22. Just a dream

3.1K 577 507
                                    

Jumpa lagi dengan saya
Nanas Simarmata
Di cerita Sagala 2

😂🤣

Happy reading, ya!!

***

"MAMA!!!" Pekik Sea berlari dari lantai dua. Ia berlari dengan tergesa-gesa. Arina dan Lala yang sedang sibuk di dapur mendadak kaget dan menyusul ke sumber suara.

"MAMA!!" Pekik Sea lagi. Suaranya serak. Khas bangun tidur namun ada getaran menahan tangis.

Ariana ikut panik. "Kenapa?" Tanyanya dengan wajah yang sulit ia kontrol. Saking paniknya, ia tidak sadar sedang memegang pisau dapur.

"Lo ngapa?" Ujar Lala ikut cemas. Lala membawa kacang panjang yang belum kelar ia potong.

"Ma-"

Pintu terbuka. Niat Sea hendak memeluk Arina tertunda saat ia mendapati Galaksi yang sibuk membawa koper ayahnya.

Sea berlari ke arah Galaksi dengan air mata yang rembes begitu saja. Rambutnya masih sangat berantakan, bahkan kancing piyamanya terbuka satu.

Arina dan Lala saling bersitatap. Pun Ayah Sea ikut kebingungan. Ada apa?

Tidak ada satu pun yang tahu Sea kenapa.

"Maafin Sea hiks hiks hiks. Maafin Sea."

Galaksi tersentak kaget saat Sea tiba-tiba menyerbunya dengan pelukan yang amat sangat erat. Badannya Sea bergetar.

Galaksi melepaskan tangannya dari gagang koper, lalu membalas pelukan Sea, "Kenapa, Sayang?" Tanya Galaksi lembut.

Bukannya menjawab, tangis Sea semakin menderu. Bahkan ia nyaris teriak dengan tangisnya.

"Sayang, kenapa?" Tanya Galaksi mengecup puncak kepala Sea dengan rasa panik yang tidak bisa ia tutupi.

"Kenapa, Ma?" Tanya Ayah pada Arina.

"Gak tahu, tiba-tiba begitu." Arina berjalan ke arah pintu.

"Sea hiks hiks, Sea t-akut."

"Its okay, Darl. Saya di sini. Ada Mama, Ayah, bahkan ada Lala juga. Jangan takut." Galaksi berusaha menenangkan Sea. Ia mengusap-usap pelan punggung Sea. Walau ia juga gusar.

Lala menggaruk kepalanya, lalu sadar bahwa tangannya masih memegang kacang panjang. Ia pun berjalan pasrah, mendekati keluarganya.

"Pisaumu, Rin!" Tegur Sang suami saat Arina hendak menyalin tangannya.
Arina kaget, buru-buru ia meletakan pisau di dekat meja vas bunga.

"Udahan nangisnya, kasihan dada kamu jadi sesak gitu!" Ujar Galaksi tidak tega mendengar suara tangis yang nyaris membuat Sea kehilangan napas.

"Hei, Sayang. Kamu denger saya kan?"

"Sayang. Jangan nyakitin tubuh kamu gini dong," ujar Galaksi mengusap-usap belakang kepala Sea.

"Saya gak suka ya kalo kamu nangisnya kaya gini."

Sea tidak menggubris semua ucapan Galaksi, yang ia lakukan hanyalah menangis-menyalurkan segala takut yang ia rasakan.

"Sea, kenapa, Nak?" Tanya Ayah.

"Iya, Ya, lo kenapa?" Tanya Lala ikut sedih. Pasalnya tadi malam saat tidur bersama, keadaan Sea baik-baik saja. Kenapa tiba-tiba seperti ini.

"Sayang? Udahan nangisnya. Hei! Itu kamu udah capek suaranya!" Ucap Galaksi dengan nada tidak suka.

"Ka-kak hiks hiks jah-at." Perkataan Sea terbata-bata, namun masih dapat Galaksi tangkap.

"Hayo, ngelakuin apa kamu, Gal?" Tegur Sang Ayah.

Sagala 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang