Perkenalan

477 26 11
                                    

Jo Eunki, mahasiswi semester tiga Universitas Korea, kini tengah berdiri di depan pintu berbahan kayu. Di atas pintu, terpampang papan nama Ruang Pembantu Dekan II.

Tidak langsung membuka pembatas kasat mata itu, ia malah menghela nafas, cukup panjang sebelum tangannya mengetuk pintu tersebut sebanyak dua kali.

"Masuk," terdengar suara agak berat dan serak dari dalam.

Mendengar perintah itu, Eunki memutar kenop yang terasa dingin di telapak tangannya, untuk kemudian membiarkan udara ruangan yang lebih dingin lagi menyapa kulitnya.

Telah duduk seorang lelaki paruh baya di belakang sebuah meja. Lelaki itupun langsung mengenalinya.

"Eunki-ya, duduklah," ucap pria itu sembari menyunggingkan senyum di wajah.

Gadis yang mengenakan kemeja kuning muda dipadukan dengan jeans biru dan sneakers putih itupun menuruti perintah sang dosen.

Sebenarnya ia baru saja ingin menikmati waktu makan siangnya, namun Eunki menerima pesan penting yang mengharuskannya datang keruangan tersebut.

"Ada apa sebenarnya Pak Han?" Tanyanya begitu berusaha duduk senyaman mungkin di depan sang dosen.

Pak Han pun menutup jurnal tebal yang semula ada di pangkuannya, kemudian menaruhnya di atas meja.

"Kita masih menunggu seseorang sebelum aku jelaskan maksud undanganmu kemari," ucap pria yang perkiraan usianya akan segera mencapai kepala enam itu.

Eunki pun mengangguk sembari mengedarkan pandangannya di sekeliling ruangan yang besarnya nyaris seperempat ruang kelasnya.

Saat melihat deretan trofi kemenangan kampusnya di olimpiade Kimia, Eunki menguap. Tak ingin dipergoki oleh sang dosen yang telah kembali menyibukkan dirinya membaca jurnal, ia pun menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Eunki memang kurang tidur semalam karena harus menyiapkan konten untuk channel YouTube barunya.




Lima menit berlalu dan Eunki nyaris terlelap kalau saja suara derap kaki yang mendekat telah mengalihkan kantuknya.

"Dia datang juga," Pak Han berdiri dari kursinya untuk bersiap menyambut tamunya.

Eunki yang merasa mata kanannya gatal, terlalu sibuk menguceknya hingga tak menyadari sudah ada orang berdiri tepat dibelakangnya.

"Selamat siang Pak Han, maaf saya datang terlambat. Saya harus mengumpulkan berkas tadi," suara yang terdengar lembut namun tetap maskulin itu menyapa telinga Eunki, hingga membuatnya segera membalikkan badan.

Di saat yang sama, Eunki dapat melihat sesosok lelaki yang kira-kira usianya sepantaran dirinya, dengan postur tubuh kurus dan rambut hitam tertata rapi.

Eunki berani bertaruh kalau mahasiswa yang masih nampak asing di matanya itu, berlari kemari karena melihat keringat yang membasahi pelipisnya. Walau begitu, Eunki menilai kalau pemuda yang belum diketahui namanya itu terbilang menarik secara fisik.

 Walau begitu, Eunki menilai kalau pemuda yang belum diketahui namanya itu terbilang menarik secara fisik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Mutual Feeling [Joshua | Seungcheol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang