisa dan Brian pun berlari masuk kedalam rumah dengan Theo dari luar meronta ronta ingin masuk dengan nada ketakutan. Namun, Theo yang cepat berhasil masuk dengan paksa
Maudy memasang kuda kuda melihat Theo yang sekarang bersama mereka di dalam rumah.
"Guys, gua ga boong. Dengerin gua, gua bukan pembunuhnya" ucapnya lagi
"pembunuh lu!" teriak Brian
"Diam lo! Lu yang pembunuh, gua akan habisin lu! Anjing! Lu yang pembunuh" teriak Theo yang siap menyerang Brian
Hingga bunyi pistol terdengar dan mengenai tubuh Theo. Ia terbujur kaku.
"Dia berisik banget"
Maudy mengalihkan pandangannya ke Anisa yang memegang pistol di tangannya. Anisa tersenyum melihat Theo yang terbujur kaku.
"Sorry di, temen lu berisik banget. Gua ga kuat dengernya" ucap Anisa
Maudy terdiam melihat apa yang ada didepannya. Sebelum, sesuatu menarik rambutnya dengan paksa dari belakang. Brian
Ia membawa Maudy ke dapur bersama dengan Anisa.
"Akhirnya cuma tinggal lu doang di" ucap Brian sambil mengambil pisau dari dapur dan mendekatkan pisau itu di wajah Maudy.
Anisa berjalan dengan senyum kecil
"kita berhasil sayang!" ucap Anisa ke Brian
End part 11
YOU ARE READING
Alone ?
Mystery / ThrillerPernah berada seperti di film horor? Itulah yang dirasakan Maudy, Anisa, Jessica, dan teman temannya ketika pembunuh berantai muncul dan menghantui kehidupan mereka. Namun, dibalik itu semua terdapat benang merah yang membawa mereka ke misteri yang...