Ekspektasi

93 9 1
                                    

"Temanmu yang bernama Mingyu tadi- Dia yang meneleponku dan mengabarkan kalau kau mengalami cedera. Jadi, aku berinisiatif untuk berkunjung kemari,"

Eunki bercerita tentang kehadirannya di gedung Pledis, tepatnya di dalam studio tari yang hanya diisi oleh mereka berdua saja.

Seungcheol mengajaknya duduk di satu-satunya sofa yang ada di ruangan bercat tembok hijau tersebut.

"Aku memang mengalami cedera tadi, tapi nggak parah kok, bentar lagi juga sembuh- aduh!" Seungcheol tiba-tiba mengerang saat memijat kaki kanannya.

Eunki yang panik, tanpa tedeng aling-aling langsung menggeser tempat duduk lebih dekat sambil menyentuh kaki pemuda itu.

"Yang mana yang sakit? Apa disini? Atau disini? Atau kita pergi periksa ke dokter saja," ia sudah akan bangkit dari tempat duduk, namun Seungcheol menggamit pergelangan tangannya.

Pemuda bermata belo itu menggeleng dan meminta Eunki duduk kembali sebelum menjelaskan permasalahannya.

"Kalau aku pergi ke dokter sekarang, agensi akan tahu dan memintaku istirahat. Otomatis tanggal debut kami akan ditunda, sementara hari itu sudah sangat aku dan teman-teman segrupku nantikan. Aku tidak bisa membuat impian mereka tertunda hanya karena kecerobohanku,"

"Tapi kalau dibiarkan saja cideramu bisa semakin parah," Eunki masih khawatir.

Seungcheol menggeleng lagi. "Aku sudah cukup sering mengalaminya dan ini cuman keseleo biasa. Dua hari lagi juga sembuh."

Perkataan Seungcheol membuat Eunki tercenung sesaat. Dari kalimat itu memang tergambar jelas bagaimana sang pemuda sudah memiliki tanggung jawab yang besar sebagai seorang leader di pundaknya. Dan tentu saja Eunki jadi semakin mengaguminya.

"Pokoknya, kau jangan sampai terluka atau aku akan jadi orang pertama yang memboikot debut kalian!" Ancam Eunki sambil berpura-pura memasang wajah marah dan membiarkan keduanya tangannya bersedekap di dada.

"Iya... iya... kau ini lucu sekali kalau sedang marah," Seungcheol dengan santai mencubit pipi Eunki, tanpa menggubris ledakan kebahagiaan di dalam hati sang gadis.

Karena skinship yang terjadi itulah, aura canggung kini menghinggapi keduanya. Setelah Seungcheol melepaskan cubitannya, memang tak ada tanggapan apapun yang keluar dari mulut Eunki. Sehingga ia memutuskan untuk berdehem.

"Eunki-ya..."

"Mmm?"

Manik keduanya bertemu dan Seungcheol menggunakan kesempatan untuk menelaahnya lebih dalam.

"Terimakasih karena sudah menyukaiku..." ucapan itu tentu saja membuat Eunki terkejut.

Walaupun tak pernah mengakuinya secara gamblang, sikapnya pada Seungcheol selama ini memang sangat menunjukkan kalau ada ketertarikan di dalamnya. Dan karena Seungcheol tidak bodoh, dia dengan berani menyimpulkannya kini.

"Kau selalu bersikap baik padaku, sementara aku belum bisa membalas perasaanmu. Aku sejujurnya jadi tidak enak hati," ungkapnya lagi kali ini sambil menunduk.

Ada sedikit goresan luka di dalam hati Eunki saat lagi-lagi lelaki yang dikaguminya itu mengatakan kalau perasaannya bertepuk sebelah tangan. Namun, dibanding saat Eunki mengetahui kalau Seungcheol diam-diam menyukai dosen Bae, rasa sakit itu sekarang tidak ada artinya.

"Tidak apa-apa. Aku sudah tahu kalau kau masih menyukai orang lain. Bisa dekat dan diterima selayaknya sebagai seorang teman seperti ini saja, aku sudah merasa senang," ucapnya bersungguh-sungguh.

"Pokoknya terimakasih banyak. Aku juga sejujurnya merasa bodoh. Harusnya aku lebih menyukaimu yang terang-terangan baik padaku, daripada menyukai orang yang jelas-jelas tak menyukaiku," lanjut Seungcheol sembari menertawakan dirinya sendiri.

The Mutual Feeling [Joshua | Seungcheol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang