10

546 57 30
                                    

Dua Minggu berlaku begitu saja. Taehyung masih di sibukkan dengan berkas berkas yang ada di hadapannya. Dia menghembuskan nafasnya pelan lalu mengambil benda pipih di mejanya, menekan beberapa angka untuk menghubungi seseorang.

"Yeoboseo, Yoon... Apa kau sehat saeng?" Tanya taehyung saat orang itu mengangkat panggilan darinya.

"Aku baik Hyung," ujarnya dengan lirih.

"Dokter namjoon bilang kau tidak datang untuk kemoterapi? Ada apa?" Pertanyaan beruntun terus menerus taehyung tanyakan pada adiknya. Dia khawatir dengan kondisi adiknya.

"Aku ada tugas dari sekolah, Hyung. Jadi aku tidak sempat untuk pergi kemoterapi."jelas yoongi dengan intonasi yang terdengar sedih.

"Hyung ingin memberi tau mu, mungkin untuk sepuluh hari kedepan hyung tidak bisa menghubungi mu, karna pekerja Hyung sangat menumpuk. Kau bisa mengirimi hyung pesan, hyung akan membacanya jika senggang. Jaga diri baik-baik beritahu hyung jika terjadi sesuatu." Kata taehyung. Taehyung mengakhiri obrolan mereka dan kembali fokus pada tumpukan kertas yang berada di mejanya.

Tok... Tok .. tok.

Suara ketukan pintu mampu menghentikan kegiatan taehyung.

"Masuk..." Ujar taehyung mempersilahkan orang itu untuk masuk ke ruangannya.

Orang itu masuk ke ruang kerja taehyung lalu mendudukkan dirinya di sofa tepat di samping kanan taehyung.

"Taehyungie, ayo kita pergi ketaman. Sudah lama kita tidak menghirup udara segar di luar." Kata orang itu sambil menggoyang goyangkan tangan sahabatnya.

"Yang kau bilang benar, Jim. Ayo kita bersantai sebentar sebelum kembali lagi pada tumpukan kertas ini." Kata taehyung yang  langsung bangkit dari tempat duduknya.

.

.

.

Yang ada di meja makan hanyalah keheningan. Tapi yoongi sangat bersyukur karena hyungnya mau makan satu meja dengan dirinya.

"Jin hyung," panggil yoongi berusaha memecah keheningan. Yang di panggil hanya diam tanpa ingin membalas panggilan adiknya.

"Hyung, bisakah hyung memberikan ku obat? Kepala ku sakit hyung." Kata yoongi sedikit takut.

"Kau bisa meminum obat yang ada dikotak obat jika kau mau. Tidak perlu meminta pada ku," Jawab seokjin dengan ketus.

"Tapi obat sakit kepala yang biasa kita konsumen itu tidak akan berpengaruh pada ku, Hyung. Aku butuh obat dengan dosis tinggi."

"Apa kau sudah gila?! Kau tidak bisa mengkonsumsi obat dengan dosis tinggi tanpa resep dokter!! Jika kau tidak enak badan, kau bisa meminum obat demam," Ujar seokjin kesal. Seokjin bangkit dari duduknya dan hendak pergi dari ruang makan, namun tangan nya di tahan oleh yoongi.

"Kenapa Hyung selalu marah dan membenciku selama beberapa bulan ini?" Yoongi tau alasan seokjin membenci dirinya, tapi yoongi masih ingin mendengar penjelasan yang lebih jelas dari hyungnya.

"Apa yang perlu aku jelaskan?!"

"Apa karna kecelakaan itu? Apa karna kecelakaan malam itu hyung jadi membenci ku?!"

"Ya! Aku membenci mu setelah kecelakaan itu. Jika saja orang tua ku tidak mengajak mu pergi mungkin mereka masih disini. Aku menyesal mempunyai adik seperti mu!"

"Kau tidak tau kejadian yang sebenarnya, Hyung."

Perdebatan terus terjadi antara Seokjin dan juga yoongi. Seokjin terus menyalahkan yoongi atas meninggalnya orang tua mereka. Yoongi ingin sekali memberi tau tentang hal yang sebenarnya, tapi dia tidak tau cara menjelaskannya. Badannya meluruh kelantai. Kakinya sudah sangat lemas untuk menopang tubuhnya.

Langit Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang