Taehyung menjemput adiknya ke sekolah pada sore hari, menunggu kelas yoongi berakhir. Taehyung menuggu adiknya di dalam mobil mikiknya.
Dari kaca mobil ia melihat adiknya keluar dari gedung sekolah dan berjalan ke arah mobilnya. Taehyung bergegas turun dari mobil menghampiri yoongi, mengambil alih tas punggung adiknya, meneliti setiap inci tubuh adiknya, meski nampak sedikit pucat tapi yoongi yang berada di depannya tersenyum sangat manis.
"Bagaimana sekolahmu hari ini?" keduanya berbincang saat memasuki mobil.
"Baik, Hyung . Hanya saja sedikit lelah."
.
.
.
Yoongi membaringkan tubuh lelahnya di atas tempat tidur. Melirik jam di dinding kamar, nyaris tengah malam.
Yoongi menatap langit-langit kamarnya, pandangannya menerawang jauh akan keadaan hidupnya. Bohong jika ia bilang ia tidak lelah dengan semua hal menyedihkan ini
Ia menggulingkan tubuhnya menyamping melihat sekeliling kamar luasnya yang didominasi warna putih dan abu-abu,tidak ada banyak barang dikamarnya. Hanya ada beberapa potret keluarga dan juga beberapa miniatur kesukaan nya.
Yoongi meringkuk memeluk dirinya, menangis terisak dengan suara yang coba ia redam dengan menenggelamkan wajah pada bantal. Yoongi merasa begitu kesepian, meski sejak kepergian orang tuanya. Walau orang tuanya telah pergi dari beberapa bulan lalu, namun nyatanya tak pernah membuat yoongi merasa terbiasa.
Yoongi begitu merindukan kedua orang tuanya, merindukan dekap hangat dan kasih sayang mereka yang bahkan hanya menjadi angannya saat ini. Yoongi juga merindukan kakak pertama nya, merindukan waktu yang pernah mereka lalui bersama.
Yoongi tidak terbiasa dengan keadaan seperti ini. Dia benar benar merindukan keluarganya. Canda tawa seperti dulu, yoongi merindukan semua hal itu. Yoongi sadar, bahwa semua hal yang ia harapkan sekarang hanya akan menjadi sebuah harapan semu yang tak berujung.
"Jin hyung, aku merindukanmu. Kapan kau akan menyangi ku seperti dulu lagi? Tolong jangan membenci ku." Monolog nya pada dirinya sendiri.
.
.
.
di rumah sakit hari ini terlihat sangat sibuk, banyak pasien berdatangan untuk melakukan pengobatan rutin. Seokjin pergi keruangan temannya berniat mengajaknya makan malam sebelum pulang.
Tok.. tok.. tok
"Namjoon ie, bolehkah aku masuk?" Tanya seokjin pada seseorang yang berada di dalam ruangan itu.
Pemilik ruangan itu mengizinkan seokjin untuk masuk dan menyuruhnya duduk.
"Apa kau sibuk, Joon?"
"Aku tidak terlalu sibuk, Hyung. Hanya memeriksa laporan perkembangan pasien ku." Jelas namjoon pada seokjin, Dan hanya di angkut oleh seokjin. Namjoon menceritakan perihal tentang pasiennya pada seokjin. Seokjin iba dengan penyakit yang di derita oleh pasien temannya ini. Selama menjelaskan keadaan pasien nya, namjoon tidak pernah memberi tau siapa nama pasien yang sedang dia tangani. Namjoon tidak tau, kalau pasien yang di tangani dan cerita kan pada seokjin, adalah adik kandung seokjin sendiri.
Setelah berbincang cukup lama, mereka mengakhiri obrolan mereka dan pergi untuk mencari makan. Karna jam sudah menunjukkan pukul 19:00kst.
Setelah selesai dengan makanan mereka, mereka berdua kembali kerumah mereka masing masing untuk beristirahat.
Seokjin melangkah kan kakinya memasuki rumah mewah peninggalan kedua orang tuanya. Seokjin melihat lihat foto keluarga mereka yang menempel pada dinding dinding rumah, hingga atensinya beralih papa seseorang yang tengah duduk di meja makan yang terlihat sedang melamun.
Rasa rindu sekaligus benci yang seokjin rasakan saat melihat orang itu.
Yoongi menyadari kehadiran Hyungnua yang tengah berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. Yoongi menghampiri seokjin dan langsung memeluk nya..
Seokjin mendorong kasar tubuh yoongi hingga meghantam tembok. "menjauh dari ku sialan! Aku tidak suka si peluk anak pembawa sial seperti mu!" Seokjin marah pada yoongi yang tiba tiba saja memeluk nya.
"Aku hanya ingin memelukmu, Hyung. Aku sangat merindukanmu," kata yoongi dengan air mata yang mengalir dari sudut matanya.
"CK! Merindukan ku? Tapi aku tidak merindukanmu sialan! Aku membencimu!"
"Bagaimana jika aku pergi dari hidupmu selama nya? Apa Hyung tidak akan merindukan ku?"
"Aku sangat bersyukur jika kau pergi dari kehidupan ku! Bila perlu kau mati saja! Aku tidak perduli, karna kau hanya benalu dan pembawa sial di kehidupan ini. Aku menyesal mempunyai adik seperti mu." Setelah puas melontarkan kata kata tersebut, seokjin pergi meninggalkan yoongi sendiri. Ia melihat jelas air mata yoongi saat dia mengucapkan kata kata yang begitu menyakitkan, tapi dia tidak mau mempedulikan nya.
Setelah kepergian seokjin. Yoongi bangkit dari tempatnya pergi menuju ke kamarnya. Yoongi membuka setiap laci yang berada di dalam kamarnya, dia berusaha mencari obat pereda rasa sakit yang biasa dia konsumsi.
Setelah menemukan obat nya, yoongi membuka botol obat itu secara kasar dan membuat obat obat itu berhamburan di lantai dan hanya menyisakan beberapa saja di dalam botol.
Yoongi meminum obat nya tanpa bantuan air sekititpun. Setelah meminum obat nya, yoongi memungut obat yang yang berceceran di lantai lalu membuang nya ke tempat sampah, karna obat itu sudah kotor akibat ulahnya sendiri.
.
.
.
Hari hari berlalu begitu cepat. Perusahaan keluarga min melesat begitu cepat dalam perkembangan dunia bisnis. Taehyung sudah mulai jarang bertemu dengan adiknya karena pekerjaan yang menumpuk yang harus segera dia selesaikan.
Sepasang kaki jenjang memasuki sebuah restoran ternama yang berada di kota Seoul. Pria itu mendudukkan dirinya tepat di samping kanan asistennya.
"Jimin, bagaimana tentang kerja sama kita dengan perusahaan Jepang?" Tanya taehyung pada asisten nya.
Jimin menghela nafasnya pelan sebelum menjawab pertanyaan dari sahabat nya ini. "Mereka menyuruh untuk pergi ke Jepang untuk menemui mereka, dan Kita harus pergi ke sana untuk membahas tentang kerja sama ini," kata Jimin.
"Kapan kita akan berangkat ke Jepang? Dan berapa lama kita akan menetap disana? Aku tidak tega meninggalkan adik ku sendirian dalam waktu yang lama." Takut. Taehyung sangat takut meninggalkan adik sendirian dalam waktu yang lama, terlebih kondisi adiknya yang tidak baik baik saja selama satu tahun ini. Berbagai cara telah taehyung lakukan demi kesembuhan sang adik, tapi belum menunjukkan hasil apapun.
"Kita akan pergi ke Jepang tiga hari lagi, dan kemungkinan kita akan berada di sama selama satu bulan." Ucap Jimin memberitahu taehyung. Dan hanya dapat anggukan kepala dari sang lawan bicara.
"Sudah minum obat? Tanya seseorang yang tiba tiba saja duduk disampingnya. Yoongi hanya nenggauk menjawab pertanyaan orang itu.
Taehyung menghela nafas saat memperhatikan sang adik. Dia ingin menyampaikan sesuatu pada adiknya tetepi dia bingung harus mulai dari mana.
"Saeng, besok sore Hyung akan pergi ke Jepang selama dua Minggu untuk urusan bisnis."
"Lalu?" Kata yoongi dengan wajah polosnya.
"Hyung tidak bisa menemani mu untuk kemoterapi di Minggu ini, kau bisa pergi ke rumah sakit sendiri?"
"Gwaenchana taehyungie, Hyung. aku bisa pergi sendiri. Hyung disana jaga kesehatan, jangan sampai sakit, oke?"
Taehyung senang adiknya selalu mengerti dengan keadaannya yang sibuk ini. Taehyung mengusap Surai hitam adiknya sebelum pergi ke kamarnya. Taehyung harus menyiapkan keperluan nya untuk dia bawa saat pergi ke Jepang.
TBC
Ayo penuhi kolom komentarnya yeorobun. Biar aku ada energi buat selalu lanjutin cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Malam
FanfictionMenceritakan tentang kehidupan tiga bersaudara setelah kepergian orang tuanya. Bagaimana kisah kehidupan mereka setelah ini? happy reading everyone Star: 28 mei 2023 End: 27 okt 2023