Menggapai Impian

159 13 5
                                    

Seungcheol mengingat dengan jelas, bahwa hari ini adalah hari keberangkatannya menuju asrama.

Esok adalah hari debutnya bersama rekan-rekan grupnya dan dia akan mulai tinggal di sebuah dorm, tak lagi di rumah pribadinya. Ia memang tidak akan bisa lagi menikmati kebebasan seperti sedia kala, karena kelak- cepat atau lambat- tiap gerak-geriknya akan diawasi agensi dan para penggemar.

Untuk itulah, untuk merayakan hari terakhir kebebasannya ia meminta Eunki untuk bertemu.

Sebuah coffee shop yang baru buka sebulan lalu, yang terletak tak jauh dari kampus, menjadi lokasi yang ditentukan.

Seungcheol menjadi orang pertama yang datang, dimana ia memilih duduk di salah satu meja yang agak jauh dari pintu masuk.

Ia memesan segelas caramel macchiato dengan less ice dan normal sugar, dan selagi menunggu pesanannya tiba, maniknya terus-menerus menatap ke pembatas antara coffee shop dan dunia luar.

"Kenapa aku mendadak canggung?" Gumamnya.

Ia tidak tahu kapan itu bermula. Namun, saat kemarin sore sosok perempuan mungil itu tiba-tiba saja muncul menemuinya di agensi, membuat hatinya tergetar.

Seungcheol tahu kalau selama ini Eunki terang-terangan menunjukkan kalau ia menyukainya. Namun, ia belum bisa membalas karena hatinya lebih dulu berlabuh pada orang lain yang ternyata malah menyakiti hatinya dengan penolakan beruntun.

Mungkin Seungcheol akhirnya menyadari kalau dirinya selama ini terlalu keras kepala mengharapkan cinta bertepuk sebelah tangannya akan bersambut suatu hari nanti, dan kini ia akhirnya menyerah.

Ia menyerah sekaligus menyesali kenapa dirinya harus membuang waktu dan tenaga dengan percuma untuk mengharapkan orang yang tak pernah mencintainya.

Seungcheol malah menyia-nyiakan perhatian dari gadis setulus Eunki yang jelas-jelas lebih sering ada untuknya.

"Kau memang bodoh, Choi Seungcheol," ia menertawakan dirinya sendiri sebelum menyeruput minuman pesanannya yang baru saja diantar ke meja.

"Seungcheol-ah!"

Deg!

Suara itu mendadak membuat jantungnya berdebar kencang, terlebih ketika ia mendongak, Seungcheol menemukan sosok mungil yang hari itu membungkus dirinya dengan crop T-shirt cokelat muda dan jeans, sudah berlari kecil ke arahnya.

Senyum otomatis terkembang di bibir merah Seungcheol, ketika gadis yang sama mengatakan maaf karena terlambat sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah.

"Tidak apa-apa, aku juga baru datang. Kau pesan minuman dulu, biar aku yang traktir," tawarnya sembari memanggil pelayan.

"Benarkah? Apa tidak apa-apa? Kopi disini kan mahal," tanya gadis yang adalah Jo Eunki sembari melihat ke sekeliling.

"Pesan saja apapun yang kau mau. Pokoknya, aku yang bayar," senyum Seungcheol semakin lebar untuk mengkopi milik Eunki.

"Baik sekali. Baiklah, aku pesan ice chocolate dan butter croissant," ujarnya pada pelayan yang langsung memproses pesanannya.

Ada jeda sejenak ketika Eunki selesai dengan orderannya. Ia masih terlihat asyik membolak-balik menu, sementara Seungcheol seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ada yang mengganjal.

Hingga keduanya malah berakhir bersuara bersamaan.

"Kau duluan," todong Eunki.

"Tidak, ladies first,"

"Eyy, mana bisa begitu. Kau yang mengundangku kemari," Eunki memutar bola matanya ke atas.

"Aku bisa menunggu. Jadi silahkan," Seungcheol mengalah karena pasti butuh waktu baginya untuk merangkai kalimat pas untuk mengungkapkan isi hatinya.

The Mutual Feeling [Joshua | Seungcheol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang