5

554 83 30
                                    


Tiupan angin berhembus kencang. Seorang namja melangkahkan kakinya di kordinator sekolah menuju ke kelasnya. Setalah sampai di depan kelas, namja itu melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya. Namja itu mendudukkan dirinya di tempat biasa dia duduk. Sebuah tepukan pelan mendarat di pundaknya. Tepukan pelan itu dia dapat dari seseorang yang duduk di belakangnya.

"Diam lah.. aku sedang tidak ingin di ganggu," Kata namja itu.

"Aku sangat merindukanmu yoon," kata orang itu.

"Tapi aku tidak merindukanmu hoseok-ah. Aku senang jauh dari mu, setidaknya aku tidak akan pendapat ceramah panjang dari mu." Kata yoongi dan kemudian di iringi dengan suara tawa dari keduanya.

Jam berjalan dengan cepat. Pelajaran demi pelajaran telah mereka lewati, dan ini saat nya mereka untuk istirahat.

Mereka berdua melangkahkan kakinya menuju ke kantin. Tapi sebelum pergi ke kantin, mereka lebih dulu pergi ke kelas lain untuk menghampiri teman mereka yang berada di sana.

"Jungkookie!" Panggil yoongi pada namja yang tengah keluar dari kelasnya. Jungkook melambaikan tangannya dan berlari mendekat ke arah hoseok dan juga yoongi. Mereka bertiga bersama sama pergi ke kantin untuk makan siang.

Dikantin mereka asik membicarakan tentang keseharian mereka serta pelajaran sekolah yang mereka dapat.


.

.

.

"Tae tae tunggu aku!!" Teriak an keras itu di lontar kan oleh seorang namja yang masi terus mengejar namja yang ada di depan nya itu.

Namja yang di panggil dengan sebutan Tae tae itu hanya bisa menghela nafas saat melihat tingkah laku sahabatnya itu. Sahabat nya tidak pernah berubah dari awal mereka kenal hingga sekarang. Namja itu mengatur nafasnya saat sudah berdiri di sebelah taehyung. "Bisakah untuk tidak meninggalkan ku, Tae? Aku lelah mengejar mu," kata namja itu sambil memegangi dadanya.

Taehyung tertawa lepas mendengar gerutuan sahabatnya ini. Menurutnya ini lucu. "Diam, Tae!" Ujar namja itu.

"Mianhae Jimin," kata taehyung pada namja itu. Setelah nya, Taehyung dan Jimin tertawa bersama. Mereka berdua menertawakan tingkah laku mereka sendiri.

Park Jimin. Sahabat taehyung dari kecil hingga sekarang. Park Jimin menjadi karyawan magang di perusahaan keluarga taehyung. Namun setelah kepergian keluarga taehyung, taehyung lah yang mewarisi perusahaan keluarga min. Setelah taehyung yang menjadi pemimpin perusahaan keluarga nya, taehyung mengangkat Jimin sebagai asisten pribadinya. Bukan sebagai anak magang lagi.

Taehyung menjadikan Jimin sebagai asisten nya bukan karena Jimin adalah sahabatnya. Melainkan, hanya Jimin lah orang asing yang dia percaya selain keluarga nya. Keluarga Jimin dan taehyung sangat dekat. Jimin dan taehyung sudah menjalin persahabatan sejak mereka berdua duduk di bangku sekolah dasar.

Taehyung dan Jimin masuk ke ruang kerja taehyung. Mereka berdua mendudukkan dirinya di sofa panjang yang berada di dalam ruangan itu.

"Tae," pangil Jimin pada sahabat nya.
Taehyung hanya menatap wajah sahabat nya tanpa ingin membalas panggilan yang di lontarkan oleh Jimin.

"Tae, bagaimana keadaan adik mu?" Tanya Jimin sedikit ragu saat membuka obrolan.

Taehyung dibuat bingung oleh pertanyaan dari sahabat nya ini. Dia bingung harus mulai bercerita dari mana. Taehyung menghela nafas pelan sebelum berbicara.

"Satu fakta menyakitkan setelah kepergian orang tua ku adalah, yoongi. Adikku di vonis memiliki leukimia stadium 3, cukup terlambat untuk di ketahui. Malam sebelum kecelakaan itu terjadi. Aku pergi ke kamar yoongi, aku melihat adik ku kesakitan dan darah terus mengalir dari hidungnya. Aku menggendongnya untuk membawanya pergi ke rumah sakit. Tapi saat ingin keluar dari rumah, aku berpapasan dengan orang tua ku. Orang tuaku yang membawa yoongi ke rumah sakit, dan menyuruh ku untuk tetap dirumah menunggu jin hyung," jelas taehyung pada sahabat nya.

Taehyung menangis setelah menjelaskan semua hal yang terjadi pada keluarga. Dia benar benar terpukul atas kepergian orang tuanya serta keadaan adiknya yang tiba tiba saja di vonis dengan penyakit yang mematikan.

Jimin memeluk sahabatnya, memberikan pelukan hangat untuk menenangkan nya. "gwaenchana taehyungie, semua akan baik baik saja." Ujar Jimin yang masih memeluk taehyung.

Setelah cukup lama berpelukan. Mereka berdua saling melepaskan pelukan mereka. Jimin keluar dari ruangan taehyung untuk pergi ke ruang kerja nya. Sementara taehyung Masi duduk dan Ter merenung di di dalam ruangannya. Taehyung mengambil handphone nya dari saku jas nya saat seseorang menelpon dirinya.

"Yoboseo," sapa taehyung ramah pada orang di sebrang telpon.

"......"

"Baiklah usia nim, aku akan coba membujuk adik ku pergi ke rumah sakit dan melakukan kemoterapi."

"......"

Sambungan telpon itu dimatikan setelah percakapan di antara mereka selesai. Taehyung keluar dari ruang kerja nya untuk segera pulang. Dia sudah sangat merindukan adik kecilnya itu.


.

.

.


Taehyung melangkahkan kakinya memasuki rumah. Saat hendak pergi ke kamar sang adik, tiba tiba sebuah suara mampu menghentikan langkahnya.

"Taehyung ahh, kemarilah." Kata seokjin memerintah adiknya. Taehyung berjalan menghampiri hyungnya yang sedang duduk di sofa. Taehyung mendudukkan dirinya di samping tempat seokjin duduk.

Mereka berdua melakukan obrolan ringan seperti biasa. Sesekali membahas kesibukan mereka masing masing.

"Hyung aku ingin pergi ke kamar yoongi," kata taehyung pada hyungnya.

"Untuk apa kau menemui anak sialan itu?" Nada bicara seokjin terdengar sangat sinis ketika bersangkutan dengan yoongi. Taehyung jengah dengan sikap hyungnya ini. Hyung nya ini tiba tiba saja membenci yoongi setelah kepergian orang tua mereka. Padahal taehyung sudah sering menjelaskan bahwa kepergian orang tuanya di akibatkan oleh kecelakaan, bukan karna yoongi.

"Hyung, berhentilah membenci yoongi. Dia adik mu dan juga adik ku. Jadi aku mohon jangan membencinya."

"Adikku hanya kau, Tae. Pembunuh itu bukan adik ku! Aku tidak punya adik pembunuh seperti nya!" Perseteruan antara seokjin dan taehyung semakin menjadi jadi. Taehyung memilih pergi meninggalkan hyungnya sendiri di ruang tengah. Taehyung sudah malas berdebat dengan hyungnya karna masalah yoongi.

Sementara di kamar. Yoongi menangis mendengar kedua hyungnya saling bertengkar karna dirinya. Taehyung masuk ke kamar adik dan menemukan sang adik yang duduk di lantai sambil menangis.

"Saeng gwaenchana?" Taehyung menghampiri yoongi lalu merengkuh tubuh sang adik.

"Apa ada yang sakit?"tanya taehyung memastikan.

"Hyung, Tae Hyung. Aku mendengar pertengkaran kalian, aku tidak suka kalian bertengkar hanya karna aku." Air mata yoongi terus mengalir deras di pipi nya saat ia mulai berbicara pada hyungnya.

Taehyung mengusap pelan pipi adiknya sambil mengucap beberapa kalimat. "Gwaenchana, Hyung hanya ingin meluruskan kesalah pahaman ini pada jin hyung. Jadi ini bukan salah mu," taehyung mencoba menenangkan sang adik, berusaha agar adiknya berhenti menangis.

"Hyungie, kapan jin hyung akan kembali menyangi ku seperti dulu lagi? Aku merindukan dirinya yang selalu menjahili dan selalu memanjakan kita"

"Kau pasti akan mendapatkan nya saeng. Tenanglah, Hyung akan selalu bersama mu apapun yang terjadi. Jadi berjuanglah."

"Tae hyung gomawo"





Tbc


Cerita ini belum nemuin titik terang alur ceritanya mau di bawa kemana


Aku kesini karena aku rindu kalian rindu komentar kalian juga. Ada yang mau double update?

Langit Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang