Pantang Menyerah

82 14 1
                                    

Seungcheol mendatangi kantor Pledis, agensi yang menaunginya, tepat ketika ia menyelesaikan pertemuan makan siangnya dengan Eunki.

Seungcheol langsung masuk ke ruangan CEO, segera setelah mereka mendapat laporan perihal dirinya yang ketahuan sempat memukuli seseorang semalam.

Nyaris dua jam lamanya, ia terkungkung di dalam ruangan yang luasnya nyaris menyamai setengah ruang kelas di kampus. Seungcheol harus menerima peringatan keras, bahkan tak jarang cacian dan makian keluar dari mulut sang pimpinan agensi.

Namun Seungcheol tak melawan. Tentu saja, karena selain dia masih 'anak bawang' di sana, ia juga menyadari kalau perilakunya memukul Joshua Hong semalam agak kelewat batas.



"Ini, minumlah supaya hyung merasa lebih baik," seorang pemuda bertubuh tinggi atletis bak gapura, menyodorkan segelas susu hangat begitu Seungcheol keluar dari ruang CEO dan bergegas ke ruang latihan.

"Thanks, Mingyu," ujarnya seraya menyeruput minuman yang kini sudah dalam genggamannya itu.

Selain pemuda bernama Mingyu yang duduk bersila di sampingnya, ada dua orang lagi yang kini sedang bersamanya. Awalnya hanya diam memperhatikan, salah satu dari mereka akhirnya ikut buka suara.

"Kau harus hati-hati, hyung. Kurang dari dua bulan lagi kita akan melangsungkan debut. Ini sudah menjadi impian kita bersama sejak lama. Jangan sampai karena kecerobohan seperti kemarin membuyarkan semua,"

Kepala Seungcheol yang semula menunduk, sedikit terangkat untuk menangkap sosok lelaki berkacamata dan berwajah tirus, sedang menatapnya.

Kalimat itu sebenarnya sudah berkali-kali diutarakan oleh sang CEO ketika Seungcheol ada di dalam ruangannya tadi, dan lagi-lagi ia harus mendengarnya.

Seungcheol sebenarnya merasa kesal, namun karena sadar ia yang menjadi pesakitan dalam kasus ini, ia pun hanya mengangguk kemudian.

"Aku tahu. Maafkan aku, Wonwoo," ujarnya pada pemuda berkacamata yang akan debut bersamanya kelak.

Seungcheol kembali menunduk, membiarkan sepasang mata belo-nya menatap minuman rasa vanila yang tersisa setengahnya di dalam gelas.

Ia kemudian merasakan seseorang menepuk pundaknya, dan ketika menemukan siapa orangnya, sudut bibir Seungcheol berkedut.

"Tapi hyung beruntung. Tidak ada wartawan yang melihatnya, hanya kebetulan salah satu staf kita dan bos sudah memintanya bungkam untuk kepentingan perusahaan," orang terakhir yang bersama dengannya, akhirnya ikut buka suara.

Seungcheol tersenyum karena ucapan pemuda blasteran Amerika itu setidaknya bisa melegakan hatinya. "Aku pastikan kalau sehabis ini akan lebih berhati-hati lagi. Apalagi aku adalah calon leader kalian, jadi aku tidak boleh sampai mengulangi kesalahan yang sama."

"Tapi hyung, bagaimana dengan orang yang kau pukul itu? Apa kau yakin dia tidak akan membawa masalah ini ke jalur hukum?" Mingyu bertanya.

"Aku rasa dia tidak akan melakukannya. Aku tahu Joshua Hong orang seperti apa," giliran Seungcheol menepuk pundak kawan-kawannya bergantian, sebelum meminta mereka bangun dari duduknya dan pergi untuk latihan.

***

Mentari pagi yang sinarnya hangat, perlahan mulai bergerak lebih tinggi, menunjukkan kalau hari akan semakin siang.

Eunki yang baru saja menyelesaikan kuliah jam pertamanya, nampak berjalan lunglai keluar dari ruang kelas seorang diri.

Ia memang tak mengambil mata kuliah yang sama dengan Bomi, karena sang sahabat berada di kelas lain.

The Mutual Feeling [Joshua | Seungcheol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang