Keringat membasahi kening Maudy, ia masih memproses semua ini. Didepannya Brian dan Anisa terlihat bermesraan menandakan rencana mereka berhasil selama ini. Maudy mencari celah untuk keluar namun satu satunya jalan hanya melewati pintu depan.
"lu kira cuma doang yang kecewa dimainin sama Rey?" ucap Anisa
"Anak belaga, sok kaya, sok cakep, kerjaannya cuma ngewe sana sini doang"
Pisau yang berada di tangan Anisa didekatkan ke wajah Maudy yang ketakutan dan marah.
"Jadi lu selama ini?" tanya Maudy
"Ya engga juga, ada Brian yang ngebantu gua"
dari kejauhan Brian tersenyum, ia terlihat melompat lompat kegirangan melihat Maudy yang terpojok
"Brian yang bunuh Putri, Rey, Jessica, ya mostly dia sih. Dia emang cuma buat seneng seneng aja"
"Karena sebenernya target utama gua itu cuma lu"
"Lu kenapa nis? Gua salah apa sama sama lu" tanya Maudy
Anisa tersenyum mendengar pertanyaan Maudy. Diikuti oleh gelak tawa Brian.
"Mungkin alasan utama karena kita bosen di. Pernah kepikiran ga sama lu, tinggal di kota kecil kayak gini. Gaada masa depan, orang tua cuma menengah kebawah. Mungkin dengan jadi korban selamat kasus pembunuhan bisa membantu kita jadi viral" ucap Brian
"lu gila bangsat!" teriak Maudy
"WOW. Kasar" teriak Brian sambil menampar wajah Maudy dengan keras
Maudy terjatuh dengan keras disertai dengan tawa Anisa. Tamparan Brian begitu keras cukup membuat Maudy hampir tidak tersadarkan. Anisa menghampiri Maudy yang terjatuh di lantai dan memaksa nya berdiri kembali
"Mungkin alasan paling utama adalah karena lu bikin gua muak di. Semua orang mengagumi lu, bahkan ketika gua ama Rey ngewe yang selalu dia bawa itu nama lu. Jessica pun juga, padahal mereka semua gatau betapa busuknya lu" ucap Anisa
"Lu cuma cewek murahan, pengkhianat, dan sok lugu"
"kira kira cukup alasan itu di?"
Maudy memandang wajah Anisa yang dipenuhi dengan amarah disertai oleh pisau tajam di tangannya yang mengarah ke wajah Maudy.
Suasana hening. Tanpa disadari, Maudy meneteskan air matanya. Suatu kejadian yang disaksikan oleh Anisa. Ia tersenyum kecil melihat Maudy yang terlihat shock dan tidak berdaya
"Dia nangis, sayang" ucap Anisa
"Oke, gimana kalau alasan begini.....Ibu lu yang pelacur, dia selingkuh sama bapak gua, dan itu yang bikin orang tua gua cerai."
Perkataan Anisa, membuat Maudy terkejut begitupula dengan Brian yang terdiam dibelakang.
"ga cuma itu aja. ibu lu itu dari SMA udah berulah. Dia bikin rumor soal ibunya Jessica, Dia bikin ibu gua tidak punya temen dengan menyebarkan rumor ke temen temennya hingga pas lulus ibu gua harus merayakannya sendirian"
"jujur gua gatau ada masalah apa ibu lu sama ibu gua.....atau mungkin emang ibu lu aja yang sama kayak anaknya. Pengkhianat, sok lugu dan murahan"!!
"Udah cukup kuat alasannya di?" tanya Anisa
wajahnya terlihat begitu tegang seperti sudah melampiaskan rahasia yang ia simpan bertahun-tahun. Maudy tidak menyangka bahwa semua ini karena perbuatan ibunya.
"Sayang, bawa keluar simpanan berharga kita" ujar Anisa
Brian dengan gembira berjalan menuju ruang tengah. Anisa masih dengan Maudy yang masih menatapinya dengan dalam dengan pisau yang semakin dekat dengan wajah Maudy
"Gua ada hadiah buat lo di"
Brian berjalan kembali ke arah dapur dan kali ini, ia tidak sendiri. Seorang pria berada didepannya dengan kondisi beberapa memar dan mulut yang dibekap. Ayah Maudy. Brian melempar tubuh ayah Maudy ke lantai dan menendangnya beberapa kali. Maudy tak kuasa menahan air matanya dan berusaha untuk menghampirinya ayahnya namun Anisa menahannya dari depan.
"Menurut lu gimana di? apa kita bunuh ayah lu dulu?" ucap Brian kegirangan.
"Ayah lu aja bahkan tidak tahu istri nya sesampah dan semurah apa"
Mendengar perkataan Anisa, Maudy meludah tepat ke wajahnya disertai oleh tamparan keras dari Anisa dengan kesal.
'Anjing ini anak! Gua bunuh lu anjing!" teriak Anisa
Keduanya meronta, Anisa meghentakkan kepala Maudy ke lantai dan seketika membuat Maudy menjadi lemas. Pandangannya menjadi pudar perlahan. Dengan paksa, Anisa membangunkan badan Maudy dan menyuruh Brian untuk membuka ikatan Ayah Maudy. Bersiap untuk menghabisinya.
Brian menarik tubuh Ayah Maudy dan bersiap untuk menusuknya
"Tusuk dia kalau berani sebelum gua tembak kepala lo bangsat!"
Brian dan Anisa terdiam melihat Chelsea didepan dapur dengan sebuah pistol digenggamannya.
"lu berdua psycho, anjing, bangsat! Lu lepasin Maudy dan ayahnya atau gua tembak lu berdua sekarang" ucap Chelsea
"tadi kamu bilang dia udah mati, sayang" ucap Anisa
Brian terdiam dan melihat tajam ke arah Chelsea. Untuk membuatnya takut, ia melepaskan ayah Maudy ke lantai dan berjalan pelan ke arah Chelsea dengan tatapan tajamnya. Chelsea yang mulai gelisah tetap berusaha melawan rasa takutnya dengan Brian, secara perlahan Brain mendekati Chelsea dan mereka pun berdiri berdekatan
Chelsea dengan mantap masih menodongkan pisaunya ke Brian
"Lu ga akan bisa menarik pelatuknya Chel" ujar Brian
Chelsea yang mulai gemetar semakin terpojok ketika Brian berjalan maju ke arahnya. Chelsea terlihat gelisah dan kebingungan sampai Brian mengeluarkan pisau dan bersiap menusuk Chelsea.
"DORRR!!"
Chelsea menembak dada Brian dan ia terhempas.
Suara bunyi tembakan kedua muncul dan tepat mengenai dada Brian kembali
Melihat kesempatan yang ada, Maudy memelintir tangan Anisa dan menggigitnya. Suara teriakan Anisa terdengar begitu keras dan cukup membuat Chelsea menembakkan tembakan ketiga dan tepat mengenai bahu Anisa.
"Maudy!! Lari!!" teriak Chelsea.
Anisa yang berteriak kesakitan mulai mengejar Chelsea. Chelsea berlari menuju ruang tengah diikuti oleh Anisa yang membawa pisau ditangannya.
Brian yang terkapar di lantai hanya bisa terdiam. Hanya suara teriakan Anisa yang terdengar oleh dan pandangannya pun perlahan lahan menjadi gelap.
End part 12
YOU ARE READING
Alone ?
Mystery / ThrillerPernah berada seperti di film horor? Itulah yang dirasakan Maudy, Anisa, Jessica, dan teman temannya ketika pembunuh berantai muncul dan menghantui kehidupan mereka. Namun, dibalik itu semua terdapat benang merah yang membawa mereka ke misteri yang...